Timur Tengah Panas akibat Langkah Trump

Para perempuan meneriakkan yel-yel, sambil mengibarkan bendera Palestina, dalam unjuk rasa di Alun-Alun Tentara Tak Dikenal di Kota Gaza, Rabu (6/12).
KAIRO, KOMPAS — Suhu politik Timur Tengah, Rabu (6/12), kembali memanas. Situasi ini terjadi menyusul keputusan mengejutkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang bertekad bulat akan mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel. Pengakuan ini bakal disusul pemindahan kantor Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Jerusalem.
Keputusan penting Trump terkait dengan kota Jerusalem akan disampaikan melalui pidato di Washington DC, AS, pukul 13.00 waktu setempat atau pukul 01.00 Kamis dini hari WIB.

Pemandangan dari udara di atas Kota Tua Jerusalem dalam foto yang diambil dari pesawat Angkatan Udara Israel, pada 6 Mei 2014.
Kota Jerusalem merupakan isu paling sensitif dalam konflik Arab-Israel selama hampir 70 tahun terakhir ini. Kota tersebut menjadi tempat suci bagi umat Islam, Kristen, dan Yahudi. Di kota itu terdapat Masjid Al-Aqsa, kiblat pertama umat Islam sebelum ke Kabah di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi.
Di sisi barat kompleks Masjid Al-Aqsa juga terdapat Tembok Ratapan, destinasi ibadah kaum Yahudi dari seluruh penjuru dunia. Di kota itu pula terdapat Gereja Makam Yesus yang diyakini sebagai Makam Yesus.
Kota Jerusalem terbagi dua, yakni Barat dan Timur. Jerusalem Barat diduduki Israel secara penuh pada Perang Arab-Israel tahun 1948. Israel kemudian menduduki kota Jerusalem Timur, yang terdapat kompleks Masjid Al-Aqsa itu, pada Perang Arab-Israel tahun 1967. Masyarakat internasional dan PBB sampai saat ini menyebut Jerusalem Timur sebagai kota pendudukan. Palestina berupaya menjadikan Jerusalem Timur sebagai ibu kota negara. Kesepakatan Oslo 1993 antara Israel dan Palestina juga menegaskan, status kota Jerusalem beserta isu permukiman Yahudi, pengungsi Palestina, dan perbatasan final Israel-Palestina ditentukan dalam perundingan akhir Israel-Palestina.

Seorang perempuan Palestina berdoa di depan bangunan Dome of the Rock pada hari Jumat pertama bulan suci Ramadhan di kompleks Al Haram al Sharief di Kota Tua Jerusalem, 19 Juni 2015.
Hal itu telah diingatkan para pemimpin dunia kepada Trump, mulai dari pemimpin di Arab Saudi, Mesir, Jordania, Uni Eropa, Perancis, Jerman, Turki, Inggris, Rusia, China, Indonesia, hingga Pemimpin Katolik Paus Fransiskus. Namun, Trump bergeming dan bersikeras mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel.
Wartawan Kompas, Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir, melaporkan, Trump telah menyampaikan tekadnya mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel kepada pemimpin Arab, seperti Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dari Arab Saudi, Raja Abdullah II dari Jordania, Presiden Mesir Abdel Fatah el-Sisi, Presiden Palestina Mahmoud Abbas, dan Raja Maroko Muhammad VI.
Istana kepresidenan Mesir dalam keterangan pers yang diterima Kompas hari Selasa mengungkapkan, Presiden Sisi telah menerima telepon dari Presiden Trump, yang menyampaikan tekadnya mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel dan akan memindahkan kantor Kedubes AS dari Tel Aviv ke Jerusalem. Disebutkan dalam keterangan pers itu, Sisi meminta Trump merujuk pada kesepahaman internasional dan resolusi PBB terkait dengan isu kota Jerusalem serta tidak mengambil langkah yang menciptakan instabilitas di Timur Tengah.

