Jakarta Masih Menjadi Magnet Wisatawan Mancanegara
JAKARTA, KOMPAS — Jakarta masih menjadi salah satu tujuan utama bagi wisatawan mancanegara. Meskipun Jakarta termasuk kota metropolitan, ternyata kecenderungan wisatawan mancanegara datang ke Jakarta adalah untuk menikmati wisata budayanya.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Indonesia Dadang Rizki Ratman mengatakan, saat ini Jakarta menjadi tujuan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) terbesar kedua di Indonesia. Kunjungan wisman terbanyak tetap ke Bali.
Jakarta menjadi tujuan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) terbesar kedua di Indonesia. Kunjungan wisman terbanyak tetap ke Bali.
”Sebanyak 40 persen dari total kunjungan wisman di Indonesia menuju ke Bali. Kemudian, untuk Jakarta sebesar 25 persen, Kepulauan Riau 20 persen, dan 5 persen ke daerah lain,” ungkap Dadang di Gedung Sapta Pesona, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (4/1).
Ia menjelaskan, faktor ketersediaan atraksi, akses, dan amenitas (3A) membuat ketiga tempat tersebut menjadi kunjungan utama para wisatawan.
Atraksi terkait dengan ketersediaan pilihan destinasi wisata, seperti wisata alam, wisata budaya, dan wisata buatan. Kemudian untuk akses adalah ketersediaan transportasi menuju tempat wisata, dan amenitas adalah fasilitas penunjang di tempat wisata.
”Untuk wisman yang ke Jakarta, sekitar 45 persen pengeluarannya dialokasikan ke akomodasi, kemudian 40 persen untuk makan dan belanja, dan 15 persen untuk kebutuhan transportasi lokal,” kata Dadang.
Wisman yang datang ke Jakarta biasanya cenderung untuk keperluan bisnis. Dadang menjelaskan, di sela-sela keperluan bisnis itu, wisman yang datang menyempatkan diri untuk mengunjungi tempat wisata di Jakarta, bahkan ke daerah luar Jakarta juga.
”Jakarta itu lengkap destinasinya untuk wisman, seperti wisata budaya di museum seperti Taman Mini Indonesia Indah, museum Kota Tua, dan Monumen Nasional. Untuk wisata alam, ada Kepulauan Seribu sebagai tempat wisata utama, dan untuk wisata buatan ada Ancol yang menjadi destinasi utama,” kata Dadang.
Enam puluh persen wisman di Jakarta melakukan kunjungan wisata budaya, 35 persen untuk wisata alam, dan 5 persen untuk wisata buatan.
Ia menuturkan, berdasarkan hasil Passenger Exit Survey tahun 2015-2016 yang dilakukan Kemenpar, sebanyak 60 persen wisman di Jakarta melakukan kunjungan wisata budaya, 35 persen untuk wisata alam, dan 5 persen untuk wisata buatan.
”Wisata budaya ini juga bukan sekadar mengunjungi tempat wisata historis seperti museum. Acara-acara kebudayaan bahkan festival musik dengan artis internasional juga termasuk ke dalam wisata budaya. Bahkan acara-acara ini meningkatkan kunjungan wisman ke Jakarta,” kata Dadang.
Dadang mengatakan, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, wisman yang datang ke Jakarta paling banyak berasal dari China, sebanyak 29.863 kunjungan pada November 2017.
Kemudian diikuti kunjungan wisman asal Malaysia (29.612 kunjungan), Singapura (18.966 kunjungan), Jepang (18.524 kunjungan), dan Korea Selatan (12.380 kunjungan).
Wisman yang datang ke Jakarta memiliki beragam keinginan. Mulai dari yang memiliki budget besar hingga budget minim. Fasilitas hotel murah hingga yang berbintang lima juga ada di Jakarta.
Secara umum, wisman yang datang ke Jakarta memiliki beragam keinginan. Mulai dari yang memiliki budget besar hingga budget minim. Fasilitas hotel murah hingga yang berbintang lima juga ada di Jakarta.
Dadang berharap wisman yang datang ke Jakarta juga bisa didorong untuk melakukan wisata belanja, seperti wisman yang berkunjung ke Singapura.
Salah satu tempat yang ditargetkan menjadi tempat wisata belanja adalah Pusat Grosir Tanah Abang yang pembelinya berasal dari banyak negara. Selain itu, Dadang juga berharap daerah lainnya juga bisa melengkapi faktor 3A agar bisa menarik kunjungan wisman dan meningkatkan pemasukan negara.
Berdasarkan data Kompas (12 Oktober 2017), di tengah tren penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia selama lima tahun terakhir, dari kisaran 6 persen menjadi 5 persen pada 2016, sektor pariwisata tumbuh menjadi primadona baru yang menjanjikan.
