Banyak Kepentingan di Gunung Botak, Petugas Dilawan
Oleh
Fransiskus Pati Herin
·2 menit baca
AMBON, KOMPAS — Ribuan petambang masih beroperasi di kawasan tambang liar Gunung Botak, Kabupaten Buru, Maluku. Mereka bahkan nekat melawan petugas yang melakukan penertiban pada pekan lalu. Tindak pidana, seperti pembunuhan, pun kembali terjadi seperti pada Rabu (21/2) lalu.
”Kami sudah berusaha menertibkan, tetapi mereka tetap saja kembali dengan alasan ekonomi dan juga beberapa alasan lain, seperti kepemilikan lahan adat. Banyak kepentingan di Gunung Botak,” kata Kapolres Buru Ajun Komisaris Besar Adityanto Budi Satrio kepada Kompas, Jumat (23/2).
Berdasarkan data yang dihimpun pihak kepolisian, terdapat 1.500 tenda yang dibangun para petambang.
Penambangan itu menggunakan teknik dompeng atau menyemprot permukaan tanah yang diduga mengandung emas. Tanah yang bercampur air itu kemudian dialirkan melalui karpet. Karpet dimaksud dapat menangkal emas.
Sementara metode yang lain adalah penggalian material ke dalam lubang dengan kedalaman hingga lebih dari 100 meter. Material tanah itu kemudian diolah menggunakan mesin tromol dan rendaman.
Tromol menggunakan merkuri, sedangkan rendaman menggunakan sianida. Jumlah tromol diperkirakan lebih dari 50 unit, sedangkan redaman tersebar di sekitar 200 titik.
Tromol dan rendaman itu kini berada tak hanya di lokasi tambang, tetapi juga di dekat areal pertanian dan permukiman penduduk. Limbah pengolahan tromol dibuang ke pekarangan rumah, sungai, dan dekat areal persawahan.
Selain kerusakan lingkungan, tambang liar dimaksud juga menyebabkan tingginya tindak pidana. Rabu lalu, seorang pertambang asal Lombok, Nusa Tenggara Barat, tewas terbunuh. Pembunuhan sudah sering terjadi.
Dari catatan Kompas, sejak tambang pertama kali beroperasi pada 2011 hingga 2015, korban yang meninggal sekitar 1.600 orang.
Selain dibunuh, korban meninggal juga disebabkan kecelakaan kerja. Ratusan petambang diperkirakan terkubur.
Ladang emas ilegal itu sekaligus sebagai kuburan massal para pemburu emas yang pada 2013 mencapai lebih dari 20.000 orang. Mereka datang dari berbagai penjuru Nusantara.
Menurut Adityanto, program pemerintah daerah setelah penutupan tambang tidak berjalan sehingga membuat petambang masuk lagi. Penutupan tambang itu sudah berlangsung selama hampir 30 kali.
Sementara itu, Kepala Bagian Humas Provinsi Maluku Bobby Palapia mengatakan, persoalan Gunung Botak sudah menjadi atensi nasional. Pemerintah daerah kewalahan jika tidak mendapat dukungan dari pihak terkait.
Keberadaan tambang liar berikut penggunaan merkuri dan sianida mengancam keselamatan pangan setempat. Buru merupakan sentra pangan di Maluku. Presiden Joko Widodo pada Mei 2015 pernah mendatangi daerah itu dan memerintah agar tidak boleh lagi ada tambang liar.