Kebutuhan Layanan Kesehatan Tinggi, Lippo Bangun Siloam hingga Daerah
LUBUK LINGGAU, KOMPAS — PT Siloam International Hospitals atau Siloam menyasar membangun rumah sakit tak hanya di kota besar, tetapi hingga daerah. Ekspansi rumah sakit ke daerah diperlukan agar timbul kemandirian pelayanan kesehatan.
Siloam yang merupakan bagian kelompok usaha Lippo Group memang sengaja berekspansi ke sejumlah daerah di Indonesia mengingat prospek industri rumah sakit dianggap masih cerah karena tingginya kebutuhan pelayanan kesehatan yang prima. Siloam merupakan salah satu anak perusahaan PT Lippo Karawaci.
”Prospek industri rumah sakit masih cerah karena tingginya kebutuhan pelayanan kesehatan. Ke depan, kuantitas rumah sakit sekaligus kualitasnya harus ditingkatkan,” ujar CEO Lippo Group James Riady saat peresmian Rumah Sakit Siloam Silampari, Kota Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, Kamis (11/1).
Hingga saat ini saja, jejak industri layanan kesehatan Lippo Group tak hanya tampak di Tanah Air, tetapi sudah sampai luar negeri. Ada 100 klinik di Singapura, 4 rumah sakit di Myanmar, dan 12 rumah sakit di Jepang. Dalam waktu dekat, Lippo Group akan membuka rumah sakit di Vietnam.
Prospek industri rumah sakit masih cerah karena tingginya kebutuhan pelayanan kesehatan. Ke depan, kuantitas rumah sakit sekaligus kualitasnya harus ditingkatkan.
Di Indonesia, Lippo Group tercatat memiliki 32 RS Siloam yang beroperasi di 23 kota. Ke depan, Lippo Group berkomitmen untuk turut mengembangkan keberadaan RS Siloam di daerah-daerah di Indonesia.
”Banyak tempat masih belum mandiri di layanan kesehatan sehingga terkadang pasien harus dirujuk ke kota lain,” ujar James.
Wakil Presiden Direktur Siloam Caroline Riady menilai, potensi mengembangkan industri rumah sakit di daerah amat besar. ”Dari statistik yang kami lihat, jumlah tempat tidur rumah sakit dibandingkan jumlah penduduk masih sedikit. Jumlah klinik dibandingkan jumlah penduduk juga masih sedikit,” tuturnya.
Sampai saat ini, Siloam telah beroperasi di sejumlah daerah, seperti Mataram (Nusa Tenggara Barat), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Baubau (Sulawesi Tenggara), dan Kabupaten Bangka Tengah (Bangka Belitung).
Dari statistik yang kami lihat, jumlah tempat tidur rumah sakit dibandingkan jumlah penduduk masih sedikit. Jumlah klinik dibandingkan jumlah penduduk juga masih sedikit.
Tahun ini, lanjut Caroline, pihaknya berharap bisa membuka 10 rumah sakit, termasuk di Jember, Jawa Timur. Targetnya, ada 100 RS Siloam di Indonesia pada tahun 2022.
Jika suatu daerah masih belum bisa dibangun rumah sakit, Siloam bisa menawarkan pembangunan klinik. Saat ini ada sekitar 20 klinik yang tersebar di Indonesia.
Sebagai langkah persiapan mengekspansi rumah sakit ke kota dan daerah, Siloam bekerja sama dengan Universitas Pelita Harapan untuk meluluskan dokter umum dan perawat. Mereka bisa direkrut untuk memenuhi kebutuhan tenaga medis di RS Siloam.
James menambahkan, investasi untuk membangun suatu rumah sakit, baik secara greenfield (proyek baru) maupun akuisisi, rata-rata membutuhkan investasi sekitar Rp 300 miliar.
Lubuk Linggau
RS Siloam Silampari menjadi rumah sakit di daerah yang pertama diresmikan Siloam dan Lippo Group pada tahun 2018. Rumah sakit itu terlatak di pusat kota Lubuk Linggau. Kota tersebut berjarak sekitar 305 kilometer dari Palembang serta berada di perbatasan Sumatera Selatan dan Bengkulu. Capaian ini diharapkan bisa diikuti dengan pembangunan rumah sakit di daerah lain.
Direktus RS Siloam Silampari Johan T Saleh menuturkan, rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit ke-2 di Sumatera Selatan setelah Palembang. Kota Lubuk Linggau menjadi tempat strategis untuk membuka rumah sakit baru karena berada di perbatasan Sumatera Selatan dengan Bengkulu. Hal itu membuatnya dilintasi warga Sumatera Selatan yang ingin pergi ke kota lain, seperti Bengkulu dan Padang.
Kota Lubuk Linggau menjadi tempat strategis untuk membuka rumah sakit baru karena berada di perbatasan Sumatera Selatan dengan Bengkulu.
Rumah sakit yang terintegrasi dengan Lippo Plaza Lubuk Linggau itu beroperasi di bangunan lima lantai seluas sekitar 8.250 meter persegi dan tanah seluas 21.036 meter persegi. Sebanyak 20 dokter spesialis, 8 dokter umum, serta 51 perawat akan memberikan pelayanan kesehatan bagi warga Lubuk Linggau dan sekitarnya, termasuk Bengkulu.
Saat ini, rumah sakit itu dilengkapi berbagai peralatan medis, seperti CT-scan 64 slices dan didukung dokter spesialis bedah, penyakit dalam, anak, kebidanan, THT, saraf, dan mata. Saat ini, kapasitasnya mencapai 145 tempat tidur. ”Ke depan, kami akan tingkatkan secara bertahap menjadi 175 tempat tidur,” ucap Johan.
Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin, yang hadir dalam peresmian, menyatakan, keberadaan RS Siloam Silampari sebagai penambahan rumah sakit di Sumatera Selatan diperlukan mengingat kapasitas tempat tidur yang ada saat ini belum mencukupi.
Rumah sakit yang terletak di Jalan Yos Sudarso itu memberi pilihan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan warga Lubuk Linggau dan sekitarnya. Menurut dia, rumah sakit di Sumatera Selatan masih dibutuhkan sehingga dirinya mengundang investor membangun fasilitas pelayanan kesehatan itu.
Adapun Sekretaris Daerah Kota Lubuk Linggau Rahman Sani mengucapkan, warga Lubuk Linggau menyambut baik pengoperasian RS Siloam Silampari. Sebab, rumah sakit itu bisa menyerap sumber daya manusia yang ada di kota tersebut serta membuat perekonomian Lubuk Linggau lebih menggeliat. Penambahan rumah sakit juga dinilai berpotensi menggerakkan sektor lain, misalnya transportasi, kuliner, dan industri kesehatan.
”Kami ada tenaga SDM potensial untuk menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan di Lubuk Linggau,” kata Rahman.