Kehebatan sebuah negara ditopang kehebatan rata-rata warganya. Hal itu menjadi dasar dari dugaan kuat bahwa Amerika takkan menjadi kuat di bawah kepemimpinan Presiden AS Donald Trump. Dugaan itu menjadi lebih kuat setelah melihat rencana anggaran Pemerintah AS yang sudah disampaikan Trump ke Kongres AS pada Senin (12/2) lalu.
Trump menganggarkan 4,4 triliun dollar AS untuk pengeluaran pemerintah selama setahun, mulai 1 Oktober 2018 hingga 30 September 2019. ”Anggaran Trump hanya menguntungkan Wall Street, Pentagon, pihak-pihak yang diuntungkan dari program perang, dan korporasi oportunis yang mengorbankan keadilan sosial,” demikian dituliskan Stephen Lendman, peneliti Global Research yang berbasis di Chicago.
Analisis dari JP Morgan mengatakan, Boeing dan Lockheed Martin termasuk paling diuntungkan dengan rencana anggaran Trump. Seth Seifman pada Selasa (13/2) menuliskan, anggaran pertahanan membuat dua korporasi AS ini akan mendapatkan pesanan untuk peralatan pertahanan.
Direktur Eksekutif dari Americans for Tax Fairness menekankan, ”Trump mengusulkan anggaran yang mencuri hak kelas pekerja akibat penghapusan pajak sebesar 1,5 triliun dollar AS yang justru menguntungkan kaum kaya dan korporasi besar. … Dia menghapuskan program kesehatan untuk para warga lansia, kupon makanan keluarga miskin, pinjaman mahasiswa, dan dukungan kepada kaum cacat demi kepentingan segelintir.”
Trump mengatakan, program sosial adalah sebuah kesia-siaan alias percuma. Kaum minoritas dan tertinggal memang bukan pendukung Republiken.
Trump mengatakan, program sosial adalah sebuah kesia-siaan alias percuma.
Merugikan sendi-sendi
Hal lain yang yang terpotret dari rencana anggaran Trump ini adalah efeknya pada kekacauan fabrikasi sosial hingga perekonomian. Almarhum ekonom besar AS, Dr Milton Friedman, pernah mengatakan, kesejahteraan itu juga bergantung pada keadilan sosial.
Ketidakberpihakan Trump kepada kaum tak mampu terlihat dari anggarannya dengan mengurangi drastis program sosial. Ini menunjukkan, Trump bukan presiden yang peduli akan pemerataan. Hal ini akan menjadi pengganggu bagi kestabilan domestik AS.
Hal lain adalah efek ketimpangan pada permintaan agregat. Perekonomian itu tumbuh karena ada permintaan massal dan menyeluruh dari masyarakat di sebuah negara. Perusahaan konsultan manajemen Bain & Co menuliskan dari hasil penelitiannya. ”Ketimpangan mengarahkan ekonomi pada kelesuan karena anjloknya permintaan dari kelompok warga yang kurang kaya,” demikian kesimpulan perusahaan itu.
Solusinya, kaum kaya harus dipajaki. Namun, ini tidak mungkin terjadi di bawah Trump.
Ironisnya, Trump juga menurunkan pajak korporasi. Efek lanjutan dari penurunan pajak ini adalah pertanyaan berikutnya. Dari mana sumber pembiayaan rencana anggaran Trump? Trump begitu yakin utang atau swastanisasi proyek-proyek akan mampu membangkitkan perekonomian, yang dikatakan Trump akan tumbuh tinggi. Padahal, tidak banyak ekonom AS yang yakin bahwa pertumbuhan ekonomi AS akan mencapai 3 persen, tidak juga Bank Sentral AS.
Paul Krugman, ekonom AS peraih Nobel Ekonomi 2008, dalam kolomnya di harian The New York Times, 12 Februari, menegaskan, rencana anggaran Trump tidak realistis. Tidak mungkin utang yang sudah menimbun ditambah terus-menerus untuk membiayai rencana anggaran. Pasar akan berpikir di masa depan soal kemampuan AS membayar kembali beban utang.
Tidak mungkin utang yang sudah menimbun ditambah terus-menerus untuk membiayai rencana anggaran.
Hal ini sudah menjadi peringatan konstan dari para ekonom tentang program ekonomi Trump yang dianggap utopis. ”Adalah menakutkan melihat ke depan prospek anggaran. Kita menuju sisi gelap,” kata Mark Zandi, ekonom senior dari Moody’s Investors Service. Sisi gelap yang dimakud adalah AS akan semakin terjebak pada lilitan utang yang sudah melebihi 20 triliun dollar AS.
AS adalah negara dengan penduduk menua, yang justru membutuhkan program sosial lebih banyak. Negara dengan penduduk menua cenderung menyebabkan penurunan produktivitas. Hal ini ditambah lagi penurunan program Pemerintah AS untuk bidang riset.
Rencana anggaran Trump banyak dikecam, hingga disebutkan akan memberikan efek destruktif bagi negara. Rencana ini tidak saja menunjukkan paradigma neoliberal dalam rencana anggaran pemerintah, tetapi juga tidak akan membuat AS menjadi kuat lagi.
Rencana anggaran ini masih harus mendapatkan persetujuan Kongres AS sebelum berlaku pada 1 Oktober 2018. Rasanya, lebih bagus Kongres AS, terutama dari Demokrat, memberikan kritik tajam sebelum anggaran dilaksanakan. Ini penting demi kehebatan dan kelanggengan AS dalam jangka panjang di tengah posisi China yang terus melejit secara ekonomi. (AP/AFP/REUTERS)