MAJALENGKA, KOMPAS — Pergerakan tanah yang terus meluas di Desa Cimuncang, Kecamatan Malausma, Kabupaten Majalengka, menimbulkan ketakutan warga. Meski 66 warga sudah mengungsi, warga tetap khawatir pergerakan tanah makin parah, seiring puncak musim hujan.
Hingga Minggu (7/1) sore, puluhan warga masih mengangkut barang-barangnya dari rumah untuk dipindahkan ke Madrasah Tsanawiyah Al Ma’sum II, sekitar 300 meter dari lokasi bencana. Gedung dengan tiga kelas yang masing-masing berukuran 30 meter persegi ini menjadi tempat pengungsian, dua hari terakhir.
Di sana disiapkan tenda oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Majalengka, pemerintah desa setempat, dan taruna siaga bencana. Polisi dan TNI membantu warga mengamankan barang-barangnya.
Berdasarkan data sementara BPBD Majalengka tercatat 66 warga mengungsi. Sebelumnya, Sabtu (6/1), sebanyak 16 warga mengungsi di sekolah dan lima lainnya ke rumah kerabat. ”Kami masih mendata jumlah pasti pengungsi, termasuk yang pergi ke rumah kerabat,” ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Majalengka Nana Rukmana.
Menurut Nana, bencana bermula pada Sabtu pukul 05.00, setelah hujan lebat beberapa jam sebelumnya. Sebanyak 15 rumah terdampak dan retak, bahkan beberapa di antaranya ambruk dan kini sudah dikosongkan.
Sejumlah tembok penahan tebing juga ambrol. Dua masjid rusak ringan dan sebuah jalan antarblok terputus. Hingga Minggu malam tak ada korban jiwa. ”Pengamatan terbaru, keretakan rumah warga meningkat 2 sentimeter. Kami akan memantau satu pekan ini. Kalau keretakannya meluas, pengungsian bisa lebih dari sepekan,” tutur Nana.
Terkait kemungkinan relokasi warga, Nana mengatakan, pihaknya masih menunggu kajian tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Menurut dia, pergerakan tanah dipicu hujan lebat saat kondisi tanah terbuka setelah mengering akibat kemarau.
Yayat Surpriyatna (45), warga setempat, mengatakan, dia bersama sembilan anggota keluarga sudah dua hari mengungsi dengan beralaskan tikar. ”Kami khawatir ini makin parah. Jadi, lebih baik mengungsi. Namun, anak saya, Euis (3), mengeluh kedinginan,” ujar Yayat yang tidak membawa selimut.
Daerah di 37 kilometer dari pusat kota Majalengka itu termasuk wilayah perbukitan, berketinggian 899 meter di atas permukaan laut. Saat hujan sore hari, kabut menghampiri permukiman warga.
Kepala Desa Cimuncang HM Engkus mengatakan, pergerakan tanah bukan kali ini saja terjadi. Pada 2013, Blok Cigintung yang berjarak sekitar 1 kilometer dari Blok Pamujaan juga diterjang pergerakan tanah. (IKI)