Para peziarah memegang lilin saat mengikuti upacara Api Suci Kristen Ortodoks di Gereja Makam Yesus di Kota Tua Jerusalem, 14 April 2012.
Raja Salman, seperti dikutip kantor berita SPA, juga mengingatkan Trump bahwa tekadnya itu hanya akan menambah ketegangan di Timur Tengah dan melukai perasaan umat Islam.
Di Jakarta, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, Pemerintah Indonesia tidak berharap AS mengambil langkah pemindahan tersebut. "Kita tak ingin AS seperti ini. Pemerintah Indonesia sependapat mendukung Palestina dan menilai semestinya AS tidak memindahkan kedutaannya ke Jerusalem," ujar Kalla.
Pemerintah Indonesia sependapat mendukung Palestina dan menilai semestinya AS tidak memindahkan kedutaannya ke Jerusalem.
Pemindahan kantor Kedubes AS, ujar Kalla, akan memperumit kondisi politik di Timur Tengah. Rabu kemarin, Wapres Kalla menerima Duta Besar AS untuk Indonesia Joseph R Donovan dalam pertemuan sekitar 45 menit. Donovan mengatakan, dirinya tidak membahas secara spesifik isu Jerusalem dengan Wapres.
Senin lalu, Donovan juga dipanggil Menlu Retno LP Marsudi. Dalam pertemuan itu, Retno memperingatkan, proses perdamaian Palestina-Israel dalam bahaya jika AS bersikeras dengan pengakuannya soal Jerusalem.

Warga penganut Yahudi, termasuk dua anggota polisi perbatasan Israel (tengah), berdoa di Tembok Ratapan, Kota Tua Jerusalem, 15 Maret 2010.
Paus Fransiskus menyerukan semua pihak berkomitmen dan menghormati kesepahaman internasional dan resolusi PBB terkait kota Jerusalem. Vatikan juga menyebutkan Jerusalem Timur sebagai kota pendudukan.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas telah berkomunikasi dengan sejumlah pemimpin Arab dan asing untuk melobi Trump agar mengurungkan niat mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel. Namun, Trump mengabaikan saran para pemimpin tersebut.
Reaksi dunia Arab

Demonstran Palestina membakar bendera Israel dan Amerika Serikat di Gaza, Palestina, Rabu (6/12), saat memprotes kemungkinan keputusan Pemerintah Amerika Serikat mengakui Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Sikap Trump yang pantang mundur itu mengubah peta konflik Arab-Israel saat ini dan mendatang. Sikap itu sama artinya mengubur Kesepakatan Oslo 1993 yang digalang AS.
Sidang darurat Liga Arab tingkat duta besar di Kairo, Selasa, menegaskan, pengakuan Jerusalem sebagai ibu kota Israel dan pemindahan kantor Kedubes AS ke Jerusalem merupakan permusuhan terhadap umat Islam, Kristen, bangsa Arab, dan rakyat Palestina. Liga Arab akan kembali menggelar sidang darurat tingkat menlu, Sabtu lusa.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan-yang kini menjadi Ketua Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)-menyerukan digelar KTT OKI di Istanbul, 13 Desember, untuk membahas reaksi atas pengakuan AS terhadap kota Jerusalem sebagai ibu kota Israel.

Para perempuan Arab dan Israel, yang tergabung dalam gerakan "Women Wage Peace" berkumpul Jerusalem, dengan latar belakang pemandangan Kota Tua, 27 Juli 2017. Mereka menyerukan kepada pemimpin Palestina dan Israel untuk berdialog dan mencapai kesepakatan.
Di Palestina, unjuk rasa mengecam keras Trump dan Israel terjadi di beberapa kota di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Sejumlah pemuda Palestina bentrok dengan pasukan Israel.
Faksi-faksi Palestina menyerukan digelar hari kemarahan rakyat selama tiga hari, dari Rabu hingga Jumat, sebagai protes atas sikap AS.
Langkah Presiden Trump memindahkan Kedubes AS ke Jerusalem juga bisa memicu kemarahan warga Muslim di beberapa negara kepada hal yang berbau AS.
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana menilai, tak hanya akan menciptakan instabilitas di Timur Tengah, langkah Presiden Trump memindahkan Kedubes AS ke Jerusalem juga bisa memicu kemarahan warga Muslim di beberapa negara kepada hal yang berbau AS. (INA)