Indonesia Ekspor Perdana Daging Wagyu ke Myanmar
JAKARTA, KOMPAS — Anak perusahaan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk, PT Santosa Agrindo (Santori), mengekspor daging sapi wagyu untuk pertama kali ke Myanmar, Rabu (7/2).
Pada tahap awal, ekspor yang baru sekitar 600 kilogram senilai 20.000 dollar AS itu diharapkan menjadi jalan pembuka, sekaligus ajang promosi daging sapi wagyu produksi Indonesia.
Director Corporate Affairs PT Japfa Comfeed Indonesia Rachmat Indrajaya pada peluncuran ekspor perdana di DHL Global Forwarding di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Rabu (7/2) sore, menyatakan, selain Myanmar, pihaknya juga telah menjajaki peluang ekspor ke Malaysia dan beberapa negara di Timur Tengah.
”Peluang ada dan kapasitas produksi kami cukup besar,” ujarnya.
Total kapasitas penggemukan sapi wagyu Santori mencapai 150.000 ekor per tahun, sementara kapasitas pembiakannya 10.000 ekor dan kapasitas rumah potong 24.000 ekor per tahun.
Lokasi kandang penggemukan, pembibitan, dan pengolahan tersebar di Lampung Timur, Lampung; Serang, Banten; dan Probolinggo, Jawa Timur.
Pasar Myanmar dinilai cukup menjanjikan. Negara itu kini tengah gencar membuka peluang investasi dari luar, termasuk dari Jepang. Masuknya investasi Jepang di Myanmar membuka permintaan daging sapi wagyu.
”Pengimpor dan penggunanya terutama adalah hotel, restoran, dan kafe,” ujar Yo Hendrik, Export Sales Manager PT Japfa Comfeed Indonesia.
Santori percaya diri untuk meneruskan ekspor produk wagyu lokal ini ke beberapa negara karena mengantongi sertifikat halal dan beberapa standar uji kelayakan ekspor.
Santori percaya diri untuk meneruskan ekspor produk wagyu lokal ini ke beberapa negara karena mengantongi sertifikat halal dan beberapa standar uji kelayakan ekspor.
Negara yang dimaksud antara lain Malaysia, Vietnam, Jepang, Singapura, Hong Kong, dan China. Demikian pula di kawasan Timur Tengah yang dinilai menjadi pasar potensial produk daging sapi wagyu, terutama Uni Emirat Arab dan Arab Saudi.
Direktur Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita menyebutkan, ekspor ini merupakan yang pertama kali bagi Indonesia.
Santori dan produsen lain di Indonesia diharapkan terus meningkatkan kapasitas dan kualitas produk agar mampu bersaing di pasar ASEAN, kemudian ke negara-negara potensial pasar produk peternakan lain.
Menurut Ketut, ekspor daging sapi wagyu bukan hal mudah karena selain memenuhi standar keamanan pangan dan peraturan negara tujuan, mesti bersaing dengan negara produsen lain, seperti Amerika Serikat dan Australia.
Dengan manajemen yang terintegrasi dari pembibitan, penggemukan, hingga pengolahan serta biosekuriti yang baik, daging yang dihasilkan bisa ditelusuri asal-usulnya dan dinilai memiliki cita rasa yang lebih baik.
Pemerintah dan sejumlah pelaku usaha perunggasan juga tengah berupaya mengekspor produk unggas nasional yang dinilai telah melebihi kebutuhan dalam negeri. Dalam waktu dekat, ekspor ke Timor Leste dinilai bakal segera terwujud.
Pemerintah dan sejumlah pelaku usaha perunggasan juga tengah berupaya mengekspor produk unggas nasional yang dinilai telah melebihi kebutuhan dalam negeri.
Menurut Ketut, Pemerintah Timor Leste, berdasarkan laporan dari tim auditor yang akhir Januari 2018 menyelesaikan analisis risiko impor di Indonesia, menyatakan telah memberikan lampu hijau bagi masuknya produk Indonesia.
Pada 22-27 Januari 2018, tim auditor yang dipimpin Direktur Jenderal Peternakan Timor Leste Domingos Gusmao menggelar serangkaian analisis risiko impor bibit, produk olahan, dan pakan unggas di Indonesia.
Kegiatan antara lain digelar di pabrik pakan milik PT Charoen Phokpand di Surabaya, Jawa Timur; pabrik pengolahan di Serang dan kandang di Lebak, Banten; serta pembibitan di Jembrana, Bali. Tim juga berkunjung ke Balai Besar Veteriner Denpasar untuk membahas rencana kerja sama pengawasan perbatasan.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Kementerian Pertanian Fini Murfiani menambahkan, produk Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan dengan negara lain yang selama ini menyuplai unggas ke Timor Leste, antara lain dari sisi kualitas, waktu tempuh, dan harga komoditas untuk sampai di Dili, Timor Leste.