Wali Kota Ambon Richard Lohenapessy sepertinya tak kuasa memandang wajah Mayor Jenderal Doni Monardo yang berdiri di hadapannya. Sekitar 10 detik, Richard berbicara setengah berbisik dengan bibir bergetar. Air mata politisi yang piawai membakar massa lewat orasi itu tak terbendung dan perlahan mengalir, bahkan hingga sesenggukan.
Di tengah suasana haru dalam Rapat Paripurna Khusus di DPRD Kota Ambon itu, ia menyerahkan sebuah pigura berisi penganugerahan Doni sebagai warga kehormatan Kota Ambon. Jumat (17/11) petang merupakan hari terakhir Doni berdinas di Komando Daerah Militer XVI/Pattimura.
Richard kembali menangis saat mendengar sambutan perpisahan Doni. Doni berbicara terbata-bata menahan suara tangis. Mantan Komandan Jenderal Pasukan Khusus tersebut juga berurai air mata saat pamit meninggalkan tempat di mana ia bertugas sejak 7 Agustus 2015 itu.
”Penghargaan ini bukanlah penghargaan kepada saya pribadi, tetapi lebih daripada itu sebuah pengakuan yang sangat tulus dari warga Kota Ambon dan juga masyarakat Maluku terhadap kiprah prajurit TNI di wilayah Maluku.” Kalimat singkat itu diucapkan Doni terbata-bata dalam waktu 1 menit 40 detik.
Susana haru semacam ini baru pertama terjadi saat Pemerintah Kota Ambon menggelar acara perpisahan dengan pejabat mana pun, termasuk pimpinan TNI. Apalagi, citra TNI, khususnya Angkatan Darat, sempat tercoreng di mata publik Maluku menyusul keterlibatan sejumlah oknum dalam konflik sosial bernuansa agama di Maluku belasan tahun silam. Stigma bahwa ”tentara dianggap ikut bermain” masih membekas.
Bagi sejumlah kalangan, militer adalah pihak yang paling bertanggung jawab. Persepsi itu kemudian hingga menimbulkan kebencian sekelompok masyarakat terhadap tentara. Belum lagi, perilaku oknum yang kadang membuat keonaran bahkan terlibat cekcok dengan anggota Polri. Doni menyadari akan hal itu. Perlahan ia mengubah wajah TNI AD di Maluku.
Sejak bertugas di Maluku, kata Richard, Doni bersama Kodam Pattimura melakukan sesuatu yang melampaui tugas dan tanggung jawabnya yang sebatas menjaga keamanan. Sejumlah desa yang terlibat konflik berhasil dia damaikan. Di Kota Ambon, Doni berulang kali memberi pemahaman kepada warga di desa-desa yang terlibat konflik, seperti Laha dan Tawiri di Kecamatan Teluk Ambon.
Doni, menurut Richard, juga mengajak masyarakat untuk mengoptimalisasikan potensi laut lewat program Emas Biru dan memanfaatkan potensi darat lewat program Emas Hijau. Kini, banyak dibangun karamba jaring apung di Teluk Ambon dan areal pembibitan tanaman di sejumlah tempat.
Sejak bertugas di Maluku, Doni memimpin Kodam Pattimura melakukan sesuatu yang melampaui tugas dan tanggung jawabnya yang sebatas menjaga keamanan. Sejumlah desa yang terlibat konflik berhasil dia damaikan.
Kedua program tersebut bertujuan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Dengan demikian, masyarakat yang sudah sejahtera tidak mudah terprovokasi dengan isu-isu yang merusak kerukunan. Kemiskinan memberi ruang tumbuhnya benih konflik dan gerakan radikal. Sejumlah tokoh konflik dari komunitas Kristen dan Islam berhasil dipertemukan Doni.
Doni juga aktif membantu pembersihan Teluk Ambon yang kini terancam hilang daya tariknya lantaran penuh dengan sampah. Pada hari-hari tertentu, ratusan prajurit Kodam Pattimura digerakkan untuk menjaring sampah di Teluk Ambon. Di kawasan Tapal Kuda, Kecamatan Nusaniwe, Kodam Pattimura memasang jaring sampah.
Selain itu, Doni aktif memerangi peredaran merkuri di Maluku. Anggota Kodam Pattimura pernah membongkar produksi merkuri di Kecamatan Sirimau, Kota Ambon. Bahkan, sejumlah oknum anggota TNI yang terlibat diberi sanksi.
Sikap dan pembawaan Doni yang tak berjarak dengan masyarakat membuat masyarakat semakin cinta kepada TNI AD. Masyarakat lalu dengan sukarela menyerahkan senjata kepada TNI AD tanpa ada paksaaan. Tahun 2016 dan 2017 ada puncak penyerahan senjata terbanyak. Lebih dari 700 pucuk senjata organik dan rakitan diserahkan. Itu menandakan masyarakat menyerahkan sepenuhnya keamanan daerah mereka kepada aparat.
Atas pertimbangan itu, Pemerintah Kota Ambon menganugerahkan gelar warga kehormatan kepada Doni. Pengukuhan itu dihadiri Pangdam Pattimura yang baru Mayjen Suko Pranoto, Wakil Wali Kota Ambon Syarif Hadler, Wakil Kepala Polda Maluku Brigadir Jenderal Daniel Pasaribu, serta sejumlah anggota dan pimpinan DPRD Kota Ambon.
Sikap dan pembawaan Doni yang tak berjarak dengan masyarakat membuat masyarakat semakin cinta kepada TNI AD. Masyarakat lalu dengan sukarela menyerahkan senjata kepada TNI AD tanpa ada paksaan.
”Masyarakat Maluku, khususnya warga Kota Ambon, sangat beruntung karena (Kodam Pattimura) dipimpin oleh seorang Panglima (Kodam) yang sarat dengan ide dan gagasan briliannya. Beliau juga memiliki program-program yang cemerlang untuk tidak saja menghadirkan perdamaian yang hakiki di bumi Maluku, khususnya Kota Ambon, tetapi juga upaya penyelamatan lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” tutur Richard.
Selain kepada Doni, gelar warga kehormatan Kota Ambon pernah diberikan kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla saat masih menjabat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Kalla dianggap berperan dalam rekonsiliasi konflik Maluku.
Doni juga mengajak masyarakat untuk mengoptimalisasikan potensi laut lewat program Emas Biru dan memanfaatkan potensi darat lewat program Emas Hijau.
Doni yang kini menjabat sebagai Pangdam III/Siliwangi itu didoakan agar kariernya terus menanjak dan terus berkiprah untuk Indonesia. Sabtu (18/11), Doni berpamitan dengan keluarga besar Kodam Pattimura. Selamat bertugas di tempat yang baru, Jenderal Doni.