Menghidupkan ”Sawora” agar Alam Terjaga
Keterbukaan wawasan warga Kampung/Desa Sombokoro, Distrik Wandesi, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, memunculkan kembali sasi atau sawora, yakni larangan menangkap ikan atau menebang pohon di daerah tertentu pada bulan tertentu.
Sawora pernah dilupakan selama 35 tahun dan mengakibatkan kerusakan lingkungan. Kini warga Sombokoro bersatu menata desa, menghidupkan sawora.
Jumat (11/8), sebanyak 20 warga berkumpul di halaman rumah Kepala Desa Sombokoro Ismael Nunuari. Mereka beragam usia mulai 21 tahun hingga 62 tahun. Duduk di kursi plastik dinaungi tenda terpal, semilir angin pantai membuat mereka betah berlama-lama mendiskusikan masa depan desa.
Di bantu staf WWF, Feronika Manohas, Ismael memaparkan pentingnya mencari alternatif meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga selain sebagai nelayan. Lebih penting lagi adalah cara itu tidak merusak lingkungan, justru memperbaiki lingkungan yang telanjur rusak.
Dia mengusulkan pembangunan wisata di Sombokoro. ”Desa kita ini banyak kelebihan yang tidak dimiliki desa lain di Teluk Cenderawasih. Kita punya Danau Waserei yang indah,” kata Ismael meyakinkan warganya.
Desa kita ini banyak kelebihan yang tidak dimiliki desa lain di Teluk Cenderawasih. Kita punya Danau Waserei yang indah.
Danau tersebut berada sekitar 1,4 kilometer dari bibir pantai. Danau yang bentuknya memanjang, sepanjang dua kilometer dengan lebar sekitar 800 meter, ini masih sangat asri. Airnya jernih meskipun sebagian permukaannya tertutup lumut. Bebek liar membangun sarang dan bertelur di tepian danau. Burung-burung bersarang di pepohonan di sekitar danau.
Selain danau, pelancong dapat menikmati keindahan alam bawah laut dengan menyelam atau snorkeling. Bisa juga melihat hiu paus (Rhincodon typus). Ikan terbesar di dunia dengan panjang bisa mencapai 20 meter ini muncul di Taman Nasional Teluk Cenderawasih sepanjang tahun.
Ikan berwarna gelap berbintik putih yang oleh warga lokal disebut sebagai ikan gurano bintang ini tidak galak sehingga manusia bisa mendekatinya. Dulu bahkan bisa menyentuhnya, sekarang dilarang.
Membangun pariwisata
Warga, yang menyimak sembari sesekali mengunyah pinang sirih itu, setuju dengan gagasan Ismael. Hari itu mereka pun menyusun kepanitiaan.
Mereka berencana membangun home stay untuk para pengunjung. Ini didukung dengan adanya badan usaha milik desa yang akan mengembangkan kerajinan tangan berciri khas lokal, seperti noken atau gelang kayu.
Sombokoro mendapat dana desa Rp 700 juta. Sebanyak Rp 400 juta dari dana itu akan digunakan untuk pembangunan pariwisata.
”Tinggal dua tahun lagi saya menjabat kepala desa. Kalau selama dua tahun rencana ini tidak berhasil, sia-sia sudah,” kata Ismael memberi semangat sekaligus mengingatkan warga untuk serius menjalankan rencana itu.
Feronika mengatakan, pihaknya membantu melatih warga tentang tata cara menyambut dan melayani tamu, termasuk memberikan standar kenyamanan.
Arti nama
Sombokoro dalam bahasa lokal berarti menyembah ular. Cerita turun-temurun mengisahkan, ketika warga sakit atau terluka, tetua adat akan menggelar ritual memanggil ular. Ular inilah yang kemudian menjilat luka si sakit lalu sembuh.
Narasi tentang Sombokoro itu menyiratkan makna bahwa sejak lama warga memercayai kekuatan Tuhan dalam mengatur alam. Logika itu pula yang mendasari lahirnya sawora.
”Kalau malanggar (melanggar), Tuhan kasih sakit atau meninggal,” kata Samuel Urbon (29), warga, yang mendengar cerita tentang sawora ini dari ayah dan neneknya.
Dia memang tidak pernah tahu ada warga yang sakit atau meninggal karena melanggar sawora ini. Sebab, belum pernah ada warga yang mengalaminya. Akan tetapi, beberapa warga pendatang meninggal di laut dan diduga kuat karena melanggar sawora.
Setidaknya cerita ini dibenarkan Ismael. Ada beberapa warga pendatang yang mengebom ikan di kawasan sawora. Ketika hendak mengambil hasilnya, mereka menyelam, tetapi tidak pernah lagi muncul ke permukaan. Ini terjadi dalam waktu terpisah. Ceritanya menyebar di kalangan warga dan mereka meyakini bahwa nelayan tadi tewas lantaran Tuhan marah.
Dihidupkan lagi
Sawora ini berlaku sejak ratusan tahun lalu, tetapi entah bagaimana awalnya, sejak tahun 1980-an sawora tidak diberlakukan lagi. Sejak saat itulah, perilaku nelayan tidak terkendali. Mereka mencari ikan di wilayah sasi dengan cara-cara ilegal, termasuk mengebom. Sebagian besar adalah para pendatang seperti cerita tentang warga pendatang tadi.
Berkat kampanye WWF tentang kelestarian lingkungan, Ismael sadar kembali bahwa sawora harus dihidupkan lagi. Oleh karena itu, sejak setahun lalu warga dilarang mencari ikan di wilayah sawora pada Mei-Desember. Di luar bulan itu, mereka bebas memancing atau menjaring asal tidak merusak terumbu karang.
”Kami pantau terus wilayah sawora. Kalau ada yang melanggar, harus masuk lembaga (penjara). Desa juga akan memberi denda,” kata Hendrik Auri (20), warga yang juga nelayan.
Kami pantau terus wilayah sawora. Kalau ada yang melanggar, harus masuk lembaga (penjara). Desa juga akan memberi denda.[caption id="attachment_2195172" align="alignnone" width="720"] Warga menyusuri hutan bakau di kawasan Kampung Sombokoro, Distrik Windesi, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, Sabtu (12/8). [/caption]
Pengetahuan tentang sawora ini juga dimiliki oleh anak-anak. Mereka mendapat cerita atau lebih tepatnya dongeng tentang sawora dari ayah, ibu, atau kakeknya yang disampaikan menjelang tidur.
”Mama cerita, kalau mencari ikan di sawora bisa mati. Lebih baik cari ikan di tempat lain,” kata Alfa Urbon (9) yang duduk di kelas IV Sekolah Dasar Inpres Sombokoro.
Desa Sombokoro dihuni 276 jiwa yang terhimpun dalam 57 keluarga. Di antara mereka terdapat 54 anak-anak yang menjadi siswa SD Inpres Sombokoro. Kepala SD Inpres Sombokoro Derek Bebari (56) mengatakan, sawora sebenarnya bisa dimasukkan ke dalam muatan lokal sehingga bisa lebih terlembaga, bahkan mungkin bisa menyebar ke daerah lain sehingga menjadi contoh cara melindungi lingkungan.
Derek dan warga akan berusaha menghidupkan terus-menerus sawora. Menceritakannya kepada anak-cucu menjelang tidur. Mereka percaya sawora bisa menjadikan lingkungan terjaga.