Evakuasi Selesai, Rel Kereta Bogor-Sukabumi Mulai Diperbaiki
Oleh
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Rel kereta Bogor-Sukabumi mulai diperbaiki pascaevakuasi korban longsor di Desa Warung Menteng, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Proses relokasi warga di sekitaran rel juga segera disiapkan oleh pihak Kecamatan Cijeruk.
Kepala Polsek Cijeruk Komisaris Saffiudin Ibrahim mengatakan, seluruh korban berhasil dievakuasi pada Rabu (7/2). ”Korban terakhir yang ditemukan, atas nama Adit Pratama (11), jasadnya ditemukan sekitar pukul 09.00. Saat ini jasadnya sudah disemayamkan di daerah Cicurug,” ujarnya di Stasiun Maseng, Jawa Barat.
Selasa (6/2), empat jasad telah ditemukan, yaitu Nani (30), Aurel (2), Aldi (9), dan Alan (17). Total jumlah korban menjadi lima orang setelah jasad Adit ditemukan. Seluruh korban merupakan warga RT 002 RW 008, Kampung Maseng, Desa Warung Menteng.
”Kami telah memasang garis polisi, tetapi perbaikan rel sudah diperbolehkan. Namun, kami berharap koordinasi antara PT KAI agar memperhatikan keselamatan warga dan pekerja dalam proses perbaikan,” lanjutnya.
Dihubungi terpisah, Direktur Prasarana Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zamrides menyebutkan, proses perbaikan rel bisa dilakukan mulai hari ini. ”Kami estimasikan waktu sekitar satu minggu proses perbaikannya, terhitung dari selesainya proses evakuasi,” ucapnya.
Zamrides menjelaskan, proses perbaikan dengan membuat jembatan sementara untuk rel. Lokasi rel yang ambles sekitar 200 meter dari Stasiun Maseng, dengan kondisi rel yang masih tergantung sepanjang lebih kurang 40 meter.
Ada 50 bantalan rel yang masih menggantung. Akan kami siasati dengan jembatan sementara.
”Ada 50 bantalan rel yang masih menggantung. Akan kami siasati dengan jembatan sementara. Untuk perbaikan permanen, perlu pengkajian lebih lanjut, dengan detail engineering design yang baru,” katanya.
Menurut Zamrides, kemungkinan kontur tanah di rel tersebut tidak sanggup untuk menahan curah hujan yang tinggi. Kadar air yang terserap ke dalam tanah mengakibatkan sambungan rel dengan tanah menjadi terpisah sehingga mengakibatkan longsor.
”Metode yang digunakan dengan pemancangan habim baja, kemudian di antara habim ini akan dipasang perancah lebih kurang dengan ketinggian 12 meter ke atas. Lalu, di atas habim dan perancah ini akan kami pasang jembatan sementara,” tuturnya.
Agar konstruksi tetap kokoh, Zamrides mengatakan, butuh sejumlah material pendukung seperti rel bekas, rel bendel, dan bantalan kayu tambahan. Hingga saat ini, kereta Sukabumi-Bogor belum bisa beroperasi dan warga diharapkan menggunakan transportasi lain.
Proses relokasi
Camat Cijeruk Hidayat Saputradinata mengatakan, pemerintah daerah segera memprioritaskan proses relokasi warga RT 002 RW 008 Kampung Maseng, Desa Warung Menteng. ”Kami telah melakukan pendataan, total sejumlah 17 keluarga dengan jumlah 70 jiwa,” ujarnya.
Zamrides menyebutkan, sejumlah tanah yang ada di sekitar rel merupakan tanah PT KAI. Oleh sebab itu, lanjutnya, relokasi akan dilakukan setelah ada koordinasi dengan pemerintah daerah setempat.
Hidayat menambahkan, untuk perkiraan, lahan baru yang disiapkan seluas 4.000 meter. ”Namun, lokasinya masih belum pasti. Kami masih berkoordinasi dengan pihak kabupaten. Selain itu, kami juga tunggu kajian dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Bogor,” tuturnya.
Hidayat mengatakan, ada sembilan desa di Kecamatan Cijeruk yang termasuk dalam zona merah rawan longsor. Lokasinya ada di Desa Cipelang, Cijeruk, Warung Menteng, Cipicung, Cibalung, Palasari, Tajur Halang, Tanjung Sari, dan Sukaharja.
”Tidak semuanya akan kami relokasi, hanya yang di Warung Menteng,” katanya.
Yati (35), warga RT 002 RW 008 Kampung Maseng, mengatakan, dirinya sebenarnya merasa waswas tinggal di daerah tersebut. Lokasi rumahnya hanya berjarak sekitar 10 meter dari lokasi longsor.
”Saat ini, saya mengungsi ke rumah saudara saya, takut longsor lanjutan. Selain itu, tembok rumah saya sering retak karena sering ada getaran dari kereta yang lewat,” ungkapnya.
Yati bersedia direlokasi asalkan tempatnya tidak terlalu jauh dari rumah asalnya. ”Sehari-hari suami saya bekerja di bengkel motor dekat sini. Jadi kalau bisa, sih, lokasi relokasinya tidak terlalu jauh,” ujarnya.
Erni (39), warga RT 002 RW 008 Kampung Maseng, mengaku belum tahu akan ada rencana untuk relokasi. ”Kalau imbauan untuk mengungsi, sih, sudah disampaikan dari kemarin. Tapi kalau relokasi, saya belum tahu,” ucapnya.
Erni mengatakan sudah lebih dari 30 tahun tinggal di daerah ini. Longsor ini, lanjutnya, baru pertama kali terjadi selama hidupnya.
”Senin (5/2) juga tidak ada tanda-tanda akan longsor, tapi ternyata tiba-tiba saja longsor dan menimpa tiga rumah,” kata Erni. (DD05)