Meski Ambrol, Proyek LRT Ditargetkan Selesai Tepat Waktu
JAKARTA, KOMPAS — Pihak pengembang proyek kereta ringan (LRT) rute Velodrome-Kelapa Gading menegaskan, ambrolnya girder di daerah Kayu Putih tidak menghambat jadwal selesainya proyek tersebut. Sebanyak lima pekerja terluka akibat ambrolnya girder ini.
Direktur Utama Jakarta Propertindo (Jakpro) Satya Heragandhi menegaskan, proyek tetap dijadwalkan selesai tepat waktu, yaitu pada Agustus 2018. Menurut rencana, LRT ini akan dioperasikan saat Asian Games 2018 digelar.
”Kami sudah dapat komitmen dari pihak Wika selaku kontraktor bahwa kejadian ini tidak akan mengganggu jadwal besar proyek. Bahkan, dengan permintaan Pak Gubernur DKI Jakarta, Juli 2018 harusnya sudah bisa beroperasi,” katanya saat dihubungi, Senin (22/1).
Proyek tetap dijadwalkan selesai tepat waktu, yaitu pada Agustus 2018. Menurut rencana, LRT ini akan dioperasikan saat Asian Games 2018 digelar.
Sebelumnya, pada Senin (22/1) pukul 00.20, girder konstruksi pembangunan antarspan P28-P29 ambrol dan melukai 5 pekerja. Lokasinya di Jalan Kayu Putih Raya, Pulogadung, Jakarta Timur. Satya menerangkan, panjang girder yang ambrol antara 29 meter dan 32 meter.
Satya menerangkan, penyebab insiden ini masih dalam tahap investigasi kepolisian. Ia menjelaskan, padahal pengerjaan di bentang P28 dan P29 sedang memasuki tahap akhir. Pada Minggu (21/1) sekitar pukul 21.00 sedang dilakukan pekerjaan stressing box girder dan selesai pada pukul 00.20.
”Menurut keterangan tim, tiba-tiba terdengar bunyi aneh saat proses selesai. Pekerja lapangan memeriksa dan mereka terjatuh dari atas. Akibatnya, mungkin butuh satu bulan hingga satu setengah bulan untuk pembenahannya,” katanya.
Dalam keterangan tertulis, PT Wika selaku kontraktor mengatakan, pekerjaan stressing dilakukan oleh PT VSL Indonesia dengan pengamanan di daerah sekitar area kerja melalui koordinasi tim traffic management dan safety dengan melakukan penutupan jalan di sekitar area kejadian. PT Wika juga berkoordinasi dengan polisi untuk penanganan area terdampak dan dipastikan tidak mengganggu lalu lintas di sekitarnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Jupan Royter menerangkan, kelima korban luka-luka telah dibawa ke RS Columbia Asia. Kelima korban tersebut adalah Rois Julianto (27), Wahyudin (18), Abdul Mupit (30), Ahmad Kumaedi (22), dan Jamal. ”Jamal masih belum bisa dimintai keterangan karena masih dalam perawatan,” katanya.
Jupan menjelaskan, berdasarkan keterangan korban, para pekerja saat itu sedang melakukan pemasangan not spider beem. ”Menurut keterangan korban, kondisi dek tidak menunjukkan adanya segmen roboh, tetapi terdengar bunyi retakan saat kejadian berlangsung,” katanya.
Kecelakaan infrastruktur
Kecelakaan dalam proyek infrastruktur di DKI Jakarta bukan hanya terjadi di proyek LRT ini. Sebelumnya, berdasarkan Kompas (3/1) pada awal tahun 2018, Selasa (2/1), enam gelagar kotak (girder) di Jalan Tol Depok-Antasari ambrol karena ekskavator menyenggol salah satu ruas pengerjaan proyek. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Namun, satu dump truck hancur karena tertimpa gelagar kotak.
Pada pemberitaan Kompas (3/1), Direktur Proyek LRT Jakarta PT Jakpro Allan Tandiono mengatakan, pihak Jakpro tetap mengutamakan keselamatan dan menargetkan pengerjaan selesai tepat waktu. Hal ini ia lakukan untuk antisipasi terkait ambrolnya proyek Jalan Tol Depok -Antasari tersebut.
