Drama Penertiban PKL Puncak Berlanjut
BOGOR, KOMPAS – Pemilik kios, yang merupakan pedagang kaki lima di Puncak, Cisarua, Bogor, yang ditertibkan menagih relokasi yang dijanjikan pemerintah daerah Bogor.
Masalahnya, tempat relokasi yang dijanjikan itu belum rampung dan berpotensi mundur dari target selesai, Maret 2018.
Sejak Sabtu (10/2), sejumlah 16 kios di puncak sudah ditertibkan. Di area Gunung Mas, 12 kios sudah dibongkar. Sedangkan, di area Riung Gunung, 4 kios sudah dikosongkan, tetapi belum dibongkar.
Kios-kios itu ditertibkan karena berada dekat dengan proyek penataan tanah longsor.
Pada Minggu (11/2), salah satu pemilik kios di Riung Gunung, Emi (38), menagih janji pemerintah daerah untuk merelokasi kiosnya.
“Waktu itu janjinya kami disediakan tempat dahulu sebelum ditertibkan. Tetapi sekarang sudah mau dibongkar, sementara tempat relokasi belum ada,” ucap penjual makanan yang sudah berdagang 18 tahun ini, saat diwawancarai, di kiosnya.
Menurut Emi, janji itu disampaikan oleh Pemda Bogor melalui Kepala Seksi Ketenteraman dan Ketertiban Umum Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Bogor Heindrick Edmond Seumahu.
Penyampaian janji itu sekitar lima bulan yang lalu saat seluruh PKL di daerah Puncak dikumpulkan untuk sosialisasi relokasi.
Emi memiliki bukti janji yang diucapkan Heindrick itu. Dia menunjukkan video saat Heindrick berorasi di depan para PKL. Di video itu terlihat jelas Heindrick menenangkan para PKL dan memastikan adanya relokasi sebelum pembongkaran.
Awalnya, pembongkaran diumumkan akan dilakukan pada Jumat lalu. Namun, kios-kios di Riung Gunung itu baru dikosongkan pada Sabtu pagi. Meski demikian, proses pembongkaran baru akan dilakukan Senin depan.
Menanggapi janji itu, Heindrick mengatakan, pembongkaran itu terpaksa dilakukan karena bencana longsor yang terjadi di sekitar wilayah Gunung Mas dan Riung Gunung.
“Memang betul janji itu. Tetapi, mau tidak mau harus dibongkar karena itu berbahaya juga untuk mereka. Selain itu akan ada pembangunan saluran di jalur kios itu,” ucapnya saat dihubungi.
Menurut Heindrick, awalnya pembongkaran akan dilakukan pada November 2017. Namun, Bupati Bogor Nurhayanti meminta agar pembongkaran dilakukan setelah proses relokasi.
“Untuk itu kita tunda sampai sekarang. Ternyata ada bencana jadi kami dahulukan yang darurat,” katanya.
Sementara, 16 kios itu merupakan pilihan Nurhayanti. Hal itu ditentukan berdasarkan aspek keamanan. Adapun, kios yang berada di sepanjang jalur Puncak, dari Gunung Mas-Puncak Pass mencapai sekitar 400.
Kedua lokasi kios yang ditertibkan sangat dekat dengan lokasi longsor. Kios Riung Gunung berada sekitar 10 meter setelah tempat kejadian longsor. Sementara itu, kios di Gunung Mas berada 20 meter sebelum wilayah longsor.
Relokasi mundur
Untuk itu, Heindrick meminta pemilik kios untuk bersabar. Menurut dia, relokasi akan dilakukan pada Maret ini. Relokasi itu berada di tempat beristirahat Gunung Mas, berada sekitar 200 meter sebelum tugu Gunung Mas.
“Diperkirakan Maret selesai yang 1 hektar dari rencana 5 hektar. Rencana relokasi ada di dua titik. Satu di Gunung Mas, satunya lagi di bawah Rindu Alam, sebesar 5 hektar juga. Relokasi di Rindu Alam belum tahu kapan dimulainya karena masih harus memindahkan satu rumah penduduk,” ucapnya.
