14 Jam Berjuang Menyelamatkan Nyawa
”Itu anak saya,” ujar Syamsuddin Ismail setengah tak berdaya di tengah kebisingan genset pembangkit listrik sekitar lokasi evakuasi. Syamsuddin menunjuk anaknya yang masih berada di dalam mobil, terimpit beton setebal 50 sentimeter dengan panjang 20 meter dan lebar 6 meter.
Honda Brio berwarna abu-abu tua yang ditumpangi Mukhmainna Syamsuddin (24) dan rekannya Dianti Diah Ayu Cahyani Putri (24) terlihat gepeng hingga setengah badan mobil, tertimpa beton dan longsoran tanah. Kedua perempuan itu terjebak di dalam mobil yang tertimbun beton dan longsoran tanah di sebelah kiri terowongan bawah rel kereta api Bandara Soekarno-Hatta, Jalan Perimeter Selatan, Tangerang Jakarta, Senin (5/2), pukul 17.15. Saat itu, hujan deras mengiringi perjalanan pulang dua karyawan PT GMF Aeroasia itu.
Pada pukul 18.40, pemadam kebakaran dan tim penyelamat lain, seperti Badan SAR Nasional (Basarnas), TNI, Polri, PMI, dan petugas Angkasa Pura II, mulai melakukan evakuasi dengan menggali tanah yang longsor. Lalu, pukul 19.49 ekskavator mulai digunakan untuk mengeruk dan mengangkat timbunan longsor.
Subuh telah lewat, sudah lebih 10 jam sejak proses evakuasi dimulai, tetapi Ina, panggilan Mukhmainna, tak kunjung bisa dibawa keluar dari mobil. Ina mengeluh kesakitan setiap kali tim evakuasi ingin memotong besi sabuk pengaman yang mengimpit badannya.
Pukul 05.25, seorang anggota tim Basarnas datang menghampiri ambulans yang ditumpangi oleh keluarga Ina. Petugas tersebut memberikan sebuah tas hitam milik Ina kepada keluarga Ina. Salah seorang kerabat Ina, Eva, membuka tas dan memeriksanya. Dia mengeluarkan dompet ungu yang berisi kartu identitas milik Ina.
”Mohon doanya agar Ina selamat,” ujar Eva lirih. Eva mengatakan, ibunda Ina tak dapat menyaksikan langsung evakuasi putrinya karena dia menderita penyakit darah tinggi.
Tak berapa lama, anggota tim Basarnas, Made Oka, datang menghampiri keluarga Ina. Ia menjelaskan bahwa petugas masih membutuhkan waktu untuk melepaskan Ina yang sementara terjepit di bagian pinggang kanan.
Pukul 06.20, kepala, tangan, dan kaki Ina sudah bebas. Namun, bagian perutnya masih tertahan besi sabuk pengaman. Tim evakuasi mesti berhati-hati setiap kali berusaha memotong besi yang menahan badan Ina.
Abdul Muis, paman Ina, sempat masuk ke dalam mobil ketika proses evakuasi berlangsung. Abdul sempat memegang tangan Ina dan meyakinkan keponakannya bahwa dia akan berhasil dikeluarkan. ”Dia merespons. Ina badannya kecil, tetapi kuat,” ujar Abdul.
Dia merespons. Ina badannya kecil, tetapi kuat.
Sekitar pukul 07.00, Ina dapat dievakuasi. Syamsuddin, yang tak tega melihat penderitaan anaknya, dipanggil mendekat ke area evakuasi.
Ambulans yang membawa Ina langsung pergi membawanya ke RS Siloam Karawaci. Ina juga masih merespons dengan baik kepada tenaga medis yang ada.
Syamsuddin mengaku telah memiliki firasat kuat bahwa Ina mengalami kecelakaan pada hari itu. Dalam grup Whatsapp keluarganya, sekitar pukul 16.00, ia telah menanyakan bagaimana putri pertama dan satu-satunya itu akan pulang. Ina membalas singkat bahwa ia akan pulang bersama Putri.
Ketika Syamsuddin lanjut bertanya di mana posisinya sekarang, Ina menjawab singkat telah mencapai Jalan Perimeter Selatan. Ina melanjutkan dalam percakapan Whatsapp di menit 16.59, ia merasa takut karena terowongan bawah tanah itu sangat gelap sehingga tidak dapat melihat apa-apa. Syamsuddin pada pukul 17.00 menjawab singkat agar dia berhati-hati.
Setelah itu, Ina tidak lagi membalas. Adik laki-laki Ina mencoba untuk bertanya lewat grup Whatsapp yang sama mengenai keberadaannya sekitar pukul 18.00, tetapi tak kunjung dijawab.
Sekitar pukul 19.00, beredar kabar dalam grup Whatsapp yang dimiliki Syamsuddin bahwa terjadi bencana longsor dan sebuah mobil tertimpa tembok beton. Hati Syamsyuddin langsung yakin bahwa itu adalah mobil yang ditumpangi Ina.
Setengah jam kemudian, ia telah tiba di lokasi kejadian untuk mencari keberadaan putrinya. Ia berangkat dari rumahnya yang berada di Kelurahan Batusari, Kecamatan Batuceper, Tangerang.
Kepala Basarnas Marsekal Muda TNI Muhammad Syaugi yang memimpin langsung proses evakuasi menyatakan, Ina dan Putri dalam kondisi sadar selama dievakuasi. Tim evakuasi selalu mengajak mereka bicara.
”Kami berikan semangat agar mental naik. Ina juga sudah kami berikan oksigen dan teh manis,” kata Syaugi.