Perubahan konsumsi dan gaya hidup diprediksi menciptakan target baru kunjungan wisatawan. Target yang sebenarnya tidak sulit asal pandai memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi global.
Perubahan konsumsi dan gaya hidup diprediksi menciptakan target baru kunjungan wisatawan.
Tahun 2019 diharapkan terwujud kunjungan 20 juta wisatawan mancanegara ke Indonesia. Target yang sebenarnya tidak sulit asal pandai memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi global. Perekonomian dunia sudah mulai pulih, ditandai dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi banyak negara.
Jumlah wisatawan mancanegara dalam 10 tahun terakhir meningkat 136 persen, dari 4,8 juta orang pada 2006 menjadi 11,5 juta orang pada 2016. Tahun 2017, target 15 juta wisman mungkin bisa tercapai karena sejak Januari hingga Agustus sudah datang 9,2 juta wisatawan asing.
Wisata budaya
Abdul (38), wisatawan asal Arab Saudi, menjelaskan, dirinya masih lebih memprioritaskan wisata budaya ketika mengunjungi Jakarta.
”Saya sudah dua minggu di Jakarta, dan ini merupakan hari terakhir saya. Saya paling suka mengunjungi museum seperti Monas dan Kota Tua selama di sini,” ungkap Abdul saat ditemui di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, Kamis (4/1).
Orang-orang di sini sangat ramah, dan saya juga mempromosikan kepada teman-teman saya agar mereka bisa mengunjungi Jakarta nantinya.
Ia sendirian datang ke Jakarta untuk keperluan bisnis, dan selama di Jakarta ia menginap di daerah Mangga Dua. Abdul menjelaskan, suasana Kota Tua sangat berkesan dan tidak ia dapatkan di negaranya.
”Orang-orang di sini sangat ramah, dan saya juga mempromosikan kepada teman-teman saya agar mereka bisa mengunjungi Jakarta nantinya,” kata Abdul.
Selama di Jakarta, Abdul mengaku telah menghabiskan sekitar 2.000 dollar AS untuk biaya wisatanya. Ia mengatakan, biaya terbesar ia alokasikan untuk akomodasi dan tiket pesawat menuju Jakarta.
Selain itu, Abdul mengatakan, dirinya belum tertarik melakukan wisata lainnya selain wisata budaya.
”Saya belum punya prioritas untuk melakukan wisata lain, seperti wisata belanja atau ke tempat hiburan malam di Jakarta. Lebih baik saya alokasikan untuk ke tempat-tempat bersejarah,” kata Abdul.
Jakarta bagaikan kampung halaman kedua baginya. Sebelumnya ia cukup lama tinggal di Jakarta. Namun, karena keperluan pekerjaan, saat ini ia tinggal di China.
Mark Thomas (59), warga negara Amerika Serikat, mengatakan, Jakarta bagaikan kampung halaman kedua baginya. Sebelumnya, ia cukup lama tinggal di Jakarta. Namun, karena keperluan pekerjaan, saat ini ia tinggal di China.
”Saya rindu Jakarta. Kota ini punya banyak kenangan untuk saya. Oleh sebab itu, saat ini saya menyempatkan untuk berlibur ke Jakarta,” ungkap Thomas di kawasan Jalan Jaksa, Jakarta Pusat.
Thomas menuturkan, dirinya sangat menyukai kebudayaan Jakarta, khususnya ondel-ondel. Selain itu, hiburan seperti musik dangdut menjadi daya tarik tersendiri baginya.
Ia sangat menyukai kebudayaan Jakarta, khususnya ondel-ondel. Selain itu, hiburan seperti musik dangdut menjadi daya tarik tersendiri baginya.
Selain itu, ketika pertama kali berkunjung ke Jakarta, ia pernah kecopetan di daerah Kota Tua. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan kerinduannya terhadap Jakarta.
Ia pun mempunyai pengalaman unik. Ketika ia bujangan, ia kerap mengunjungi beberapa tempat prostitusi di Jakarta.
”Seperti di daerah Blok M, Menteng, Kemang, dan Jakarta Kota. Bagi saya, itu adalah satu hiburan malam selama saya bujangan. Namun, saat ini saya sudah tidak ke sana lagi,” kata Thomas sambil tertawa.
Thomas juga menjelaskan, Jakarta, bahkan daerah lainnya di Indonesia, memiliki potensi pariwisata yang sangat baik. Ia berharap masyarakat Indonesia bisa menerima kunjungan wisman dengan terbuka dan keramahan lokalnya. (DD05)