SEMARANG, KOMPAS — Infrastruktur pengendali banjir di Kota Semarang, Jawa Tengah, belum optimal mengantisipasi bencana banjir. Warga diminta waspada karena bencana banjir diperkirakan masih berpotensi melanda sejumlah wilayah di Semarang memasuki puncak musim hujan ini.
Rabu (22/11) malam, tanggul di Kelurahan Mangkang Wetan, Kecamatan Tugu, Semarang, jebol. Akibatnya, sekitar 100 rumah warga di daerah alirah Sungai Beringin terdampak limpasan air sungai. Panjang tanggul yang jebol sekitar 20 meter akibat tidak mampu menahan arus air dari hulu atau wilayah Ungaran, Kabupaten Semarang.
”Tanggul terdesak sampah hingga akhirnya jebol. Jenis sampah juga beragam, mulai dari bantal, kasur, hingga ranting pohon,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang Agus Harmunanto, Kamis (23/11).
Tanggul terdesak sampah hingga akhirnya jebol. Jenis sampah juga beragam, mulai dari bantal, kasur, hingga ranting pohon.
Meski ketinggian limpasan air mencapai 50 sentimeter (cm), air tidak menggenangi rumah warga. Selain itu, tidak korban jiwa dan rumah rusak parah.
Kelurahan Mangkang Wetan merupakan salah satu lokasi rawan banjir di Kota Semarang. Lokasi rawan lainnya seperti Perumahan Dinar Indah di Tembalang, Jalan Sawah Besar, dan sekitar Kaligawe di Gayamsari. BPBD setempat mencatat, setidaknya terdapat 11 titik lokasi rawan banjir.
Menurut Agus, pihaknya rutin mengecek kondisi tanggul sebelum memasuki musim hujan. Warga juga diimbau menginformasikan ke BPBD jika menemukan tanggul retak. Namun, kesadaran warga untuk memberikan informasi masih rendah, termasuk dalam perawatan tanggul. Kondisi tersebut menyebabkan tanggul rentan jebol akibat aliran air terhambat sampah.
Normalisasi
Mualif (32), warga Mangkang Wetan, meminta agar aliran Sungai Beringin segera direhabilitasi. Rehabilitasi mencakup pelebaran sungai, pengerukan sedimentasi, dan meninggikan jembatan yang rendah.
”Banjir bandang (akibat tanggul jebol) ini telah menghancurkan kolam budidaya lele milik saya yang siap panen. Kerugian sekitar Rp 20 juta,” ujarnya.
Kepala Dinas PU Kota Semarang Iswar Aminuddin mengatakan, normalisasi Sungai Banjir Kanal Timur menjadi salah satu solusi mengatasi banjir di Semarang. Normalisasi ini akan dimulai akhir 2017 dan ditargetkan selesai 2019. Saat ini, Sungai Banjir Kanal Timur mengalami pendangkalan akibat banyaknya rumah warga di sepanjang bantaran sungai tersebut.
Upaya sementara ialah pemerintah menyediakan sekitar 20 pompa portabel yang bisa dipinjam warga. Mereka yang daerahnya tergenang banjir atau rob bisa mengajukan pinjaman pompa ke Dinas PU guna mengantisipasi genangan meluas dan lama. Selain itu, konstruksi tanggul Kali Banger juga sedang diperkuat.
Pemerintah menyediakan sekitar 20 pompa portabel yang bisa dipinjam warga. Mereka yang daerahnya tergenang banjir atau rob bisa mengajukan pinjaman pompa ke Dinas PU guna mengantisipasi genangan meluas dan lama.
Terkait rencana rehabilitasi Sungai Beringin, Kepala Bidang Operasional dan Pemeliharaan Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana Semarang Utoro Kurniawan menyatakan, program tersebut sudah disusun lama, termasuk detail perencanaannya agar lebar dan kapasitas sungai dikembalikan seperti semula. Untuk keperluan itu, butuh dana sekitar Rp 200 miliar.
Dosen Fakutas Teknik Universitas Diponegoro Semarang, Robert J Kodoatie, menilai, Kota Semarang tidak siap menghadapi banjir pada musim hujan. ”Ada tiga masalah yang mendesak diatasi agar ancaman banjir menurun. Rehabilitasi sungai, penataan dan pemulihan daerah tangkapan air di bagian hulu sungai, serta mengubah perilaku masyarakat agar tidak membuang sampah di sungai,” ungkapnya.