Proses penyelamatan Ina memerlukan waktu hampir 14 jam. Syaugi menilai, tantangan terberat adalah beban tanah di atas beton. Berat tanah yang basah sangat membebani sehingga alat berat crane yang dapat mengangkat barang hingga 20 ton tidak dapat digunakan. Selain itu, area penyelamatan juga terbatas sehingga hanya dua petugas yang dapat masuk ke dalam mobil.
Putri meninggal
Sayangnya, takdir berkata lain untuk Putri. Untung tak dapat diraih, malang tak bisa ditolak.
Lepas tengah malam, di tengah gerimis, 15 anggota tim evakuasi terus mencangkul tumpukan tanah yang menimbun beton. Petugas memilih menggunakan cangkul karena khawatir penggunaan alat berat seperti crane justru akan membuat tembok beton jatuh kembali dan membuat kerusakan yang lebih parah. Crane akan menjadi pilihan terakhir.
Petugas memilih menggunakan cangkul karena khawatir penggunaan alat berat seperti crane justru akan membuat tembok beton jatuh kembali dan membuat kerusakan yang lebih parah.
Lewat pukul 02.00 tiba-tiba terdengar teriakan petugas Basarnas. ”Pisau cutter, cutter!” Ia berlari dari tempat evakuasi menuju mobil yang parkir sekitar delapan meter dari lokasi, lalu kembali. Tidak hanya dia, hingga pukul 02.20, seluruh anggota tim sibuk hilir mudik.
Sementara mereka yang tengah menyaksikan evakuasi hanya terpaku pada celah kecil berukuran 50 sentimeter di antara pembatas jalan bagian tengah dengan tembok beton yang telah roboh. Celah itu adalah satu-satunya pintu keluar bagi kedua korban bencana longsor itu.
Tak lama kemudian, 10 petugas naik ke tumpukan tanah, tiga meter dari celah itu. Mereka sibuk mencangkul tanah, sementara enam orang lainnya terlihat bersiaga tak jauh dari lokasi. Tanah dicangkul agar beban semakin ringan sehingga jack hidrolik dapat mengangkat beton lebih tinggi.
Enam menit kemudian, 15 orang mencangkul tanpa henti. Seragam oranye mereka tampak kontras dengan tanah coklat tua dan lampu putih yang menerangi. Sementara sebuah ekskavator ukuran besar di atas terowongan mulai digunakan untuk mengeruk tanah.
Petugas dari sejumlah instansi itu mulai berlari-lari. Mereka sibuk menyiapkan tempat tidur pasien dan ambulans, mengambil peralatan, serta membuka jalan dari tempat evakuasi ke ambulans.
Jumlah anggota tim yang mencangkul juga bertambah menjadi 20 orang. Mereka semakin bersemangat menggemburkan tanah untuk diangkut ekskavator.
Kemudian terdengar peluit dibunyikan sekali. Lalu dibunyikan kali kedua. Putri dapat dikeluarkan pada pukul 02.50, Selasa (6/2), setelah hampir 10 jam terjebak di dalam mobilnya.
Baju putih dan celana biru tua yang ia kenakan terlihat kusut. Ia segera ditangani tim medis yang telah bersiaga di tempat. Di atas tempat tidur pasien, Putri langsung dikenai alat penyangga leher dan dibawa ke ambulans.
”Ia masih merespons dengan baik ketika kami tanya namanya,” kata Rima Furi, dokter dari KKP Bandara Soekarno-Hatta yang menangani Putri di lokasi kejadian. Ia langsung memasang penyangga leher pada Putri karena memperkirakan, posisi Putri yang saat itu sebagai pengemudi dan Ina sebagai penumpang di samping akan menunduk ketika tembok jatuh menimpa atap mobil.
Selain itu, Putri diperkirakan mengalami patah tulang pada paha. Putri kemudian dibawa ke RSUD Tangerang. Namun, karena intensive care unit (ICU) sedang penuh, Putri kemudian dirujuk ke RS Mayapada.
Putri masih merespons dengan baik ketika kami tanya namanya.
Direktur Keuangan PT GMF Aeroasia Insan Nur Cahyo yang berada di lokasi kejadian menyatakan, Putri akhirnya mengembuskan napas terakhir pada pukul 06.47. Setelah diobservasi, ia mengalami patah tulang besar pada paha, benturan pada leher, serta napas dan detak jantung yang tidak stabil. Jenazah akan disemayamkan di rumah duka di Serang, Banten.
Diselidiki
Kapolres Bandara Soekarno-Hatta Kombes Akhmad Yusep Gunawan menyatakan, saat ini kepolisian akan fokus dalam pembersihan area bencana dan evakuasi. Penyelidikan akan dilakukan setelah itu.
Menurut pegawai Divisi Teknik PT Waskita Karya, Yani Wira, robohnya tembok beton kemungkinan dipicu juga oleh kondisi tembok yang sempat retak akibat gempa bumi beberapa waktu lalu. Yani terlihat memotret beberapa retakan yang tersebar di kedua sisi tembok terowongan.
”Sepertinya retak karena gempa bulan lalu,” ujar Yani. Pihak PT Waskita Karya merupakan salah satu kontraktor yang mengerjakan proyek KA Bandara Soekarno-Hatta.
Menurut dia, PT Waskita Karya masih mengkaji masalah tersebut. Lama waktu pengkajian juga belum diketahui karena melibatkan banyak elemen, seperti desain, kontraktor, dan logistik. Namun, dia menolak untuk berkomentar lebih jauh soal insiden robohnya tembok beton yang baru dibangun setahun itu. (DD13)