Dalam Berinvestasi, Aspek Kelestarian Lingkungan Penting Dilibatkan
Oleh
DD09
·3 menit baca
DEPOK, KOMPAS -- Dalam berinvestasi, tanggung jawab sosial perusahaan terhadap keberlanjutan lingkungan turut diperhitungkan. Aspek ini penting karena berperan pada kelestarian alam di tengah pertumbuhan ekonomi.
Dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI), Irwan Adi Ekaputra menyampaikan pentingnya memperhatikan aspek pertanggungjawaban sosial perusahaan ketika hendak berinvestasi. Investasi jenis ini disebut juga Socially Responsible Investing (SRI).
Secara prinsip, SRI memperhitungkan keberlanjutan kelestarian alam, dampak sosial, usaha, etika,dan tata kelola, serta tiga hal lain yang diperhatikan dalam investasi klasik. "Tiga hal itu meliputi, risiko, imbal hasil, dan likuiditas," ucap Irwan di Balai Sidang UI, Depok, Rabu (13/12).
Di Indonesia, SRI juga diterapkan dalam investasi saham secara individu dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Sejak 8 Juni 2009, BEI dan Yayasan Keragaman Hayati Indonesia (Kehati) bekerja sama menerbitkan indeks SRI-KEHATI yang memuat 25 emiten. Kriteria yang diperhitungkan dalam indeks tersebut meliputi, kepedulian lingkungan, prinsip keberlanjutan, dan tata kelola.
Jika dilihat perkembangannya, sejak awal tahun hingga Oktober 2017, indeks SRI-KEHATI menghasilkan pertumbuhan 17,19 persen. Sedangkan, indeks harga saham gabungan (IHSG) tumbuh 13,38 persen. "Ini menunjukkan, jika memperhatikan aspek-aspek SRI, khususnya keberlanjutan alam, pertumbuhannya lebih tinggi dari IHSG," tutur Irwan.
Ini menunjukkan, jika memperhatikan aspek-aspek SRI, khususnya keberlanjutan alam, pertumbuhannya lebih tinggi dari IHSG
Ada tiga pilihan metode lainnya jika ingin berinvestasi dengan prinsip SRI, yaitu pendekatan selektif (screening approach), pendekatan aktivis (activist approach atau shareholder activism), serta investasi pengembangan komunitas (community development investing).
Dalam pendekatan selektif, investor menentukan indikator-indikator keberlanjutan dan kelestarian alam untuk menyeleksi perusahaan-perusahaan yang hendak diberikan modal. Kriteria tersebut juga dapat menggunakan model manusia, planet, dan keuntungan (people, planet, profit) yang mengintegrasikan aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial.
Dalam pendekatan aktivis, investor dapat menggunakan hak suaranya kepada perusahaan untuk bergerak ke arah kepedulian lingkungan. Selain itu, investor juga dapat berdiskusi secara intensif dengan petinggi perusahaan untuk membicarakan arah gerak tersebut.
Sedangkan, investasi pengembangan komunitas lebih mengarah pada keberlanjutan sosial. "Metode ini membuat investor memberikan modal kepada pelaku usaha yang sulit mendapatkan dana dari institusi keuangan konvensional," kata Irwan.
Sebagai Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI yang turut hadir, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, prinsip SRI merupakan suatu instrumen berinvestasi yang dapat diterapkan investor yang memiliki kriteria tertentu untuk memberikan kekayaannya. Dalam hal ini, kriteria tersebut mengacu pada nilai-nilai kelestarian alam dan dampak sosial.
Kota pintar
Selain dalam berinvestasi, aspek kelestarian lingkungan juga diperhitungkan dalam membangun kota pintar. "Saya bergabung dengan konsorsium Smart City yang merupakan bagian dari proyek The United States Agency for International Development atau USAID," kata Guru Besar Fakultas Ilmu Komputer UI Wisnu Jatmiko.
Wisnu mengatakan, pihaknya memulai penelitian ini sejak lima bulan lalu. Dana yang didapatkannya sebesar Rp 5 miliar untuk 4 tahun. Penelitian konsorsium ini diharapkan dapat menjawab tantangan dinamika perkotaan seperti, teknologi ramah lingkungan, infrastruktur urban, serta penerapan teknologi informasi dan komunikasi.
Salah satu tantangan yang telah dijawab Wisnu ialah kemacetan kota. Dia menyusun sistem cerdas yang menghitung kendaraan di persimpangan. Sistem ini dapat diintegrasikan dengan lampu lalu lintas sehingga lamanya lampu merah dapat disesuaikan dengan kepadatan jalan pada persimpangan tersebut.
Syarat utama kota pintar adalah e-government. Saya targetkan, perpres ini selesai pada akhir tahun 2017 atau awal 2018
Menurut Bambang, sistem kota pintar ini berpotensi diterapkan di Indonesia. Untuk mendorong penerapan kota pintar di daerah, pihaknya tengah menyiapkan peraturan presiden (perpres) terkait e-government. "Syarat utama kota pintar adalah e-government. Saya targetkan, perpres ini selesai pada akhir tahun 2017 atau awal 2018," ujarnya.
Dalam Upacara Pengukuhan Guru Besar UI, Rektor UI Muhammad Anis juga memaparkan, jumlah guru besar tetap UI sebanyak 236 orang, guru besar luar biasa 22 orang, serta guru besar emeritus 9 orang. Wisnu merupakan guru besar ke -15 dan Irwan ke-16 yang dikukuhkan pada 2017 ini. (DD09)