BANDUNG, KOMPAS — Bulog diperintahkan oleh Kementerian Perdagangan untuk menggelontorkan bahan pokok ke pasar guna menjamin pasokan tersedia sehingga harga bahan pangan tetap terjamin menjelang akhir tahun. Sebab, pada periode ini biasanya terjadi tren kenaikan harga barang karena meningkatnya permintaan.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, harga barang pokok menjelang tahun baru harus stabil. Untuk memastikan hal itu, pihaknya berkoordinasi dengan semua pihak, baik pedagang, pemerintah daerah, maupun Bulog.
”Bulog harus siapkan berapa pun yang diperlukan untuk menjaga kestabilan harga. Berapa pun Bulog akan gelontorkan,” ujar Enggartiasto ditemui seusai mengecek harga pangan di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Senin (4/12).
Pada kesempatan itu, Enggartiasto mengecek harga daging ayam, daging sapi, dan beras. Namun, yang menjadi perhatiannya adalah ditemukannya harga beras medium yang dijual Rp 10.000 per kilogram. Padahal, sesuai Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57 Tahun 2017 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) Beras, harga beras medium seharusnya Rp 9.450 per kilogram yang berlaku sejak 1 September 2017.
Enggartiasto mengatakan, penjual beras tersebut keliru menilai beras itu tergolong medium. ”Saya lihat dari kualitas berasnya seharusnya itu sudah masuk beras premium. Dari kisaran harga, beras itu juga masuk kategori beras premium,” ujar Enggartiasto.
Sesuai Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57 Tahun 2017 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) Beras, harga beras medium seharusnya Rp 9.450 per kilogram yang berlaku sejak 1 September 2017.
Ia meminta Bulog untuk menjual langsung beras ke toko-toko dan outlet beras. ”Karena Bulog akan jadi pihak terdepan untuk menjaga tidak ada gejolak harga pangan,” ujar Enggartiasto.
Tidak hanya itu, pihaknya juga akan meningkatkan pengawasan dengan tim satuan tugas pangan untuk menjaga ketersedian pasokan dan menjaga stabilitas harga.
Kepala Subdivre Bulog Area Bandung Raya Rasiwan menjelaskan, cadangan beras pemerintah (CBP) yang berada di gudangnya saat ini mencapai sekitar 6.000 ton. Cadangan itu untuk menjaga pasokan dan harga beras wilayah Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, dan Kabupaten Sumedang.
”Saya kira pasokannya terjamin hingga akhir tahun. Kalau pasokan terjamin, harga juga bisa lebih stabil,” ujar Rasiwan.
Berdasarkan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional yang dirilis Bank Indonesia pada November 2017, tingkat inflasi di Jawa Barat sampai dengan Oktober 2017 sebesar 3,8 persen, lebih besar dari inflasi nasional yang sebesar 3,58 persen. Dalam laporan itu juga disebutkan, meski pemerintah sudah mengeluarkan aturan HET beras, hal itu belum cukup efektif menggiring harga beras menuju HET karena persoalan pasokan beras yang masih terbatas.
Informasi harga
Untuk menjaga harga bahan pokok di wilayahnya, Rasiwan mengatakan, pihaknya berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk dengan pengelola pasar. Salah satunya dengan saling berkoordinasi memberikan informasi terkait dengan harga bahan pangan dan jumlah pasokannya. Bulog bisa mengirimkan pasokan ketika jumlah barang yang tersedia di pasar menurun yang bisa menciptakan kelangkaan dan mengerek harga barang.
”Pengelola pasar adalah pihak terdekat yang bisa melihat langsung dinamika pedagang,” ujar Rasiwan.
Direktur Utama PD Pasar Bermartabat Ervan Maksum mengatakan, salah satu upaya untuk menjaga kestabilan harga bahan pokok adalah dengan memberikan informasi tentang harga barang di pasar. Salah satu upayanya adalah memasang layar televisi yang memuat informasi harga pangan yang dipasang di depan pasar, seperti di Pasar Kosambi.
Salah satu upaya untuk menjaga kestabilan harga bahan pokok adalah dengan memasang layar televisi yang memuat informasi harga pangan di pasar
”Dengan menginformasikan harga di layar, pembeli sudah bersiap dan bisa menghitung berapa uang yang akan dibelanjakannya. Hal ini juga menjadi kontrol agar pedagang tidak menjual harga yang terlampau jauh dari harga yang sudah diinformasikan itu.