Cara Alibaba Membangun Ekosistem e-Dagang di Indonesia
Oleh
DD09
·5 menit baca
M Paschalia Judith J untuk Kompas
Suasana Alibaba Global Course di Jakarta, Selasa (5/12). Untuk pertama kalinya Alibaba, salah satu situs layanan perdagangan daring terbesar di dunia menyelenggarakan kursus perdagangan elektronik di Jakarta. Para peserta kursus ini antara lain adalah usaha kecil dan menengah yang ingin mengembangkan kemampuan berdagang secara daring.
JAKARTA, KOMPAS - Dengan jumlah penduduk lebih dari 260 juta jiwa, Indonesia merupakan target pasar e-dagang terbesar di Asia Tenggara. Kondisi ini membuat pelaku ekonomi digital asing menyasar Indonesia dengan berbagai penawaran. Indonesia semestinya tak hanya menjadi target pasar dari pelaku ekonomi digital global, tetapi juga menjadi salah satu pemain utamanya.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Rudy Salahuddin bercita-cita, Indonesia tetap menjadi pemain kunci ekonomi digital global. Oleh sebab itu, dia menyambut kursus perdagangan elektronik atau e-dagang bagi UKM yang diadakan Alibaba Group untuk pertama kalinya di Indonesia. "Saya mendukung pelatihan ini sebagai persiapan pelaku UKM untuk mengembangkan kemampuan e-dagang mereka," ujarnya dalam pembukaan Alibaba Global Course di Jakarta, Selasa (5/12).
Indonesia saat ini dalam masa penggabungan antara perdagangan toko fisik atau offline dengan e-dagang. Dalam era ini, menurut Rudy, pelaku UKM perlu lebih adaptatif dan proaktif terhadap teknologi. Jika UKM dapat menerapkan prinsip e-dagang, efisiensi dan produktivitas aktivitas jual-beli akan meningkat.
Kursus yang diikuti sekitar 1.000 UKM ini dinilai Rudy sebagai strategi pendidikan e-dagang. "Pendidikan seperti ini memang perlu kolaborasi dengan pihak-pihak yang sudah berpengalaman," katanya.
maria.paschalia
-
Sementara itu, Vice President Alibaba Group Brian Wong mengatakan, Indonesia merupakan pasar terbesar se-Asia Tenggara. Karena itu, Indonesia berpeluang memiliki ekosistem e-dagang seperti yang ada di China. Ekosistem yang dimaksud terdiri dari, regulasi, pelaku, pasar, sistem pembayaran, dan logistik. "Sekitar 20 tahun lalu, kondisi China sama seperti Indonesia saat ini. Melalui kursus ini, kami ingin berbagi pengalaman terkait e-dagang, khususnya pada UKM" ucapnya.
M Paschalia Judith J untuk Kompas
Vice President Alibaba Group Brian Wong
Kesamaan lainnya yang ada di antara Indonesia dan China ialah, proporsi orang-orang yang tidak memiliki akun bank, sistem pembayaran, dan akses berbelanja. Menurut Brian, kondisi ini menarik Alibaba untuk mengadakan kursus, bahkan berinvestasi.
paschalia.judith
-
Kurniaji Satrio, pemilik PT Hasil Alam Satria dan salah satu peserta kursus, merasakan pengetahuannya bertambah dalam memanfaatkan teknologi untuk menjual produknya, arang kelapa. "Tidak hanya tentang membagikan produk kita lewat internet, tetapi juga mengemasnya agar menarik saat dipromosikan di dunia digital," katanya.
Selain Alibaba Group, Google PSP Program Indonesia juga memiliki kegiatan yang membantu pelaku UKM untuk memanfaatkan teknologi digital. Terhitung September 2017, sudah ada sekitar 6.500 UKM yang bergabung. "Nama programnya adalah Gerakan Pelatihan Usaha Rakyat Digital atau disingkat Gapura Digital," ujar Karim Ismael Sulisto, Partner Enablement Manager Google PSP Program Indonesia.