Menurut Heindrick, dua tempat relokasi itu mampu menampung seluruh kios. Keduanya bisa menampung total 600 kios. Jumlah itu melebihi kuota dari seluruh kios di jalur Puncak.
Pemilik kios lainnya di Riung Gunung, Mulhidin (41), mengatakan, belum yakin terhadap relokasi itu. “Lihat saja di bawah (Gunung Mas), tempatnya belum jadi sama sekali. Tidak tahu kapan jadinya,” katanya.
Selain menunggu ketidakpastian itu, Mulhidin juga tidak bisa berjualan di kios yang menjadi sumber penghasilannya. “Sudah hampir seminggu tidak bisa jualan. Dari Senin, sejak longsor itu,” ucapnya.
Mulhidin tidak bisa membiayai lima anaknya yang masih sekolah. Sementara itu, ada empat karyawannya yang juga bergantung nasib pada usahanya. Adapun, omsetnya setiap minggu bisa mencapai Rp 6,5 juta.
Berdasarkan pengamatan, tempat beristirahat di Gunung Mas saat ini masih dalam proses merapikan tanah. Terlihat satu alat berat yang berada di tanah seluas dua lapangan sepak bola itu. Lapangan itu masih kosong tanpa bangunan satu pun.
Salah satu petugas yang sedang beristirahat di alat berat, Agus, mengatakan proses merapikan tanah mungkin baru akan selesai Maret. Proses itu sulit dilakukan karena cuaca tidak pasti di Puncak.
“Padahal dua hari lalu cuacanya bagus, tetapi hari ini hujan lagi. Kalau hujan, tanahnya jadi lembek, jadi tidak bisa dikerjakan,” tuturnya.
Menurut Agus, proses merapikan tanah adalah awal mula proyek. Masih ada proses penanaman batu. Setelah itu, baru pembuatan kios untuk para PKL. “Kalau saya lihat ini masih lama. Tidak mungkin selesai Maret,” katanya.
Penataan kawasan
Pembongkaran PKL itu dilakukan untuk pembenahan tata kawasan Puncak. Hal itu untuk mencegah bencana longsor susulan. Adapun, pada Senin (5/2), terjadi bencana longsor di enam titik, di kawasan Puncak, Bogor, antara lain di sekitar Gunung Mas, Widuri, Riung Gunung, dan Grand Hill.
Penataan tanah longsor ini merupakan rencana dari Kemeterian PUPR. Rencananya akan dipasang saluran air dan pengerukan tanah yang rawan longsor. Keputusan itu diikuti dengan kebijakan menutup akses dari Gunung Mas – Ciloto, agar tidak mengganggu penataan.
Selasa (6/2), Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimulyono, mengatakan, seluruh PKL akan dipindahkan dalam waktu dekat. Menurut dia, beban kios PKL yang berada di pinggiran tebing ini dapat memicu longsor. Hal itu dapat mengakibatkan longsor yang membahayakan PKL dan wilayah sekitar.
Untuk pembongkaran kios lain, kata Heindrick, akan menunggu instruksi dari Kementerian PUPR. “Saat ini baru dua titik dan belum seluruhnya. Masih ada empat titik longsor lagi. Kalau PUPR memutuskan kios itu menghalangi, maka akan kita bongkar,” ucapnya.
Sementara itu, berdasarkan pantauan, Minggu (11/2), penataan kawasan longsor sedang dilakukan. Baik di titik longsor Gunung Mas maupun Riung Gunung, puluhan tentara menanam rumput panjang, sekitar 30 sentimeter di tebing bekas longsor.
Penanaman itu bermanfaat untuk menjaga kekuatan tanah agar tidak mudah longsor ketika hujan. Rumput panjang itu memiliki akar yang dapat menjalar dan mengokohkan tanah.
Lalu lintas di Puncak juga terlihat sepi pada akhir pekan ini. Hanya terlihat konvoi dari sejumlah sepeda motor, baik dari arah Gunung Mas-Riung Gunung, maupun arah menuju Taman Safari Indonesia.(DD06)