Iklan Digital yang Bikin Kemacetan Jadi Berkah
JAKARTA, KOMPAS — Era digital membuka kesempatan beriklan dan promosi secara luar ruangan atau outdoor dengan konten video. Dari sistem ini, pengiklan dapat menganalisis dan menyasar secara spesifik segmen tertentu.
Tren kemasan iklan dalam bentuk video yang dipadukan dengan kemacetan Jakarta merupakan peluang bagi Adroady. Usaha rintisan ini mengonsep, video iklan disampaikan lewat layar berukuran 32 inci yang dipasangkan pada kaca belakang mobil.
Selain kemacetan di Jakarta, konsep ini muncul karena adanya iklan yang ditempel pada kaca belakang mobil. ”Iklan ini bisa lebih dioptimalkan jika tidak statis atu bisa menampilkan gambar bergerak,” kata Chief Executive Officer dan Pendiri Adroady Edward Halley di Jakarta, Rabu (7/2).
Di bawah pintu bagasi mobil terdapat kamera yang berfungsi untuk menggambarkan keadaan di belakang mobil serta merekam data ”penonton”. Jangkauan kamera ini sepanjang 2 meter dengan sudut pandangan 60 derajat.
Dengan sistem ini, pengiklan dapat mengatur waktu tayang dan wilayah penayangannya sesuai dengan targetnya. Video yang ditampilkan berdurasi 30 detik.
Saat iklan ditayangkan, pengiklan juga dapat memantau dan menganalisis jumlah kendaraan yang dapat ”menonton” tayangan iklan. Tarif memasang iklan dengan sistem ini sebesar 15 dollar AS per 1.000 kali ditonton.
Mobil yang dimanfaatkan untuk mengedarkan tayangan iklan ini berasal dari taksi dalam jaringan atau daring. ”Kami bekerja sama dengan komunitas pengemudi taksi online,” ujar Edward.
Sampai saat ini ada 30 pengemudi yang mendaftarkan mobilnya. Targetnya, pada Maret 2018 mobil yang terdaftar menjadi 100 unit dan pada akhir 2018 menjadi 1.000 unit.
Dalam perjanjian antara pengemudi taksi daring dan Adroady, ada kontrak yang menyebutkan pengemudi wajib memenuhi target penonton yang ditetapkan. Pendapatan yang diperoleh pengemudi juga berdasarkan target ini.
Meski dipasang layar di kaca belakang mobil, ada layar kecil yang terletak di dekat kaca depan pengemudi yang menghadap ke belakang. ”Kami tetap mengutamakan keselamatan,” ujar Edward.
Sistem ini sudah diuji coba pada Oktober-November 2017 dengan menggunakan 20 mobil yang berada dalam jaringan rata-rata 8 jam. Ada lima pengiklan, yaitu Lazada, Nusatrip, Ralali, Panorama, dan Rumah.com.
Total ”penonton” yang terdata secara keseluruhan sebanyak 1,4 juta kendaraan. Kelimanya mempertimbangkan untuk bekerja sama dengan Adroady, bahkan salah satunya sudah menetapkan kesepakatan periklanan.
Jenis tayangan yang dapat diiklankan bersifat komersial atau yang merupakan program pemerintah. ”Kami ingin membantu sosialisasi program-program pemerintah. Tetapi, kami tidak membuka layanan untuk iklan yang sarat kampanye politik,” kata Edward.
Investasi yang mengalir ke Adroady berasal dari agen-agen periklanan konvensional. Agen-agen ini menyalurkan modalnya dengan membelikan layar untuk Adroady.
Menurut dosen Program Studi Desain Komunikasi Visual Institut Teknologi Bandung Fadillah, memasang iklan di kaca belakang mobil merupakan langkah efektif untuk mendekati sasaran iklan. ”Dari segi kuantitas jarak lebih dekat sehingga efektif untuk dilihat penumpang kendaraan yang berada di belakangnya,” ujarnya.
Karena pengiklan dapat menentukan lokasi dan waktu penayangan iklannya, visual konten menjadi sorotan. Fadillah mengatakan, jika wilayah yang disasar cenderung ramai secara visual (misalnya banyak gedung tinggi dan padat lalu lintas), konten perlu dikemas secara sederhana dan berfokus pada pesan yang hendak disampaikan.
Sebaliknya, jika wilayah yang disasar cenderung sepi, konten dapat dikemas dengan warna-warna yang kontras dan mencolok serta didukung oleh grafik.
Teknologi iklan
Kemampuan sistem ini dalam menyampaikan iklan dan merekam data untuk dianalisis tak lepas dari teknologi data raksasa atau big data, internet of things (IOT), dan pembelajaran mesin atau machine learning.
Data raksasa untuk menyimpan rekaman data jumlah kendaraan yang ”menonton” iklan, sedangkan pembelajaran mesin untuk mengenali jenis kendaraan dan mengelompokkannya.
Data yang direkam ini diintegrasikan dengan teknologi IOT ke dalam platform untuk dianalisis oleh pengiklan. Pusat data yang digunakan terletak di Singapura. ”Kami menggunakan Google Cloud,” ucap Edward.
Menurut rencana, pada kuartal kedua ini Adroady akan menambahkan fitur pengenalan jenis dan pelat nomor kendaraan. ”Ini bertujuan untuk memfokuskan analisis pengiklan,” kata Edward.
Sekitar kuartal ketiga dan keempat, Adroady akan menerapkan sistem tarif berdasarkan pemesanan dengan penawaran tertinggi. Tujuannya, untuk mengakomodasi permintaan pengiklan yang lebih spesifik jika dihdapkan dengan kompetitornya. (DD09)