Rumah Disisir Ulang, Jasad Korban Ketiga Ditemukan
Oleh
J Galuh Bimantara
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Polisi memimpin penyisiran ulang sebuah rumah yang hangus di Kelurahan Pademangan Timur, Jakarta Utara, akibat kebakaran pada Sabtu (17/2) pagi. Menjelang siang, satu jasad korban tewas ditemukan lagi sehingga korban tewas berjumlah tiga orang.
Korban tewas ketiga bernama Angeline Alva Liuz, siswi SMA berumur 16 tahun. Adapun dua korban yang sudah ditemukan sebelumnya bernama Tjung Tjai Tjin atau Margaretha (70), nenek Angeline, serta Ridwan Julius (44), pamannya. Rumah keluarga Tjung Tjai Tjin beralamat di Jalan Pademangan II Gang 26 RT 007 RW 002 Nomor 25, Pademangan Timur, Kecamatan Pademangan.
Pencarian korban nyaris berhenti setelah dua jasad ditemukan, tetapi sejumlah warga, termasuk Eka Prasetio (36), ngotot bahwa di rumah itu terdapat tiga orang saat kejadian. ”Saya bersikeras, orang saya tetangga, saya yang tahu,” ujarnya.
Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor Pademangan, Kepolisian Resor Metropolitan Jakarta Utara, Ajun Komisaris Made Gede Oka Utama pun memenuhi permintaan warga dan memimpin penyisiran ulang dengan dibantu petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU).
Eka mengatakan, jasad Angeline ditemukan di bawah lemari dan puing-puing di lantai satu.
Pemadam dikeluhkan
Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Utara menerima laporan kebakaran pukul 04.54, kemudian tim pemadam dari Unit 2500 Pos Pademangan Timur tiba di lokasi pukul 04.58.
Sebanyak 30 personel dan 10 mobil pemadam kebakaran meluncur. Pemadaman dinyatakan selesai pukul 05.45. Penyemprotan air oleh petugas dengan peralatan memadai membuat kebakaran bisa dilokalisasi hanya pada rumah keluarga Tjung Tjai Tjin.
Namun, Eka mengeluhkan kesigapan pemadam kebakaran. Kebakaran mulai sekitar pukul 04.00. Para tetangga korban berupaya secara swadaya terlebih dahulu untuk memadamkan, mulai dari menggunakan air got, alat pemadam api ringan (APAR), hingga bola pemadam (fireball).
Warga juga menelepon beberapa kali melalui nomor darurat 102 untuk memanggil pemadam, tetapi tidak ada jawaban. Melihat upaya pemadaman warga tidak efektif dan api terus menjalar ke seluruh bagian rumah, Eka pergi ke pos pemadam di RW 010 dan membangunkan petugas pemadam di sana untuk segera ke lokasi.
”Jika saya terlambat 15 menit saja, mungkin tiga rumah yang kena,” ujar Eka. Ketiga rumah yang dimaksud adalah rumah Tjung Tjai Tjin, satu rumah di kiri, dan rumah keluarga Eka di kanan rumah korban.
Eka menuturkan, api pertama kali terlihat dari perangkat luar penyejuk ruangan (AC) yang terpasang di teras sebelah kiri. Setelah itu, api menjalar ke seluruh bagian teras, termasuk membakar satu sepeda motor hingga menimbulkan ledakan.
Api kemudian bergerak ke bagian dalam rumah dan terdengar ledakan kedua yang diduga berasal dari tabung gas untuk memasak. Terakhir, api menjalar ke lantai dua.
Tetangga seberang rumah Tjung Tjai Tjin, Hartono (30), juga ikut berupaya memadamkan api. Ia mendengar teriakan minta tolong dari dalam rumah. Namun, warga tidak berdaya mendekat karena arus listrik sudah mengalir ke genangan air hasil penyiraman ke api.
Eka juga menyebutkan, listrik mengalir ke pagar besi rumah. Hal itu yang mendorong Eka segera mendatangi pos pemadam.
Meski demikian, polisi belum mau menyebut hubungan pendek arus listrik atau korsleting sebagai pemicu api.
Pada Sabtu sore, petugas dari Pusat Laboratorium Forensik Badan Reserse Kriminal Polri memeriksa setiap bagian rumah selama lebih dari satu jam. ”Penyebab masih dalam penyelidikan,” kata Made.
Akses di rumah tersebut untuk menyelamatkan diri jika terbakar amat minim. Seluruh jendela dipasangi terali besi. Bahkan, ada terali besi yang menyambung dari pagar hingga atap.
Pada sisi lain, api dapat menjalar ke rumah lain karena tembok-tembok rumah saling menempel. Area jemuran di bagian belakang rumah keluarga Eka, misalnya, sempat tersambar api, tetapi cepat dijinakkan.
Kebakaran ketiga
Sepanjang ingatan Eka, kebakaran kali ini adalah yang ketiga kalinya di Gang 26. Kebakaran terjadi setahun sekali. Kebakaran pada 2016 dipicu ledakan gas dan mengakibatkan dua orang meninggal. Kebakaran kedua terjadi Februari 2017 tanpa korban jiwa, diduga akibat korsleting.
Namun, Ketua RW 002 Pademangan Timur Mochtar Halim menyebutkan, wilayah yang dipimpinnya sesungguhnya bukan termasuk daerah dengan kerawanan tinggi kebakaran. Sebab, 80 persen rumah di sana tergolong bangunan permanen.
Di RW 002 juga tersedia pompa air serta sejumlah APAR dan fireball. Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Utara juga rutin mengadakan sosialisasi serta pelatihan penanggulangan kebakaran. ”Besok Minggu (18/2) akan ada pelatihan lagi,” ujar Mochtar.