JAKARTA, KOMPAS — Proyek prasarana kereta api ringan atau light rail transit Jakarta dan pembangunan enam jalan tol dalam kota Jakarta turut meningkatkan kerentanan di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, terhadap ancaman genangan dan banjir.
Hal itu terjadi lantaran fasilitas-fasilitas saluran air rusak yang diakibatkan oleh beban alat-alat berat proyek LRT.
”Banyak jalan dan saluran air rusak akibat pembangunan prasarana LRT seperti terlihat dari Jalan Raya Kelapa Nias yang bertemu di MKG (Mal Kelapa Gading) hingga ke jalan yang menuju Jalan Perintis Kemerdekaan (Jalan Boulevard Raya),” kata Kepala Satuan Pelaksana Sumber Daya Air Kecamatan Kelapa Gading, Rukmana, Kamis (14/12) di Jakarta.
Dampak pembangunan enam jalan tol dalam kota Jakarta ruas Semanan-Sunter dan Sunter-Pulo Gebang yang saat ini sedang pada pengerjaan Seksi A Kelapa Gading-Pulo Gebang ialah kerusakan jalan dan saluran, seperti terlihat antara lain di Jalan Boulevard Barat.
Kepala Satuan Pelaksana Bina Marga Kecamatan Kelapa Gading Afrianton menambahkan, truk dan alat berat dari kedua proyek juga kerap melewati lempeng beton penutup saluran.
Padahal, lempeng beton penutup di sejumlah tempat itu tidak dirancang untuk menahan beban yang melebih berat mobil-mobil sedan atau kendaraan multiguna (MPV). Akibatnya, sejumlah lempeng beton itu hancur dan ketika debit air di saluran sedang melimpah, air limpasannya membanjiri jalan.
Jika saluran sepanjang proyek LRT dan jalan tol penuh sedimen, air pun mengalir tak tentu arah ke jalan raya dan membanjiri kawasan yang lebih luas.
Sedimen proyek LRT pun masuk ke saluran air. Jika saluran sepanjang proyek LRT dan jalan tol penuh sedimen, air pun mengalir tak tentu arah ke jalan raya dan membanjiri kawasan yang lebih luas.
Rukmana mengklaim, sekitar 300 meter turap pada saluran penghubung (PHB) Kelapa Nias rusak akibat kegiatan pemasangan pancang-pancang prasarana LRT.
Kerentanan bertambah karena pelaksana proyek enam ruas jalan tol dalam kota Jakarta melakukan pelebaran jalan dengan bagian pinggir lebih tinggi dibandingkan dengan bagian tengah jalan.
Menurut Afrianton, pelaksana proyek kemungkinan menyamakan tinggi pinggir jalan dengan ketinggian jalur menanjak yang menuju gedung pertokoan. Itu membuat air terkumpul di tengah karena tidak bisa masuk tali-tali air.
Sesuai pantauan Kompas, jalan hasil pelebaran dengan bagian pinggir yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian tengah terdapat di Jalan Boulevard Timur dan Barat.
Kemiringan tersebut antara lain terasa di seberang Al Azhar di Jalan Boulevard Timur dan antara Bank of India dan Hauz di Jalan Boulevard Barat.
Di sempadan PHB Kelapa Nias memang ada ruas turap yang rusak, tetapi sejumlah titik dilengkapi dengan tumpukan karung pasir.
Camat Kelapa Gading Manson Sinaga mengatakan, pihaknya sudah meminta penanggung jawab proyek parasarana LRT Jakarta serta jalan tol di Kelapa Gading untuk memperbaiki jalan dan saluran yang rusak.
Masalahnya, perbaikan makro dan permanen belum bisa dilakukan karena proyek masih berjalan.
”Nanti kalau sudah selesai proyek, baru mereka melakukan perbaikan menyeluruh dan permanen terhadap saluran rusak dan jalan berlubang. Itu jawabannya,” katanya.
Para penanggung jawab proyek prasarana LRT dan jalan tol agar menyiapkan pompa untuk menyedot genangan dari jalan-jalan di area proyek agar air segera masuk ke saluran, terutama saat hujan.
Dengan kondisi proyek belum rampung, Rukmana merekomendasikan kepada para penanggung jawab proyek prasarana LRT dan jalan tol agar menyiapkan pompa untuk menyedot genangan dari jalan-jalan di area proyek agar air segera masuk ke saluran, terutama saat hujan.
Namun, ia hingga kini belum melihat pengadaan pompa-pompa tersebut oleh para penanggung jawab.