Novaon Indonesia, perusahaan pemasaran digital, juga ikut membantu pelaku UKM dengan memberikan konsultasi gratis terkait laman website yang digunakan. Business Development Director Novaon Indonesia Ergintianus Julianta mengatakan, website untuk e-dagang harus ramah ponsel atau mobile friendly. Salah satu indikatornya adalah waktu memuat. Dari risetnya, jika waktu memuatnya lebih dari 3 detik, hampir 50 persen pengunjungnya akan menutup website itu.
Pemilik PT Sumber Kreasi Fumiko, Yongki Komaladi yang turut hadir dalam kursus dari Alibaba Group mengatakan, pelaku-pelaku UKM perlu mengikuti pelatihan-pelatihan e-dagang. Dia melihat potensi pasar global yang besar dengan menggunakan teknologi digital. Terbukti, setelah 2 tahun menerapkan sistem e-dagang, produk sepatunya menduduki peringkat pertama terfavorit di Zalora untuk kategori sepatu wanita.
Saat ini, Yongki mengatakan, permintaan sepatu produksinya di luar Indonesia yang tertinggi berada di Singapura dan Thailand. "Indonesia tidak boleh hanya sebagai pembeli tetapi juga pelaku e-dagang global," katanya.
M Paschalia Judith J untuk Kompas
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Rudy Salahuddin bersama dengan Vice President Alibaba Group Brian Wong dalam acara Alibaba Global Course di Jakarta, Selasa (5/12)
Tidak mengikat
Brian menyatakan, tidak ada perjanjian mengikat antara pelaku UKM yang menjadi peserta seminar dengan Alibaba Group. Bentuk tindak lanjutnya berupa pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh mitra lokal Alibaba Group, seperti Tokopedia dan Lazada, serta bersifat opsional bagi para peserta. Ada 30 pelatihan tiap bulannya.
Salah satu yang mengadakan pelatihan e-dagang bagi UKM ialah Lazada. Chief Marketing Officer Lazada Indonesia Achmad Alkatiri mengatakan, tahun ini telah mengadakan pelatihan di 11 kota, di antaranya Bandung, Makassar, Medan, Balikpapan, Jakarta, Surabaya, Depansar. Peserta di setiap kota dapat mencapai 400 - 500 UKM.
Pada 2018, Ahmad menargetkan akan mengadakan pelatihan e-dagang di 25 kota. Jayapura dan Sorong menjadi salah satu kota baru yang ditambahkan dalam daftar.
Melalui kursus ini, Alibaba Group juga ingin memberikan peluang bagi UKM-UKM Indonesia untuk mengekspor produknya di pasar global, seperti di China. "Potensi impor China besar dalam lima tahun ke depan," ucap Brian.
Berdasarkan analisisnya, Brian memaparkan, lima tahun lagi Cina akan menghabiskan 8 triliun dollar AS untuk impor. Pada saat itu, negeri bambu itu akan dipenuhi oleh 300 juta hingga 600 juta penduduk kelas menengah.
Brian menceritakan Bangun Joyo Furniture di Jawa Tengah, UKM yang dimiliki Syaifudin Zuhri, sebagai contoh. Sebelum bergabung dalam Alibaba Group, UKM itu hampir bangkrut. Namun, dua tahun setelah menjadi anggota Alibaba Group pada 2014, volume penjualannya mencapai 2 - 3 kontainer per bulan.
Tantangan logistik
Menurut Brian, logistik menjadi tantangan bagi Indonesia dalam mewujudkan ekosistem e-dagang. "Mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan, infrastruktur untuk pengiriman logistik harus diperhatikan," ujarnya.
Terkait tantangan logistik itu, Rudy mengatakan, pihaknya tengah membangun infrastruktur. Ini sejalan dengan infrastruktur sebagai agenda prioritas pembangunan pemerintah.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memaparkan, anggaran belanja infrastruktur dalam APBN 2018 mencapai Rp 410,7 triliun rupiah. Anggaran ini digunakan untuk membangun jembatan, jalan raya baru, jalan tol, jalan kereta api, dan bandar udara baru. (DD09)