Acara ”beatles-beatles-an” di Bandung pada 1977 itu menjadi bagian dari Beatlesmania yang masih meriah hingga kini. Band asal Liverpool, Inggris, yang dibentuk pada 1962 dan bubar pada 1970 itu punya pengaruh kuat di Indonesia.
Koes Bersaudara, misalnya, yang semula berorientasi pada duet Everly Brothers kemudian berganti haluan pada musik Beatles. Band asal Bandung, Rollies, pada masa awal berdirinya juga memainkan lagu-lagu Beatles. Mereka kemudian beralih ke musik soul ala James Brown, lalu brass rock gaya Blood Sweat and Tears, dan Chicago. Begitu pula Benny Soebardja dan kawan-kawan dalam band The Peels juga memainkan lagu Beatles. Benny kemudian memilih aliran classic rock dalam Giant Step.
Beatles menjadi semacam subgenre musik rock. Tumbuh band-band yang khusus memainkan lagu Beatles. Di Indonesia, salah satunya adalah Bharata Band yang memainkan lagu Beatles sejak 1963. Pada era 1980-an, Tato dan Harry Bharata sebagai pendiri Bharata ”mbeatles” lagi. Kali ini didukung Abadi Soesman dan Jelly Tobing.
Sepeninggal John Lennon pada 1980, Beatlesmania semakin menjadi-jadi. Sampai era 2000-an, band-band pembawa Beatles terus bermunculan. Salah satunya adalah G-Pluck, yang bisa dibaca ”jiplak”. Band ini bukan saja menirukan lagu Beatles sepersis mungkin, melainkan tampang, model rambut, dan cara berpakaian mereka diusahakan semirip mungkin dengan awak Beatles. Band-band semacam itu lazim disebut sebagai impersonator.
Dalam G-Pluck, setiap awak berperan sebagai personel Beatles. Pemain bas Awan Garnida, misalnya, memosisikan diri sebagai bassist dan vokalis Beatles, Paul McCartney. Ia bahkan juga memainkan bas Hofner yang dimainkan Paul yang bentuknya mirip biola.
Begitu pula pemain drum mencoba bergaya Ringo Stars, lengkap dengan drum merek Ludwig seperti yang digunakan Beatles. Gitarisnya juga berperan sebagai George Harrison dan pemain gitar pengiring menjadi John Lennon, termasuk gitar Rickenbacker sebagai salah satu koleksinya. (XAR)