Mawar Putih dan Supremasi Pop di Grammy Awards 2018
Oleh
Herlambang Jaluardi
·4 menit baca
Saat daftar nominasi diumumkan akhir tahun lalu, perhelatan Grammy Awards 2018 ke-60 sepertinya bakal menjadi milik genre rap atau hip-hop. Nominasi terbanyak dipegang dua wakil aliran itu, yaitu Kendrick Lamar dan Jay-Z. Itu juga jadi lonceng kematian bagi rock. Namun dalam malam penganugerahan, Senin (29/1) pagi waktu Indonesia, industri musik AS kembali berpihak pada pop.
Menjelang puncak acara yang digelar di Madison Square Garden, New York, AS itu, Bruno Mars (32), kelahiran Hawaii dari orang tua berdarah Puerto Riko dan Filipina, tersentak. Ia menerima piala di panggung tiga kali berurutan, tiga-tiganya untuk kategori utama: lagu terbaik “That’s What I Like”, serta rekaman terbaik dan album terbaik bagi 24K Magic.
Peter Gene Hernandez, nama lahir Bruno Mars, mengeluarkan album itu pada Oktober 2016. Tiga piala lainnya yang ia bawa pulang berada di ranah kategori genre R&B; album dan rekaman terbaik untuk 24K Magic, juga lagu terbaik bagi “That’s What I Like”. Album itu juga meraih Grammy untuk kategori Best Engineered, Non-Classical. Bruno dinominasikan untuk tujuh kategori, dan ia sabet seluruhnya.
Lagu-lagu ini disusun dengan luapan kegembiraan, dan juga cinta. Itulah yang mau aku ungkapkan lewat album ini; membuat pendengarnya berdansa
“Lagu-lagu ini disusun dengan luapan kegembiraan, dan juga cinta. Itulah yang mau aku ungkapkan lewat album ini; membuat pendengarnya berdansa,” kata Bruno. Ia juga mengucap terima kasih pada “pesaingnya” di kategori album terbaik, yaitu Jay-Z, Kendrick Lamar, Childish Gambino, dan Lorde. “Terima kasih, kawan, atas musik kalian yang memberkati dunia ini,” ucapnya.
Lamar menyongsong perhelatan Grammy kali ini dengan mengantungi tujuh nominasi, termasuk tiga kategori utama. Rapper berusia tiga puluh tahun dan dianggap sebagai performer paling inovatif di kalangannya ini unggul di kancah genre rap, yaitu untuk album DAMN, dan lagu “Humble”.
Senior Lamar di arena rap, Jay-Z adalah yang paling banyak mendapat nominasi, yaitu delapan kategori. Ia bermodal album rap yang sarat nuansa soul berjudul 4:44. Namun Jay-Z harus gigit jari. Tak satu pun piala yang ia raih. Ia juga tidak tampil di acara berdurasi tiga jam itu.
Rap, diwakili oleh Jay-Z dan Kendrick Lamar, boleh jadi favorit banyak orang untuk memuncaki kategori bergengsi. Jumlah nominasi yang diperoleh keduanya juga memperkuat dugaan itu. Namun Bruno, dengan musik pop bernuansa 80-an dan 90-an yang berkilauan menyalip di tikungan akhir.
Kejutan itu mengingatkan publik atas keunggulan Adele yang menyisihkan Beyonce, yang lebih dipuja publik AS, di kategori album terbaik pada Grammy 2017. Setahun sebelumnya, Lamar, yang difavoritkan menyabet gelar album terbaik juga merelakan piala itu jadi milik Taylor Swift atas album 1989.
Popularitas rap
Dominasi rap di Grammy tahun ini amat terasa. Separuh dari album yang dinominasikan di kategori album terbaik adalah karya rap/hip-hop. Di kategori pendatang baru terbaik, yang direbut Alessia Cara, juga jadi ajang pertarungan para rapper. Cara juga bergabung dengan rapper Logic menyanyikan lagu “1-800-273-8255” sebuah nomor sambungan pencegahan bunuh diri.
