PALU, KOMPAS — Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Tengah bersama Kepolisian Resor Parigi Moutong menyelidiki dugaan perburuan monyet hitam sulawesi atau yaki (Macaca nigra) di kawasan Cagar Alam Pangi Binangga. Informasi tersebut didasarkan pada sebuah video yang diunggah di media sosial.
Kepala Subbagian Tata Usaha Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulteng Mulyadi Joyomartono di Palu, Senin (22/1), mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan informasi terkait dugaan perburuan tersebut. ”Petugas berwenang sudah berkoordinasi dengan kepolisian setempat untuk pengungkapan kasus. Tim gabungan juga sudah meninjau lokasi,” ujarnya.
Dalam dua hari terakhir, beredar video unggahan di salah satu kanal media sosial tentang sejumlah orang yang diduga menangkap monyet hitam Sulawesi di jalan Trans-Sulawesi poros Palu-Toboli (Parigi Moutong). Daerah tersebut merupakan bagian dari Cagar Alam Pangi Binangga.
Video tersebut memperlihatkan sejumlah orang memancing yaki ke dalam keranjang di sebuah pikap. Setelah seekor monyet hitam sulawesi masuk ke dalam keranjang, mereka langsung meninggalkan lokasi. Kawanan yaki pun kocar-kacir melihat kejadian tersebut.
Dalam dua tahun terakhir, kawanan yaki sering muncul di pinggir jalan di jalur yang dikenal dengan nama ”kebun kopi” itu. Warga yang melintasi jalur tersebut memberikan yaki makanan, mulai dari biskuit, roti, dan buah-buahan.
Secara terpisah, Kepala Kepolisian Resor Parigi Moutong Ajun Komisaris Besar Sirajuddin Ramly mengatakan, pihaknya menurunkan tim satuan reserse kriminal, satuan intelijen dan keamanan, serta Polsek Parigi Utara untuk mengungkap kasus tersebut. Ia menjanjikan untuk menangkap pelakunya.
Mulyadi dan Sirajuddin belum bisa memastikan jumlah yaki yang diduga ditangkap para pelaku. Di bagian akhir video terlihat setidaknya seekor yaki yang masuk ke dalam keranjang di pikap itu.
Yaki merupakan satwa endemik Sulawesi. Satwa tersebut dilindungi berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya.
Monyet hitam sulawesi memiliki warna bulu serba hitam, punya jambul di kepala, serta bulu di bagian pantat berwarna merah muda. Muka yaki memanjang, tidak bulat seperti monyet pada umumnya.
Di Sulteng, selain di Cagar Alam Pangi Binangga, yaki hidup di hutan primer di Kabupaten Tojo Una-Una. Populasi yaki di Cagar Alam Pangi Binangga sekitar 100 ekor. Yaki juga hidup di hutan-hutan Sulawesi Utara. Yaki terancam karena masih diburu manusia. Daging yaki dijual untuk dikonsumsi.
Mulyadi menyatakan, selama ini BKSDA mengimbau pengendara yang melintasi kebun kopi tidak memberikan makanan kepada kawanan yaki. Hal itu untuk mencegah yaki bergantung pada makanan pemberian manusia. Secara alami, yaki hidup dari makanan berupa buah-buahan di hutan.
BKSDA Sulteng pernah memasang papan berisikan larangan memberikan makanan kepada kawanan yaki. Namun, papan tersebut justru dirusak pengendara. ”Kami akan gencarkan sosialisasi,” kata Mulyadi.
Menurut Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Sulteng Aries Bira, kawanan yaki turun ke jalan Trans-Sulawesi karena kerusakan hutan akibat perambahan. Sejumlah titik di dekat jalan raya di Cagar Alam Pangi Binangga dirambah untuk perkebunan. Masalah perambahan harus diatasi untuk menyelamatkan populasi satwa tersebut.