Gunung Agung Terus Mengeluarkan Asap dan Abu Vulkanik
Oleh
Ayu Sulistyowati
·3 menit baca
KARANGASEM, KOMPAS — Hingga Minggu (26/11) pukul 14.30, Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, terus mengeluarkan asap dan abu vulkanik berwarna gelap. Kondisi ini karena erupsi Gunung Agung bukan lagi bertipe freatik atau tipe erupsi yang terjadi tiba-tiba dan sering kali tidak disertai dengan aktivitas kegempaan. Namun, sejak Sabtu malam erupsi Gunung Agung sudah bertipe magmatik yang ditandai keluarnya lava pijar dari puncak kawah.
”Erupsi sejak semalam sudah tipe erupsi magmatik, bukan tipe freatik. Itulah yang menyebabkan erupsi terus-menerus mengeluarkan asap dan abu vulkanik gelap. Masyarakat diimbau meninggalkan radius 6-7,5 km dengan tertib,” ujar Kepala Pusat Data dan Informasi Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho seperti dikutip dalam akun Twitter-nya.
Meski tipe letusan Gunung Agung sejak Kamis malam sudah magmatik, status terakhir hingga pukul 19.00 masih di level Siaga. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral belum menaikkan status Gunung Agung menjadi level Awas.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Agung, Gede Suantika, mengatakan, pihaknya memang belum memutuskan menaikkan status Gunung Agung dari Siaga menjadi Awas. ”Kami masih menunggu penelitian dan pengamatan. Lava pijar memang sudah ada di kawah, tetapi belum ada leleran magma. Jika itu terjadi, kami akan mempertimbangkan secepatnya untuk menaikkan status,” kata Gede.
Sementara itu, dari Sabtu malam hujan abu sudah meluas hingga ke radius 7 km dari kawah. Hingga Minggu pagi tadi, hujan abu sampai lebih dari 30 km ke arah barat Pulau Bali. Warga di Kabupaten Gianyar yang jaraknya 30 km sudah merasakan hujan abu tipis. Sementara di desa terdekat kawah sekitar 8 km sudah diliputi hujan pasir.
Sejak letusan yang terjadi Sabtu pukul 17.30 Wita, PVMBG memang telah mengeluarkan sejumlah rekomendasi, antara lain agar masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian, dan tidak melakukan aktivitas apa pun di zona perkiraan bahaya, yaitu di dalam area kawah di seluruh area di dalam radius 6 km dari kawah puncak, ditambah perluasan sektoral ke arah utara-timur laut dan tenggara-selatan-barat daya sejauh 7,5 km.
Zona perkiraan bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang paling aktual. Daerah yang terdampak antara lain Dusun Br Belong, Pucang, dan Pengalusan (Desa Ban); Dusun Br Badeg Kelodan, Badeg Tengah, Badegdukuh, Telunbuana, Pura, Lebih dan Sogra (Desa Sebudi); Dusun Br Kesimpar, Kidulingkreteg, Putung, Temukus, Besakih, dan Jugul (Desa Besakih); Dusun Br Bukitpaon dan Tanaharon (Desa Buana Giri); Dusun Br Yehkori, Untalan, Galih, dan Pesagi (Desa Jungutan); dan sebagian wilayah Desa Dukuh.
Mengingat adanya potensi bahaya abu vulkanik yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan akut (ISPA), diharapkan seluruh masyarakat, terutama yang bermukim di sekitar Gunung Agung ataupun di Pulau Bali, segera menyiapkan masker penutup hidung dan mulut serta pelindung mata sebagai upaya antisipasi potensi bahaya abu vulkanik.