JAKARTA, KOMPAS — Polusi udara di Jakarta dikhawatirkan memicu protes atlet dari sejumlah negara yang berlaga pada ajang Asian Games 2018 pada 18 Agustus-2 September. Sebab, polusi kemungkinan membuat performa atlet tidak maksimal, bahkan ada risiko terhadap kesehatan atlet.
Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) Ahmad Safrudin, Selasa (20/2), mengatakan, sejumlah ofisial dari China dan India telah mempertanyakan kondisi itu kepadanya. “Terakhir kemarin pagi, (Senin, 19/2), telepon dari Beijing yang mempertanyakan (polusi udara di Jakarta),” katanya.
Pada Juli, ofisial kedua negara itu akan mengecek ke Jakarta dan Palembang, sebagai tuan rumah Asian Games, untuk memastikan kualitas udara.
Relatif buruknya kualitas udara di Jakarta itu setidaknya tercermin dari kecenderungan meningkatnya warga yang terkena berbagai penyakit terkait pernapasan dalam periode 2010-2016.
KPBB pada 2010 mencatat, 1,21 juta orang mengalami asma. Pada 2016, jumlahnya naik menjadi 1,48 juta orang. Penderita broncho-pneumonia naik selama periode itu dari 173.487 orang menjadi 214.256 orang.
Adapun warga yang terpapar penyakit paru-paru chronic obstructive pulmonary disease (COPD) menjadi 172.632 orang pada 2016 dibandingkan 153.724 orang pada 2010. Penderita infeksi saluran pernapasan pada 2016 tercatat 2,73 juta orang atau naik dari 2,44 juta orang pada 2010.
Ahmad menyarankan pelarangan truk di dalam kota pada siang hari, penetapan zona rendah emisi, pajak progresif berdasarkan tingkat emisi, penghentian sementara pabrik dengan polusi tinggi, razia kendaraan yang tak memenuhi baku mutu emisi, dan izin distribusi untuk BBM kualitas baik dan BBG.
Ia mengatakan, pihaknya tengah menyiapkan pengukuran kualitas udara di sejumlah lokasi pertandingan dalam ruangan. Parameter yang akan diukur adalah kadar debu partikulat (PM 2,5), karbon dioksida, sulfur dioksida, nitrogen dioksida, dan ozon.
Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih mengatakan, secara umum, kualitas udara di Jakarta tidak mengkhawatirkan. Itu berdasarkan hasil pantauan seketika kualitas udara di lima wilayah dengan perangkat sesuai standar Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat.
“Kita (Jakarta), belum pernah mencatat episode (keadaan udara) yang sangat berbahaya dan membahayakan,” ujarnya.