”Kalau Tuhan sudah menghendaki, maka akan tetap terjadi. Kalau sudah jalannya, tidak akan ada penghalang yang bisa merintangi,” tutur Bambang Sudarto (83), ayah Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Hadi Tjahjanto, Senin (4/12), mengenang pesannya kepada sang anak sekitar dua minggu lalu. Saat itu, KSAU menyempatkan sowan ke rumah orangtuanya menjelang rapat dengan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, saat sang jenderal berkunjung ke Kota Malang, Jawa Timur.
Kompas
Bambang Sudarto dan Nur Saadah, orangtua KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, berharap anaknya bisa mengemban tugas jika benar menjadi Panglima TNI. Marsekal TNI Hadi Tjahjanto pada Senin (4/12) diusulkan Presiden sebagai calon tunggal Panglima TNI menggantikan Jenderal Gatot Nurmantyo yang segera pensiun.
Hadi menceritakan, ada kabar yang mengatakan ia akan dicalonkan untuk menjadi Panglima TNI baru. Dalam curhat singkat anak kepada orangtuanya itu, Hadi tak lupa menceritakan liku-liku dan berbagai isu yang menerpanya sejak beberapa waktu lalu.
Dan, pesan sang ayah di atas yang menjadi bekal Hadi menatap masa depan yang menantinya, termasuk menghadapi berbagai kemungkinan setelah namanya resmi diusulkan Presiden Joko Widodo menjadi calon tunggal Panglima TNI menggantikan Jenderal Gatot Nurmantyo yang akan pensiun Maret 2018.
Pilihan Jokowi atas Hadi tersebut sudah santer terdengar jauh sebelumnya. Semua dikaitkan dengan keakraban kedua sahabat itu saat Hadi menjabat Komandan Pangkalan Udara Adi Sumarmo Solo, Jawa Tengah, pada 2010-2011. Saat itu, Jokowi masih menjadi Wali Kota Solo.
Awal mula persahabatan Jokowi-Hadi diungkapkan Bambang Sudarto, ayah Hadi. Sebelum-sebelumnya, sering kali Wali Kota Solo mengundang Danlanud Adi Sumarmo Solo untuk hadir dalam acara pemerintahan. Namun, berkali-kali pula undangan diwakilkan dan tidak dihadiri langsung oleh Danlanud. Begitu tiba masa kepemimpinan Hadi, Hadi hadir sendiri memenuhi undangan Wali Kota.
Hal itulah awal mula Jokowi kepincut pada Hadi. Jokowi merasa, sebagai pejabat militer, Hadi tetap menghormati masyarakat sipil.
Pertemanan semakin erat saat Pemerintah Kota Solo meminta dibukakan jalan langsung dari Kota Solo menuju Semarang dengan melalui lahan Lanud Adi Soemarmo. Permintaan itu dikabulkan Hadi. Sebelum-sebelumnya, permintaan Pemkot Solo ditolak.
Hal-hal kecil itulah yang mengikat erat persahabatan keduanya. Bukan sekadar kenal karena sama-sama pernah bertugas di Solo. Saking dekatnya, Jokowi bahkan bersedia menjadi saksi pernikahan putri sulung Hadi, Relingga Dara Ayu, dengan seorang penerbang Hercules.
kompas/dahlia irawati
Salah satu koleksi foto di ruang tamu rumah ayah Hadi Tjahjanto.
Dalam gurauan pertemanan mereka, bahkan Jokowi sempat berkelakar bahwa akan turut mengajak Hadi jika dirinya menjadi presiden. ”Engko lek aku dadi presiden, tak ajak (nanti kalau saya jadi presiden, saya ajak),” kata Bambang menirukan ucapan Jokowi kepada Hadi.
Tak heran Jokowi kepincut (tertarik) dengan Hadi. Suami Nanik Istumawati itu dikenal ramah, setia, rendah hati, dan tidak pilih-pilih dalam berteman. Ia bahkan terheran-heran, dan menyangka, anak buahnya harus membayar mahal agar berita dan foto sertijabnya menjadi Komandan Lanud Abdulrachman Saleh Malang pada 2015 terbit di harian Kompas. Ia juga salah satu Danlanud paling mudah dikonfirmasi oleh wartawan, bahkan untuk kasus-kasus pelik sekalipun.