Kondisi itu tak mengherankan. Rap/hip-hop, yang pernah berjaya pada dekade 1990-an seperti bangkit kembali dalam dua-tiga tahun terakhir di AS, juga di belahan dunia lain, termasuk Indonesia.
Lembaga riset musik Nielsen dalam laporan tahunannya untuk AS menyebutkan, genre hip-hop adalah aliran musik yang paling dominan sepanjang tahun 2017. Hal itu baru pertama kali terjadi. Sembilan dari sepuluh lagu yang paling banyak dikonsumsi bercorak hip-hop, di antaranya dari Lamar, Post Malone, Migos, dan dua nominee Lil Uzi Vert serta Carli B.
Popularitas hip-hop terdorong dengan bertambahnya konsumsi musik dengan cara streaming. Nielsen mencatat, ada peningkatan 58,7 persen dalam menyimak audio melalui layanan on-demand streaming. Sementara menyimak lagu dalam bentuk video streaming bertambah 20,9 persen dibanding tahun sebelumnya.
Lagu berbahasa latin “Despacito” yang dibawakan Luis Fonzi dan Daddy Yankee adalah lagu terlaris dalam konteks penjualan dan layanan streaming. Lagu itu diputar sebanyak 1,3 miliar kali dengan cara streaming, dan dibeli-unduh sebanyak 2,7 juta kali. Dengan kegemilangan itu, lagu ini digadang-gadang merebut gelar lagu terbaik tahun ini. Namun, piala itu jadi milik “That’s What I Like” dari Bruno Mars, yang diputar streaming sebanyak 4,3 juta kali.
https://youtu.be/PMivT7MJ41M
“Kematian” rock
Gempita di kancah musik streaming itu yang tercermin di perhelatan Grammy. Penyelenggara, Recording Academy seperti memerhatikan suara populis dalam menentukan calon perebut piala. Genre musik keras; rock dan metal, benar-benar di luar arena tersebut.
Dalam tiga kategori utama, tak ada satu pun lagu atau album yang mewakili genre rock, apalagi metal. Gerombolan rocker juga absen mengisi daftar artis pendatang baru. Musik berfondasi gitar ini sedang tak banyak dikonsumsi publik. Tembang rock terlaris “Believer” dari band Imagine Dragons “cuma” dikonsumsi sebanyak 3,4 juta kali.
Tanpa mengurangi rasa hormat, penampilan rock terbaik diberikan pada mendiang Leonard Cohen (meninggal 7 November 2016) atas lagu “You Want It Darker”. Piala di kategori itu juga “diperebutkan” oleh almarhum Chris Cornell (meninggal 18 Mei 2017) bagi lagu “The Promise”. Dave Grohl, bersama Foo Fighters yang nyaris tak pernah absen dari ajang Grammy, membawa satu piala atas lagu rock terbaik pada “Run”.
https://youtu.be/JGwWNGJdvx8
Perhelatan Grammy kali ini diwarnai kampanye Time’s Up. Para pendukung gerakan kesetaraan, dan penghentian kekerasan seksual hadir di arena dengan memakai aksesoris—juga menggenggam—bunga mawar putih, misalnya Lady Gaga, Sir Elton John, Miley Cirus, dan Kesha.
Penyanyi dan aktris Janelle Monae, pendukung kampanye itu mengatakan, industri musik harus memerhatikan kesetaraan upah bagi perempuan, juga penghapusan penyalahgunaan kekuasaan dan kekerasan. “Bagi kalian yang berusaha membungkam (gerakan ini), kusampaikan dua kata: waktunya habis (time’s up)!”
Sementara itu, distribusi piala seperti abai pada gerakan kesetaraan. Laki-laki masih mendominasi daftar pemenang, bahkan di kategori yang lebih banyak perempuannya. Empat dari lima artis di kategori penampilan pop solo terbaik adalah perempuan, yaitu Kelly Clarkson, Kesha, Lady Gaga, dan P!nk. Kategori itu dimenangkan pria bernama Ed Sheeran.(GRAMMY.COM/REUTERS)