3 Kecelakaan dalam 2 Bulan, Keselamatan Kerja Proyek Infrastruktur Harus Jadi Perhatian
Oleh
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dalam dua bulan ini, terjadi tiga kecelakaan kerja pada proyek infrastruktur transportasi di Jakarta. Peristiwa terakhir menelan 4 korban tewas dan 1 orang mengalami luka ringan di Matraman, Jakarta Timur, Minggu (4/2) pagi. Faktor-faktor pendukung keselamatan kerja harus diutamakan agar kejadian serupa tak berulang.
Empat korban tewas adalah Jaenuddin (44), warga Karawang; Dami Prasetyo (25), warga Purworejo; Jana Sutisna (44), warga Bandung; dan Joni (34), tidak diketahui identitasnya. Secara umum, para korban mengalami luka di bagian kepala dan patah tulang tangan. Sementara itu, satu pekerja yang mengalami luka ringan adalah Zaenal (37).
Camat Jatinegara Nasrudin Abu Bakar menyampaikan, 2 korban tewas di tempat, sedangkan 2 lainnya tewas saat hendak ditangani di Rumah Sakit Premier Jatinegara dan Rumah Sakit Hermina Jatinegara. ”Satu pekerja lainnya mengalami luka ringan, Zainal,” kata Nasrudin di lokasi kejadian, Minggu pagi.
Musibah terakhir terjadi pada paket A proyek rel dwiganda Manggarai-Cikarang. Paket A mencakup pengerjaan rel dwiganda antara Stasiun Manggarai dan Jatinegara. Salah satu kaki crane launcher terlihat meleset dari dudukannya yang berada di pilar CP 22. Pilar ini berada sekitar 200 meter masuk ke arah barat dari tepi Jalan Matraman Raya.
Menurut laporan yang diterima Kepolisian Sektor Jatinegara, kecelakaan itu terjadi pada pukul 05.00. Pada pukul itu, 5 pekerja proyek menaikkan launcher gelagar (bridge girder launcher) dengan menggunakan alat berat berjenis crane.
Launcher gelagar itu berada di posisi yang kurang pas setelah didudukkan di atas tiang penyangga. Kemudian, bantalan rel jatuh menimpa empat pekerja yang membantu menaikkannya. Dari lima pekerja itu, empat pekerja tewas akibat tertimpa launcher yang berupa balok besi.
Dengan terjadinya musibah ini, dalam dua bulan terakhir telah terjadi tiga kecelakaan kerja di proyek pembangunan. Pada Selasa (2/1), enam balok gelagar untuk Tol Depok-Antasari di Kampung Rambutan, Jakarta Selatan, ambrol dan menimpa satu truk di bawahya. Lalu, pada Senin (22/1) balok gelagar untuk jembatan layang kereta cepat ringan (LRT) milik PT Jakarta Propertindo di Rawamangun, Jakarta Timur, roboh dan menyebabkan lima pekerjanya mendapatkan perawatan medis (Kompas, 23/1).
Terkait peristiwa itu, anggota Komite Keselamatan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Lazuardi Nurdin, yang turut meninjau lokasi kejadian terakhir, mengatakan, ada empat hal yang harus dipenuhi dalam kerja konstruksi. Empat hal itu adalah inpektur pengawas harus ahli kesehatan dan keselamatan kerja (K3) konstruksi, peralatan kerja harus aman, pekerjaan harus mempunyai prosedur operasi standar (SOP), dan memperhatikan lingkungan kerja, termasuk dengan cuaca.
”Empat faktor itu harus dipenuhi. Kejadiannya itu kan sewaktu subuh, semua hal mulai dari manusia, peralatan, sampai cuaca memengaruhi,” kata Lazuardi.
”Inspeksi awal pun tidak cukup. Sebelum alat akan digunakan, harus kembali diinspeksi untuk menjamin keamanan peralatannya.”
Edi Nursalam, Direktur Keselamatan Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, mengatakan, segmen jalur dwiganda Stasiun Manggarai-Jatinegara dijadwalkan selesai pada akhir 2018. Segmen itu termasuk salah satu paket pengerjaan dari proyek jalur dwiganda Manggarai-Cikarang.
Edi menyatakan, pengerjaan proyek itu tidak mengabaikan SOP meski dikejar waktu penyelesaian. Ia mengharapkan, dengan adanya musibah itu, segmen proyek yang telah berjalan selama tiga tahun tidak melampaui target penyelesaian.
Sementara itu, anggota Komite Keselamatan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Iwan Zarkasi, yang juga Direktur Jembatan Direktorat Jenderal Bina Marga, mengatakan, pihaknya akan mengobservasi lebih lanjut penyebab musibah ini.
Iwan mengatakan, pihaknya akan melakukan uji kapasitas dari launcher yang digunakan. Ia menjelaskan, crane launcher ini telah digunakan dalam pemasangan enam bentang gelagar sebelumnya. Selain itu, sistem pemasangan gelagar itu juga lazim dilakukan. ”Enam dari sepuluh gelagar yang direncanakan sudah berhasil dipasang,” kata Iwan ketika ditemui di tempat kejadian.
Direktur Operasional Hutama Karya Suroto mengatakan, pihaknya akan memeriksa pelaksanaan SOP. ”SOP itu adalah keharusan. Selain itu, ketika bekerja, tim dari pelaksana, keselamatan, dan lainnya harus lengkap hadir di lapangan sehingga pekerjaan bisa berjalan dengan baik,” kata Suroto.
Ia menambahkan, pengawas selalu ada di lapangan ketika pekerjaan dilakukan. Pengerjaan proyek juga akan dihentikan untuk sementara hingga investigasi selesai dilakukan.
Penyebab
Kepala Kepolisian Sektor Jatinegara Komisaris Supadi mengatakan, dugaan sementara dari terjadinya kecelakaan itu adalah kelalaian. Namun, pemeriksaan masih terus berjalan dan belum mendapatkan kesimpulan akhir.
”Untuk sementara, peristiwa itu adalah musibah. Nanti hasil lidik selanjutnya bisa menentukan tersangka dari gelar perkara,” kata Supadi saat dihubungi Minggu petang. ”Ini baru saksi-saksi saja. Belum ditentukan tersangkanya.”
Sebanyak enam saksi telah diperiksa pihak Polsek Jatinegara. Mereka adalah pekerja proyek tersebut. Saat ini, pemeriksaan dilanjutkan pihak Polres Jakarta Timur dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi.
Sore harinya, Kepala Bidang Balistik dan Metalurgi Forensik Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Besar Ulung Kanjaya mengatakan, penyelidikan masih terus berlanjut. Ia menambahkan, tidak ada kesulitan dalam melakukan penyelidikan. Namun, kesimpulan tentang penyebab kejadian belum bisa ditetapkan.
Jaja Bahar (50), warga di sekitar lokasi proyek, menceritakan, Sabtu (3/2) pukul 23.00-23.30, terjadi hujan deras, tetapi hujan berhenti setelah pukul 00.00, Minggu dinihari, dan berganti menjadi gerimis. Saat gerimis, Jaja menyaksikan pekerja itu masih melanjutkan pengerjaan proyek itu. Hingga pukul 01.00, ia melihat para pekerja itu sibuk memasang dudukan launcher. Jaja tertidur setelah pukul 01.00.
Mendadak, sekitar pukul 05.15, ia mendengar suara gemuruh besi jatuh dari lokasi proyek. Semua warga yang tinggal di sekitar tempat tinggalnya pun keluar rumah kebingungan dengan suara gemuruh itu. Ternyata, balok besi yang tadi dipasang jatuh menimpa pekerja proyek. (DD16/DD17)