Anak-anak Menjadi Korban Konflik Orang Tua
Tangerang, Kompas -- Pertikaian suami istri berdampak pada seluruh keluarga. Anak-anak kerap terjebak dalam konflik rumah tangga dan berakhir menjadi korban, bahkan turut kehilangan nyawa.
Hal ini antara lain ditunjukkan pada tragedi yang terjadi di Kota Tangerang dan Kabupaten Bogor, Senin (12/2). Dalam dua kejadian tersebut, lima orang meninggal, satu terluka, dan dua anak di bawah umur terpaksa menyaksikan langsung terjadinya pembunuhan yang dipastikan menyisakan trauma.
Di Kota Tangerang, cekcok mulut antara suami istri Emma (40) dan suaminya ME alias Abi, warga Perumahan Taman Kota Permai 2, Kelurahan Periuk, Kecamatan Periuk, mengakibatkan tiga korban tewas, yakni Emma dan kedua puterinya, Nova (20) dan Tiara (11).
Polres Metro Tangerang Kota menetapkan Abi menjadi tersangka. Abi dijerat Pasal 338 KUHP juncto Pasal 340 KUHP dengan ancaman hukuman seumur hidup.
Kepala Polrestro Tangerang Kota, Komisaris Besar Harry Kurniawan, Selasa (13/2) di lokasi pembunuhan mengatakan tersangka mengaku membunuh karena kesal atas sikap istrinya yang menggadai mobil mereka tanpa memberitahunya. Namun, diduga cekcok terakhir tersebut hanyalah puncak dari perselisihan Emma dan ME.
Tersangka mengakui pisau yang digunakan untuk membunuh istri dan kedua anak tirinya disimpan di balik lemari. Telepon genggam milik korban yang rusak dibuang di loteng.
Berdasarkan informasi dari berbagai saksi yang dimintai keterangan, termasuk Pratomo sebagai Ketua RT 05/RW 12, Al Wanto (mantan Ketua RT), serta warga yang adalah tetangga korban, Ismawadi dan Rohayati disebutkan, pasangan suami istri ini baru menikah siri sekitar setahun terakhir.
Nova dan Tiara adalah puteri Emma dari suami terdahulu. Keseharian Emma adalah pedagang pakaian yang membuka toko di Kebon Besar (Batu Ceper), Tangerang dan Kalideres, Jakarta Barat. Pada hari kejadian, sekitar pukul 03.00 saat Rohayati terbangun ia mendengar suara ribut dan teriakan dari rumah tetangganya, persis bersebelahan (sisi kiri). Berselang 10 menit, ia tidak mendengar suara lagi. Ia tidak merasa heran karena keributan biasa terdengar dari rumah Emma-Abi.
Sejak kejadian dini hari itu, tidak satupun keluarga yang terlihat keluar dari rumah. Senin siang, seorang teman sekolah Tiara dari SD Negeri 4 Periuk berulang kali memanggil nama puteri kedua Emma itu. Namun, tteman yang dicari tidak keluar.
Teman sekolah Tiara melaporkan kepada tetangga. Selanjutnya, tetangga melaporkannya kepada Pratomo.
“Saat memanggil-manggil Tiara, temannya merasa merinding,” jelas Rohayati.
Setelah mendapat informasi dari warga, sekitar pukul 15.00, Pratomo mengajak Al Wanto dan warga lainnya membuka pintu rumah korban yang tak terkunci. Mereka menemukan tiga korban meninggal dunia di amar bagian depan dan Abi masih hidup tetapi terluka di kamar belakang.
Dari pemeriksaan polisi, diketahui, setelah membunuh istri dan kedua puteri tirinya, tersangka membersihkan percikan darah di lantai rumah, dan meletakkan tiga korban di kasur kamar depan. Ketiga korban dalam posisi telungkup dan saling berpelukan. “Setelah itu, pelaku melukai dirinya sendiri,” kata Harry.
Detil kasus masih diselidiki. Polisi masih kesulitan menggali informasi karena kondisi tersangka lemah. Kini Abi dirawat di RS Polri, Kramat jati.
Para korban dimakamkan di dua TPU berbeda, yakni di Bogor, Jawa Barat dan Sepatan, Kabupaten Tangerang.
“Adik saya (Emma) dan Nova dimakamkan di Bogor. Tiara akan dimakamkan di Sepatan, dekat rumah ayah kandungnya,” kata Ojah (56), kakak kandung Emma di RSUD Tangerang di Kota Tangerang.
Berdasarkan hasil otopsi, korban meninggal karena luka tusuk pada beberapa bagian tubuh, termasuk jantung.
Cemburu
Peristiwa tragis juga terjadi di Kampung Cijunjung RT 01 RW 03, Desa Sukamdani, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, Senin tengah malam. Janeng (70) dan Edi Setiawan (42), mertua dan menantu, tewas dibacok oleh TS (48), mantan suami Cicih Junengsih (21).
Cicih, yang adalah anak Jeneng dan suami Edi, kini dirawat dirumah sakit akibat luka sabetan golok TS. Selain membunuh Janeng dan Edi serta melukai Cicih, pelaku TS juga membakar rumah Janeng. TS, Selasa dini hari, ditemukan tewas gantung diri di kandang ternak cacing di kampungnya, di Kampung Cihiyeum, Desa Sukadamai.
Kepala Polres Bogor Ajun Komisaris Besar AM Dicky Pastika Gading mengatakan, pembunuhan yang dibarengi dengan pembakaran rumah korban oleh pelaku, diduga karena cemburu.
Menurut keterangan saksi, TS datang tiba-tiba dan mendobrak dinding rumah. Pelaku menyerang dan membacok para korban, lalu menyiramkan bensin lalu membakarnya, kemudian kabur. Cicih yang luka berat berhasil selamat karena dua adiknya yang masih di bawah umur berhasil membawanya ke luar rumah. Kedua adik Cicih, meski tak terluka fisik, trauma berat karena menyaksikan pembunuhan terhadap Janeng dan Edy serta penganiayaan Cicih.
Setelah api padam, selain menderita luka bakar, pada jasad Janeng ditemukan luka tusuk pada dada dan pada jasad Edi terdapat luka bacok pada kepala. Edi baru dua bulan menikah dengan Cicih, yang bercerai dari TS dua bulan sebelumnya. (RTS/PIN)