Akui Jerusalem sebagai Ibu Kota Palestina

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan selaku ketua bergilir Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) memberikan pidato pembukaan pada KKT Luar Biawswa OKI di Istanbul, Rabu (13/12). Ia mengajak dunia untuk mengakui Jerusalem Timur sebagai ibu kota masa depan negara Palestina.
ISTANBUL, KOMPAS – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendesak dunia mengakui Jerusalem Timur sebagai “ibu kota Palestina” dan mengecam Israel sebagai negara teror dan penjajah.
Desakan Erdogan itu disampaikan ketika ia membuka Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam di Istanbul, Rabu (13/12) pukul 11.00 waktu setempat atau pukul 15.00 WIB.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam Israel sebagai negara penjajah dan negara teror serta mengajak seluruh dunia untuk mengakui Jerusalem Timur sebagai ibu kota negara Palestina.
“Israel adalah negara penjajah. Selain itu, Israel adalah negara teror,” kata Erdogan selaku ketua bergilir OKI kepada para peserta KTT Luar Biasa yang dihadiri para pemimpin dari 57 negara anggota blok Islam tersebut.
Erdogan lalu mengajak seluruh pemimpin negara Islam di dunia untuk terus memperkuat posisi Palestina dalam hubungan internasional sebagai negara yang berdaulat.
Langkah itu disebutnya sangat penting agar rakyat Palestina tetap memiliki hak berdaulat atas tanah dan kemerdekaan mereka, sebagaimana dilaporkan wartawan Kompas, Hamzirwan Hamid dari Istanbul, Rabu petang WIB.
Ada 22 kepala negara dan pemerintahan hadir dalam pertemuan darurat yang diadakan khusus untuk membahas status Jerusalem yang diakui sepihak oleh Presiden AS Donald Trump sebagai ibu kota Israel.
Di antaranya hadir Presiden RI Joko Widodo yang didampingi Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi. Selain itu tampak Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak, PM Pakistan Shahid Khaqan Abbasi, Raja Abdullah dari Jordania, dan Presiden Iran Hassan Rouhani.
Dua puluh lima negara lainnya mengutus menteri luar negeri, termasuk Mesir, Uni Emirat Arab, Maroko, dan Kazakhstan. Arab Saudi diwakili Menteri Urusan Islam Salih bin Abdulaziz al-Shaikh.

Suasana KTT Luar Biasa OKI di Istanbul, Turki, Rabu (13/12).
Perkuat dukungan
Erdogan dalam pidato pembukaan dengan tone yang keras mengecam perlakuan tidak manusiawi dan tidak adil terhadap Palestina, termasuk mencaplok Jerusalem Timur.
Erdogan mendesak dunia untuk mengakui Jerusalem Timur yang diokupasi Israel sebagai "ibu kota Palestina". Pernyataan itu untuk menanggapi keputusan unilateral Trump sebagai ibukota Israel.
Presiden Erdogan mengajak para pemimpin Muslim dan dunia yang membela hukum dan keadilan untuk terus memperkuat dukungan terhadap hak Palestina atas Jerusalem Timur.
Saya mengajak negara-negara yang menghargai hukum dan keadilan internasional untuk mengakui Jerusalem yang diduduki Israel sebagai ibu kota Palestina.
"Saya mengajak negara-negara yang menghargai hukum dan keadilan internasional untuk mengakui Jerusalem yang diduduki (Israel) sebagai ibu kota Palestina," katanya.
“Kita tidak bisa lagi bersikap netral menghadapi perkembangan Jerusalem ini. Atau kita akan menjadi pendukung kekerasan terhadap rakyat Palestina,” kata Erdogan yang berbicara dalam Bahasa Turki.

Erdogan meminta seluruh negara Islam bersatu mendesak AS agar menarik keputusan yang keliru tersebut.
Memang lewat KTT Luar Biasa ini OKI ingin mengirim pesan kuat mengenai posisi mereka yang padu dalam menghadapi isu Jerusalem itu.
Pesan kuat tersebut adalah mengecam pengakuan AS atas Jerusalem sebagai ibu kota Israel dan menegaskan kembali sikap mereka untuk mengakui Jerusalem Timur sebagai ibu kota negara Palestina.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan, mulai sekarang dan seterusnya rakyat Palestina takkan menerima peran AS, apapun bentuknya, dalam proses perdamaian dengan Israel.
Pengumuman Trump pada Rabu (6/12) lalu telah memicu gelombang kemarahan di dunia Muslim dan Arab, di mana puluhan ribu orang turun ke jalan untuk mengecam Israel dan AS. Mereka menunjukkan solidaritas dengan rakyat Palestina.
Besar kemungkinan juga, OKI – jika tercapai kesepakatan itu – akan mengimbau negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel untuk berpikir ulang tentang hubungan tersebut.
Kejahatan besar
Sementara Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan, mulai sekarang dan seterusnya rakyat Palestina takkan menerima peran AS, apapun bentuknya, dalam proses perdamaian dengan Israel.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada KTT Luar Biasa OKI di Istanbul, Turki, Rabu (13/12), menolak seluruh peran AS dalam proses perdamaian Palestina-Israel ke depan.
Abbas mengatakan, keputusan Trump adalah "kejahatan besar" yang mengancam perdamaian dunia.
“Kami tidak lagi mau mengadakan perundingan damai dengan Israel yang mediasi AS. Apa yang mereka lakukan terhadap Jerusalem sungguh merusak seluruh upaya membangun perdamaian yang berjalan selama ini,” ujar Presiden Abbas.
Pemimpin Palestina itu mengatakan, takkan ada perdamaian di wilayah tersebut jika dunia tidak mengakui Jerusalem Timur sebagai ibu kota sebuah negara Palestina masa depan.
Pengakuan sepihak AS atas Jerusalem sebagai ibukota Israel dan rencana memindahkan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke sana merupakan bentuk pelanggaran prinsip-prinsip perdamaian dan mandat PBB yang sudah berjalan selama ini.
Abbas mengatakan, masyarakat internasional telah hampir secara bulat menentang keputusan Trump, menyebutnya sebagai "provokasi" terhadap sentimen Muslim dan Kristen.
Pengakuan sepihak AS atas Jerusalem sebagai ibukota Israel dan rencana memindahkan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke sana merupakan bentuk pelanggaran prinsip-prinsip perdamaian dan mandat PBB yang sudah berjalan selama ini.
Menurut Abbas, sekarang dibutuhkan langkah yang konkret untuk melindungi identitas kota Jerusalem yang terpecah.(AFP/REUTERS/AP)