Trump Tega Pangkas Bantuan Pengungsi Palestina
WASHINGTON DC, RABU — Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dipastikan akan memangkas lebih dari separuh dana bantuan bagi jutaan pengungsi Palestina.
Bantuan AS kepada pengungsi Palestina selama ini disalurkan lewat Badan Bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNWRA) secara bertahap setiap tahun.
Kantor berita Reuters, Selasa (16/1), melaporkan, Washington sudah mengabarkan soal adanya pemotongan bantuan untuk tahun 2018 tersebut kepada UNWRA. Pada angsuran pertama tahun ini, AS hanya menyediakan 60 juta dollar AS atau setara dengan Rp 801,5 miliar.
Adapun lebih dari separuh lagi dana bantuan itu, yakni 65 juta dollar AS atau Rp 868,3 miliar, akan ditahan dan kelanjutannya sangat bergantung pada ”pertimbangan di masa mendatang”.
AS juga mendorong negara-negara kaya lain untuk maju dan berkontribusi lebih besar bagi Palestina.
”Sudah saatnya negara lain, beberapa di antaranya cukup kaya, maju dan mengambil peran mereka untuk memajukan keamanan dan stabilitas regional,” kata seorang pejabat AS kepada Reuters.
Sudah saatnya negara lain, beberapa di antaranya cukup kaya, maju dan mengambil peran mereka untuk memajukan keamanan dan stabilitas regional.
Sementara BBC juga melaporkan, seorang pejabat Kementerian Luar Negeri AS telah mengatakan perlu evaluasi yang mendasar terhadap UNRWA.
”Perlu ada penilaian yang mendalam tentang bagaimana UNRWA bekerja dan bagaimana program-program organisasi ini dibiayai,” lanjut pejabat tersebut.
Dalam kicauannya di Twitter, Trump mengancam akan memotong dana bantuan ke Palestina untuk memaksa Presiden Palestina Mahmoud Abbas maju ke meja perundingan damai dengan Israel.
”Ini tidak dimaksudkan untuk menghukum siapa pun,” kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert tentang pemotongan dana bantuan itu.
AS merupakan negara donor terbesar kepada UNRWA, badan PBB yang bekerja untuk membantu rakyat atau pengungsi Palestina di Tepi Barat, Gaza, Lebanon, Jordania, dan Suriah. Total pengungsi Palestina, menurut data UWRA per 31 Desember 2016, berjumlah 5,1 juta jiwa.
Sumbangan AS mencapai sepertiga atau lebih dari 30 persen dari total dana bantuan ke Palestina. Bantuan AS tersebut dialokasikan untuk penyediaan makanan, layanan kesehatan, dan bantuan pendidikan sejak 1950.
Badan bantuan PBB untuk pengungsi Palestina itu telah berkali-kali dikritik Pemerintah Israel karena dinilai selalu bias dan membiarkan fasilitasnya digunakan militan Palestina.
Badan bantuan PBB untuk pengungsi Palestina itu telah berkali-kali dikritik Pemerintah Israel karena dinilai selalu bias dan membiarkan fasilitasnya digunakan militan Palestina.
Harian The Independet melaporkan, pada 2016 AS menyumbang 335 juta dollar AS atau sekitar Rp 4,47 triliun melalui UNWRA. Jumlah yang sama direncanakan akan diberikan pada 2018. Namun, kenyataannya tak akan sebesar itu.
”Perlu ada penilaian ulang yang mendalam atas UNRWA tentang bagaimana mengoperasikannya dan cara pendanaannya,” ujar pejabat AS tersebut tentang kemungkinan bantuan di masa depan.
Pejabat tersebut juga mengatakan, AS ingin sumber dana UNRWA itu dibagi rata dengan negara-negara lain. ”Selama bertahun-tahun kami sebagai penyumbang paling besar,” ucapnya.
Dalam pemangkasan paket bantuan untuk Palestina, Pemerintah AS tampaknya merujuk kicauan (twit) Trump pada 2 Januari 2018.
Saat itu, Trump menulis bahwa orang-orang Palestina menerima bantuan ”ratusan juta dollar” dari AS, tetapi mereka sama sekali ”tidak menghargai atau menghormati”.
Salah satu pokok persoalan yang mencuat dalam proses perdamaian ialah pembangunan permukiman Israel di Palestina, yang hingga kini tidak pernah menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.
Awal Desember 2017, Trump pun mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel. Pengakuan sepihak Trump itu menimbulkan kekacauan di kawasan yang membuat ketegangan baru antara Israel dan Palestina.
Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley sebenarnya telah menganjurkan pemotongan penuh dana bantuan dari negaranya ke UNRWA. Ia menggemakan sebuah sentimen baru bahwa badan dunia tersebut memiliki bias anti-Israel.
Haley menyampaikan hal itu setelah Menteri Pertahanan James Mattis dan Sekretaris Negara Rex Tillerson mengisyaratkan, jika usaha UNWRA sangat terhambat, kerusuhan dapat berlanjut di Jordania, sekutu AS yang menampung 2,17 juta pengungsi Palestina.
Keputusan untuk menyediakan hanya 60 juta dollar AS pada tahap awal ini membuat lembaga PBB yang khusus menangani pengungsi Palestina itu takkan bisa beroperasi semaksimal mungkin.
Keputusan untuk menyediakan hanya 60 juta dollar AS pada tahap awal ini membuat lembaga PBB yang khusus menangani pengungsi Palestina itu takkan bisa beroperasi semaksimal mungkin.
Kerusuhan di wilayah itu pecah setelah Trump mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel pada awal Desember lalu. Pemotongan bantuan mungkin akan meningkatkan kekerasan di sana.
Trump sangat terpukul dan kecewa setelah 128 negara anggota Majelis Umum PBB memutuskan untuk menolak pengakuan unilateralnya atas Jerusalem sebagai ibu kota Israel. Pengakuan itu dinyatakan ”batal demi hukum” oleh Majelis Umum PBB pada 21 Desember 2017.
Menjelang pemungutan suara majelis, Nikki Haley memperingatkan semua negara AS bahwa AS akan memangkas bantuan kepada negara-negara tersebut.
Berbicara kepada anggota kabinetnya, Rabu lalu, Trump mengatakan, dirinya menyukai apa yang telah dikatakan Haley.
”Kepada semua bangsa ini, kalian mengambil uang kami dan kemudian justru memilih melawan kami. Kalian mengambil ratusan juta dollar, bahkan miliaran dollar, dan kemudian kalian memberikan suara menentang kami,” tutur Trump.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebutkan belum menerima pemberitahuan resmi AS soal pemangkasan dana bantuan kepada UNWRA. Namun, ia sangat khawatir jika ancaman Trump itu nyata.
”Saya sungguh berharap pada akhirnya AS bisa tetap memberikan sumbangan bantuan dana kepada UNRWA,” ujar Guterres. ”UNRWA bukan institusi Palestina, ini adalah organisasi PBB,” lanjutnya.
UNRWA bukan institusi Palestina, ini adalah organisasi PBB.
Dia juga mengatakan, UNRWA memainkan peran penting untuk menjaga stabilitas di Timur Tengah.
Beberapa pihak mengatakan, keputusan pemerintahan Trump untuk memangkas sumbangan dana ini mungkin untuk menekan Palestina agar bersedia mengikuti perundingan damai dengan Israel. (AFP/AP/REUTERS)