Isu berembus macam-macam hingga menyangkut adanya hubungan antara anak Jokowi dan Hadi.
Dan, tidak semua orang tahu latar belaang di balik kedekatan keduanya. Isu berembus macam-macam hingga menyangkut adanya hubungan antara anak Jokowi dan Hadi.
Didikan keluarga
Sikap rendah hati Hadi tidak lepas dari didikan keluarga. Anak sulung dari lima bersaudara pasangan Bambang Sudarto dan Nur Saadah tersebut dikenal sebagai anak penurut sejak kecil dan nyaris tidak pernah membantah omongan orangtua. Bahkan, di hadapan rekannya di Solo, Hadi menyebut kedua orangtuanya adalah jimat kesuksesannya.
KOMPAS/DAHLIA IRAWATI
Bambang Sudarto dan Nur Saadah, ayah dan ibu dari KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto berharap anaknya bisa mengemban tugas jika benar menjadi Panglima TNI.
Pria kelahiran Malang, 8 November 1963, tersebut adalah anak lulusan SMA Lawang, yang rela naik angkutan umum setiap hari dari rumah orangtua di Kelurahan Taman Harjo RT 003 RW 004, Kecamatan Singosari, Malang, menuju sekolahnya di Lawang. Dan, jika ongkos angkutan untuk berangkat sekolah masih ada, Hadi menolak menerima pemberian orangtua. Ia paham benar bahwa orangtuanya juga harus membiayai empat adiknya.
Sikap rendah hati Hadi tidak lepas dari didikan keluarga. Anak sulung dari lima bersaudara pasangan Bambang Sudarto dan Nur Saadah tersebut dikenal sebagai anak penurut sejak kecil dan nyaris tidak pernah membantah omongan orang tua.
Ayah Hadi, Bambang Sudarto, adalah teknisi pesawat MIG di Depo Pemeliharaan 30 Lanud Abdulrachman Saleh, Malang, mulai 1961 dan pensiun pada 1984 dengan pangkat sersan mayor. Bambang adalah 100 orang pertama dalam proyek Pancar Gas (Pagas) yang ditugaskan di Malang. Saat itu, Lanud Abdulrachman Saleh, Malang, menjad depo perawatan tingkat berat pesawat MIG pada awal 1960-an. Nama Pagas sekarang dikenal sebagai nama kawasan permukiman personel TNI AU di Singosari.
”Sejak kecil Hadi selalu menurut perkataan orangtua. Ia tidak pernah terjebak kenakalan anak muda yang merugikan, seperti minum-minum dan obat-obatan. Dia menuruti kata saya. Bahwa jika diajak kawan-kawannya untuk menuju lokasi yang dimungkinkan akan membuat mereka terlibat hal tidak baik, Hadi awalnya menuruti keinginan temannya. Namun, di tengah jalan ia meminta izin pulang karena dicari orangtua dan kunci rumah dibawanya,” kata Bambang. Langkah itu membuat Hadi tidak dibenci temannya dan tidak melanggar perintah orangtua.
Sebagai orangtua, Bambang juga tidak pernah membebani Hadi dengan beragam target, termasuk nilai terbaik. ”Saya hanya bilang, kalau dibutuhkan 40 orang terbaik untuk kepentingan tertentu, tidak perlu menjadi nomor satu. Jadi nomor 40 tidak masalah. Sebab, beban menjadi nomor satu justru akan membuat anak stres,” katanya. Hal itu justru memotivasi Hadi. Buktinya, ia menjadi satu-satunya pendaftar yang lolos penjaringa masuk Taruna Akademi Angkatan Bersenjata RI tahun 1982 dari 25 pendaftar di kompleks perumahan TNI AU di Singosari kala itu.
Ke depan, Bambang berharap, anaknya mampu mengemban amanah memimpin tiga matra TNI. ”Kami sadar dia bukan lagi milik kami saja. Dia sudah milik negara. Semoga ia mampu mengemban tugas dengan baik,” kata Bambang.
kompas/dahlia irawati
Salah satu koleksi foto di ruang tamu rumah ayah Hadi Tjahjanto.