Keluarga Korban Tewas Dapat Santunan Rp 50 Juta Per Jiwa
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Sebanyak 22 jenazah korban kecelakaan maut di Subang, Jawa Barat, dimakamkan di Taman Makam Legoso, Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (11/2).
Seluruh korban tewas merupakan warga Kelurahan Pisangan yang mengikuti rombongan pariwisata dari Koperasi Permata Pisangan. Ratusan warga berdatangan mengiringi pemakaman korban.
Saat ditemui di pemakaman, Camat Ciputat Timur Durahman mengatakan, tidak semua korban kecelakaan bus yang menimpa rombongan Koperasi Permata, Kelurahan Pisangan, dimakamkan di Ciputat.
Dari 27 korban tewas, 26 orang merupakan penumpang bus rombongan dan satu korban adalah pengendara sepeda motor di sekitar lokasi kejadian.
Dari seluruh korban jiwa, 22 korban dimakamkan di Taman Makam Legoso, Pisangan. Empat korban lainnya yang berasal dari rombongan dimakamkan sesuai dengan permintaan keluarga.
Durahman menuturkan, Pemerintah Kota Tangerang Selatan bertanggung jawab dalam acara pemakaman para korban di Taman Pemakan Legoso. Adapun santunan untuk korban menjadi tanggung jawab Jasa Raharja. Korban masing-masing mendapat santunan Rp 50 juta.
”Penyerahan santunan telah diberikan secara langsung di rumah sakit oleh pihak Jasa Raharja. Tadi juga Ibu Wali Kota (Airin Rachmi Diany) memerintahkan saya untuk memastikan acara penguburan dilakukan dengan layak,” ujarnya.
Dari 22 jenazah, 14 korban dikuburkan bersama, tetapi ditempatkan secara terpisah. Penjelasan ini untuk meluruskan informasi yang disampaikan sebelumnya bahwa ada 18 jenazah yang berada dalam satu liang kuburan. Satu liang kubur besar untuk empat jenazah dan satu liang lagi untuk 10 jenazah.
Dari pengamatan, penggalian kuburan menggunakan alat berat. Setelah digali sedalam sekitar 1 meter, baru pekerja menggali lubang secara manual sedalam hampir 1 meter, dengan jarak antarlubang sekitar 1 meter.
Jenazah kemudian dimasukkan ke lubang tersebut dan ditutup papan. Setelah itu, alat berat menutupi liang tersebut dengan tanah hingga rata dengan permukaan.
Terakhir, pekerja dibantu dengan beberapa warga membangun gundukan yang sejajar dengan lubang terdalam yang berisi jenazah serta diberikan pusara, sesuai dengan jenazah tersebut.
Selain 14 jenazah yang dimakamkan bersama, delapan jenazah lainnya dimakamkan secara individual di taman makam yang sama. Sejak pukul 11.30 hingga 14.00, sebanyak 22 ambulans datang silih berganti untuk mengantarkan jenazah.
Sebagian ada yang langsung diantar ke taman pemakaman dan ada beberapa yang diantarkan ke rumah duka, lalu digotong bersama ke pemakaman.
Dekat
Pemakaman dipadati warga yang ingin mengantarkan kepergian para korban. Salah seorang warga, Aris (32), mengatakan, memang banyak warga yang ada di Kelurahan Pisangan memiliki kekerabatan.
Karena itu, saat terjadi bencana seperti ini, semua orang merasakan kesedihan dan ingin mendoakan korban.
”Makam ini lebih ramai daripada ziarah pas Lebaran. Kami sudah dekat seperti keluarga. Banyak juga warga yang memiliki hubungan keluarga besar. Biasanya penduduk Betawi asli,” tuturnya.
Konsentrasi massa perkabungan terbesar ada di dua lubang untuk kuburan 14 jenazah. Lebih dari 50 warga menyaksikan pemakaman di titik ini. Sementara di titik lain, tidak kurang dari 30 orang menyaksikan dengan sesekali berdoa. Beberapa warga menangis haru dan berpelukan.
Jajat (54), warga RT 005 Kelurahan Pisangan, menyebutkan, di daerah ini memang banyak sekali warga yang masih masuk dalam satu keluarga besar. Sebagian besar korban, lanjutnya, masih sangat dekat dengan istrinya karena memiliki aktivitas pengajian dan PKK bersama.
”Saya kaget, sampai merinding. Saya kenal mereka, beberapa malah sering mengobrol. Benar-benar tidak menyangka. Kalau sudah begini, hanya bisa mendoakan saja,” ujarnya.
Sebelas korban yang tewas berasal dari RT 002 RW 001 Kelurahan Pisangan. Rohmat (70), Ketua RT 002, mengatakan tidak mengetahui adanya perjalanan para korban itu karena perjalanan tersebut merupakan bagian dari acara PKK.
Ia menuturkan, begitu mendengar kecelakaan terjadi, Rohmat langsung mendata penduduk yang meninggal dengan mendatangi rumah setiap korban.
”Beberapa keluarga korban yang memiliki kendaraan langsung berangkat ke Subang untuk memastikan keluarganya. Lewat tengah malam, baru seluruh data korban ditampilkan di kelurahan,” ucapnya.
Keluarga Rohmat juga menjadi korban dalam kecelakaan ini. Ia menyebut beberapa nama korban, antara lain Mimin Mintarsih, Munih, Lilyana, dan Masiyah.
”Mereka masih sepupu saya. Kami sekeluarga besar memang sudah tinggal di sini dari dulu,” ujarnya.
Selain keluarga Rohmat, warga RT 002 yang menjadi korban adalah Jono, Sugianti (istri Jono), Julaeha, Elida, Masiyah, Paikem, dan Juminten.
Kronologi
Salah satu anggota rombongan, Sri Kusdah (54), tidak menyangka keputusannya untuk pindah dari bus 1 yang naas menyelamatkan hidupnya.
Ia bercerita, awalnya Kusdah ingin bersama dengan rekan-rekan lainnya di bus 1. Namun, akhirnya ia memutuskan untuk pindah ke bus 3 bersama rombongan lurah serta jajaran perwakilan pemerintah kota yang diundang.
Perjalanan ini merupakan rangkaian kegiatan Rapat Akhir Tahun (RAT) Koperasi Permata. Perjalanan ini dimulai sekitar pukul 07.00 WIB dan rombongan tiba di sebuah restoran di daerah Lembang sekitar pukul 12.00. Setelah RAT usai sekitar pukul 14.00, rombongan pun menuju Tahu Susu Lembang.
”Kami tidak lama di Tahu Susu Lembang. Karena sudah sore, rombongan memutuskan untuk langsung ke Ciater. Sekitar setengah jam dari keberangkatan, saya melihat ada mayat bergelimpangan. Tidak menyangka, ini adalah rombongan kami,” tuturnya.
Sambil menggelengkan kepala, ia mencoba mengingat kejadian yang menurut dia traumatis ini. Ia melihat teman-temannya meminta tolong dari bus yang terbalik.
”Kami tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak lama kemudian, petugas baru datang dan mengevakuasi korban,” ujarnya. (DD12)