Cuaca Sabtu (18/11) pagi di Depok, Jawa Barat, cukup menyenangkan. Udara tak terasa begitu panas dan langit pun tak mendung. Suara riuh di Taman Merdeka saling bersahutan. Salah satunya di kebun sekitar tandon air yang luasnya sekitar seribu meter persegi.
Lahan yang berlokasi di Jalan Merdeka, Kelurahan Abadijaya, Kecamatan Sukmajaya, milik Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok tersebut berubah menjadi seperti sebuah kebun baru yang telah lama ditinggalkan tuannya. Sebelumnya, lahan tersebut hanya digunakan untuk tempat penghijauan dan penampungan air. Sayangnya, sejumlah sampah plastik tampak memenuhi salah satu sudut tandon yang dialiri air dari Kali Kupet tersebut.
Puluhan orang dengan mayoritas orang muda tampak menanam bibit pohon. Salah satunya Prasetio (19). Ia bersama dengan sepuluh anggota Pramuka Saka Wanabakti lainnya bergabung dalam kegiatan yang diadakan oleh Komunitas Hijau Asri tersebut.
”Menurut informasi yang saya baca dari buku, satu pohon dapat menghidupi dua orang,” tutur Sekretaris Pramuka Saka Wanabakti Kwartir Cabang Kota Depok itu. Prasetio menganalogikan, ketika ada satu pohon yang dirusak, itu sama artinya dengan membunuh dua orang yang hidup dari pohon tersebut.
Dengan penuh semangat, Prasetio mengatakan, manusia dan pohon ada saling ketergantungan. Keduanya harus dapat saling menjaga sehingga terjadi keseimbangan kehidupan di bumi. ”Dengan kita menjaga pohon, maka pohon akan menjaga manusia melalui oksigennya,” tutur remaja yang bekerja sebagai pekerja lepas pemandu wisata tersebut.
”Sebagai timbal balik atas oksigen yang kita hirup, maka kita harus membayarnya dengan merawat dan menanam pohon,” kata Prasetio. Ia menyayangkan banyaknya pohon di pinggir jalan yang dipaku untuk berbagai kepentingan. Salah satunya untuk papan reklame dan memasang spanduk.
Beberapa kali Prasetio bersama dengan anggota Pramuka Saka Wanabakti lainnya beraksi mencabut paku-paku dan spanduk yang dipasang di batang pohon pinggir jalan. Tak jarang, ia mendapat tentangan dari pelakunya. Namun, ia berusaha mengedukasi mereka agar memahami fungsi dari sebuah pohon bagi kehidupan manusia, yaitu sebagai sumber oksigen yang dibutuhkan manusia.
Dalam berkegiatan ini, Prasetio juga memberikan contoh menanam pohon yang baik. Ia mengingatkan agar plastik yang dipakai untuk membungkus tanah bibit pohon dibuang sebelum dimasukkan ke dalam tanah.
Tergerak hati
Salah satu orang muda lain yang bersemangat mengikuti kegiatan ini yaitu Salsabila Apri Putranto (26). Perempuan yang sempat mengenyam pendidikan di Mesir itu menceritakan betapa terkejutnya melihat iklim di Indonesia. ”Panasnya di Indonesia sama dengan panasnya di Mesir,” katanya.
Ketua dari Komunitas Hijau Asri (KHA) itu menjelaskan, situasi alam di Indonesia yang tropis seharusnya dapat lebih sejuk dibandingkan di Mesir yang tanahnya tidak subur. Situasi itu dipandangnya sebagai akibat dari lemahnya kesadaran masyarakat Indonesia dalam menjaga kelestarian alam, khususnya dalam merawat dan menanam pohon.
Berdasarkan pengalamannya itu, ia pun tergerak hati membangun sebuah komunitas yang peduli pada kelestarian pohon di Indonesia. Salah satu kegiatannya, yaitu menanam pohon yang dilakukan komunitasnya pada hari ini dalam rangka memperingati Hari Pohon Sedunia yang jatuh pada 21 November.
Kegiatan yang baru diadakan pertama kali oleh KHA tersebut juga diikuti oleh sejumlah orang dewasa, seperti ibu-ibu pengajian, instansi pemerintah, perusahaan swasta, dan komunitas pencinta lingkungan hidup lainnya. Mereka menanam bibit pohon besar yang dijadikan sebagai pohon pelindung, antara lain cempaka, pala, eboni, jambe, gandaria, sempur, belimbing, dan damar. Ada juga tanaman hias pucuk merah yang ditanam mengelilingi tandon.
Jarak antarpohon dibuat 3,5 meter agar tidak bersinggungan ketika tumbuh besar nanti, sedangkan tanaman hias dibuat jarak 1 meter. Sebelumnya, petugas DLHK telah membuat 35 titik lubang yang akan ditanami pohon.
Selain menanam pohon, peserta juga memotong rumput liar dan sampah yang memenuhi lahan tersebut. Komunitas Hijau Asri berencana akan membantu petugas DLHK merawat pohon-pohon yang mereka tanam agar dapat tumbuh dengan baik.
Bergerak bersama
Pembina KHA, Sri Utami, mengajak agar masyarakat Indonesia mau bergerak bersama menanam dan merawat pohon. Ia melihat pertumbuhan alih lahan dan jumlah kendaraan bermotor mengakibatkan masalah serius pada lingkungan hidup.
Permasalahan itu terlihat dengan minimnya peremajaan pohon di setiap ruas jalan raya. Akibatnya, polusi udara yang ditimbulkan dari kendaraan bermotor merusak iklim di Indonesia.
Sri mengajak agar setiap pribadi memiliki kesadaran untuk merawat lingkungan. Salah satunya dengan menanam dan merawat pohon. ”Jika bukan dimulai dari diri sendiri, siapa lagi yang mau bergerak?” ujarnya. (DD08)