”Selain itu, setiap kegiatan yang melibatkan kategori risiko kecelakaan tinggi, seperti pengangkatan box girder, PCU girder, dan PCI girder dengan menggunakan alat berat, harus sesuai persyaratan dari tim engineering, tim desain, dan tim keamanan,” katanya, Rabu (3/1) lalu.
Allan menjelaskan, beberapa faktor penyebab kecelakaan biasanya karena manajemen kontrol yang belum terpenuhi. Ia juga menuturkan contoh-contoh lain penyebab kecelakaan di proyek, yaitu faktor kelelahan, pengangkatan material, dan kurangnya pemahaman pekerja terhadap prosedur keamanan (Kompas, 3 Januari 2018).
Arus lalu lintas
Berdasarkan pantauan, Senin (22/1), Jalan Kayu Putih Raya, Pulogadung, Jakarta Timur, masih dapat dilalui kendaraan. Girder yang ambrol telah ditutup dengan terpal biru. Seorang petugas satpol PP yang sedang mengatur lalu lintas, Frenki HC, menjelaskan, kondisi lalu lintas terpantau lancar sejak pagi.
”Hanya ada penutupan satu ruas jalur yang bersebelahan dengan ambrolnya proyek ini,” katanya.
Odi (45), warga sekitar yang biasa melintas di sekitar lokasi ini, mengatakan, dirinya agak takut melintas di sekitar jalan tersebut. ”Meski agak takut, saya tetap melintas di sini karena cukup jauh jika harus mengambil jalan memutar,” katanya.
Kaban (60), warga sekitar, menyatakan tidak terlau cemas dengan insiden ambrolnya proyek LRT ini. Menurut dia, sehari-hari dia memang terbiasa melewati jalur tersebut.
”Kalau menurut saya sih, sepertinya ini karena human error, bukan karena kesalahan konstruksi, jadi saya tidak terlalu khawatir melintas,” ujarnya.
Sulitnya Proses Pemasangan
Dihubungi terpisah, ahli rekayasa struktur dari Institut Teknologi Bandung, Prof Iswandi Imran, menjelaskan, pemasangan girder merupakan salah satu proses yang sulit dilakukan dalan sebuah proyek. Girder ini melewati berbagai tahap sebelum dipasang, seperti proses pabrikasi (pencetakan) beton, proses pengangkutan ke lokasi pemasangan, proses pengangkatan di lokasi, hingga proses stressing.
"Dalam beberapa kasus kecelakaan proyek, proses pengangkatan girder ini menjadi penyebab gagalnya konstruksi. Kondisi lapangan yang sulit menjadi faktor yang mengakibatkan proses pengangkatan tidak berjalan baik," jelasnya.
Dalam beberapa kasus kecelakaan proyek, proses pengangkatan girder ini menjadi penyebab gagalnya konstruksi. Kondisi lapangan yang sulit menjadi faktor yang mengakibatkan proses pengangkatan tidak berjalan baik
Selain itu, Irwandi menjelaskan, jika ada bunyi retakan (crack) setelah proses stressing, kemungkinan ada konsentrasi yang sangat tinggi sehingga memicu keretakan. "Konsentrasi tegangan tinggi yang dipicu oleh bidang kontak yang tidak sempurna misalnya antar segmen. Tapi ini masih dugaan sementara, perlu ada investigasi lebih lanjut terkait hal ini," ungkapnya.
Iswandi menerangkan, proyek ini masih mungkin untuk selesai tepat waktu, meski waktunya lumayan mepet. "Selain itu, analisis keamanan kerja (job safety analysis) perlu diperhatikan dalam setiap tahapan pembangunan. Semua risiko, harus teridentifikasi dari awal dan harus dimitigasi agar tidak terjadi kegagalan," ungkapnya.
Iswandi menambahkan, faktor sumber daya manusia juga perlu diperhatikan, selain faktor perlengkapan serta metode kerja. "Faktor kelelahan tenaga kerja ini tidak boleh diabaikan, mungkin juga bisa menjadi penyebab gagalnya sebuah konstruksi," jelasnya. (DD05)