JAKARTA, KOMPAS — Kehadiran teknologi finansial sebagai disrupsi digital pada sektor perbankan menimbulkan sejumlah risiko. Salah satunya adalah akan semakin banyak aliran dan penyimpanan dana yang terjadi di luar sistem perbankan sehingga berpotensi menjadi tidak terkendali atau terawasi. Solusinya, kebijakan dan pengawasan yang tepat harus dilakukan agar masyarakat tidak dirugikan.
Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J Rachbini mengatakan, salah satu dampak maraknya teknologi finansial adalah terjadinya aliran uang atau dana yang tidak terkendali karena terjadi di luar sistem perbankan. Menurut dia, ketika aliran uang tidak terkendali, maka pengawasannya menjadi sulit.
”Saya misalnya sekarang tidak hanya memiliki uang di bank, tetapi juga di Bukalapak dan Go-Pay,” katanya dalam seminar bertajuk ”Era Disrupsi Perbankan” di Jakarta, Rabu (22/11).
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsjah mengatakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perlu memikirkan sistem pengawasan teknologi finansial agar transaksi masyarakat aman dan terjamin.
Salah satu dampak maraknya teknologi finansial adalah terjadinya aliran uang atau dana yang tidak terkendali karena terjadi di luar sistem perbankan
Halim menambahkan, Bank Indonesia (BI) juga perlu mulai memikirkan regulasi transaksi uang digital karena ke depannya teknologi finansial bakal makin merambah jasa perbankan seperti di China, Perancis, dan Korea Selatan. ”Lama-lama uang tak lagi berbentuk kertas,” ujarnya.
Saat ini, BI memang belum mengizinkan teknologi finansial untuk menghimpun dana masyarakat. Masyarakat Indonesia akhirnya hanya menggunakan teknologi finansial untuk pembayaran. Namun, Halim memprediksi, kondisi tersebut bisa saja berubah dalam waktu singkat.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pajak dalam transaksi digital juga perlu diatur. ”Saat ini kita bisa bebas berlangganan album atau membeli buku elektronik dari luar negeri melalui gawai tanpa pajak. Tentu ke depannya transaksi semacam ini perlu diatur,” katanya.
Selain pajak jual-beli barang digital lintas negara, Sri juga menyoroti keamanan transaksi digital. Saat ini pihaknya tengah menelusuri dan mengelola keamanan siber terkait transaksi digital.
Terkait pengendapan uang di luar sistem perbankan, Direktur Bisnis Konsumer Bank BNI Anggoro Eko Cahyo mengatakan, kondisi tersebut sudah terjadi dengan adanya layanan Go-Pay milik Go-Jek. Saat ini, Go-Jek diperkirakan memiliki 20 juta pelanggan dan 11 juta di antaranya menggunakan Go-Pay.
Jika diasumsikan rata-rata dalam sebulan pengguna Go-Pay menyimpan Rp 100.000,total uang yang mengendap di Go-Jek mencapai Rp 1,1 triliun. Menurut dia, inilah salah satu faktor yang membuat valuasi Go-Jek mencapai Rp 40 triliun. ”Sayangnya belum ada regulasi tegas terkait pengendapan uang tersebut,” ujarnya.
Strategi bank
Untuk menghadapi era disrupsi digital, industri perbankan sebaiknya tidak melihat teknologi finansial sebagai kompetitor, tetapi sebagai mitra untuk bersinergi sehingga tetap ada peluang ke depannya bagi industri perbankan. Selain itu, perbankan harus memanfaatkan big data (data raksasa) untuk mengenali nasabahnya secara lebih pribadi.
Pendekatan pribadi kepada nasabah di era disrupsi digital ini juga ditekankan oleh Direktur Bank Central Asia Suwignyo Budiman. ”Teknologi finansial sebenarnya hadir untuk memenuhi kebutuhan transaksi nasabah yang lebih cepat dan akurat,” katanya.
Industri perbankan sebaiknya tidak melihat teknologi finansial sebagai kompetitor, tetapi sebagai mitra untuk bersinergi sehingga tetap ada peluang ke depannya bagi industri perbankan
Suwignyo mengatakan, disrupsi digital pada bank membuat nasabah memiliki pilihan untuk tidak bertransaksi tatap muka di kantor bank. Terbukti, transaksi di kantor-kantor cabang BCA terus menurun. Sebaliknya, jumlah dan nilai transaksi dengan mobile banking dan internet banking meningkat pesat. Akibat kondisi tersebut, Suwignyo tidak memungkiri jumlah teller bank akan semakin berkurang.
Namun, bagi Suwignyo, teknologi finansial faktanya memberikan kemudahan bagi sekitar 14 juta nasabah BCA. ”Nasabah tidak perlu susah-susah mencari ATM jika semua transaksi bisa melalui gawainya,” katanya. (DD09)