Korban Gempa: Kami Lapar, Kami Kedinginan
ANKARA, RABU — Dalam kondisi lelah dan terpapar udara dingin, para korban selamat dari gempa di Iran barat mengeluhkan kekurangan makanan dan ketiadaan tempat berlindung yang nyaman.
Mereka mengatakan, otoritas Iran sangat lamban merespons kesulitan mereka untuk mendapatkan bantuan berbagai kebutuhan pokok darurat. Desa mereka hancur oleh gempa, tak ada barang yang selamat.
Kantor berita Reuters, Rabu (15/11), melaporkan, pejabat Iran membatalkan operasi penyelamatan warga di daerah-daerah terisolasi dengan alasan kecil peluang menemukan korban selamat.
Maryam, warga kota Sarpol-e Zahab, Iran barat, menangis sedih karena kehilangan 10 anggota keluarganya.
”Kami lapar. Kami kedinginan. Kami tidak punya rumah. Kami sendirian di dunia ini,” kata Maryam Ahang, warga Sarpol-e Zahab, Provinsi Kermanshah, Iran barat.
Maryam menangis sedih karena kehilangan 10 anggota keluarganya. Sarpol-e Zahab merupakan kota paling parah diguncang gempa berkekuatan M 7,3 pada Senin lalu.
Udara dingin
”Rumahku sekarang ini telah berubah menjadi kolam lumpur dan ubin yang rusak. Semalam saya tidur di taman, udara sangat dingin, dan saya takut,” kata Maryam lagi.
Bantuan tenda sangat terbatas sehingga ribuan korban gempa terpaksa melewatkan malam di udara terbuka yang dingin.
Akibat gempa tersebut, sedikitnya 530 orang tewas dan ribuan orang lagi terluka. Bencana gempa ini dilaporkan sebagai yang paling mematikan dalam satu dekade terakhir.
Ribuan orang meringkuk di kamp-kamp darurat. Bantuan tenda dan selimut juga sangat terbatas sehingga ribuan korban terpaksa melewatkan malam di udara terbuka yang sangat dingin sambil menyalakan api unggun.
Para korban selamat, banyak yang kehilangan tempat tinggal, berjuang melewatkan hari-hari gelap mereka karena makanan, air, dan tenda penampungan sangat terbatas.
Daerah terparah diguncang gempa paling mematikan itu ialah Provinsi Kermanshah, wilayah dataran tinggi yang terletak di daerah pegunungan yang berbatasan dengan Irak.
Di beberapa daerah tidak ada bangunan yang tersisa. Rumah penduduk di desa-desa di Iran, yang dibangun dengan balok-balok beton, telah roboh rata dengan tanah.
Hari itu ulang tahun sepupu saya. Semua kerabat ada di sana, sekitar 50 orang. Namun, sekarang hampir semuanya sudah mati.
Televisi negara menyiarkan rekaman tentang penduduk desa yang menangis sambil membawa mayat anggota keluarganya yang terbungkus selimut dan seprai berlumuran darah.
Ada pula yang sibuk mencari anggota keluarganya yang hilang setelah gempa melanda kawasan itu.
”Hari itu ulang tahun sepupu saya. Semua kerabat ada di sana, sekitar 50 orang. Namun, sekarang hampir semuanya sudah mati,” kata Reza, yang menolak memberikan nama lengkapnya. Dia kehilangan 34 anggota keluarga pada Minggu.
Tak ada listrik dan air
”Kami telah melewatkan dua malam di udara terbuka yang sangat dingin, di manakah bantuannya?” kata Reza.
Bulan Sabit Merah Iran mengatakan, tempat penampungan darurat telah disediakan bagi ribuan tunawisma, tetapi kekurangan listrik dan air, serta jalan tak lagi bisa dilalui akibat terhalang material longsor sehingga pasokan bantuan terlambat.
”Dingin, anak-anak saya kedinginan. Kami mempunyai air dan makanan, tetapi tidak ada tenda. Gempa tidak menewaskan kami, tapi cuaca dingin membunuh kami,” kata perempuan berusia 30-an.
”Orang-orang di beberapa desa masih sangat membutuhkan makanan, air, dan tempat tinggal,” kata Faramraz Akbari, Gubernur Qasr-e Shirin di Provinsi Kermanshah.
Di sisi perbatasan Irak, sembilan orang tewas dan lebih dari 550 orang terluka. Semuanya berada di Provinsi Kurdi utara.
Iran sejauh ini menolak tawaran bantuan asing untuk mengatasi dampak gempa tersebut, yang menurut pejabat merusak 30.000 rumah dan menghancurkan dua desa secara total.
Sementara itu, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mendesak badan-badan pemerintah pada Selasa untuk mempercepat penyaluran bantuan.
AS bersimpati
Presiden Hassan Rouhani berkunjung ke daerah yang tertimpa bencana dan berjanji untuk segera mengatasi masalah dalam waktu singkat.
Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyampaikan ucapan belasungkawa, kata juru bicara Gedung Putih.
”AS mengungkapkan rasa simpati dan belasungkawa yang tulus kepada mereka yang terkena dampak gempa di Irak utara dan Iran,” katanya Gedung Putih.
Menurut Gedung Putih, Washington belum menerima permintaan bantuan dari Pemerintah Irak. Presiden AS Donald Trump, yang dalam perjalanan pulang ke Washington dari lawatan 12 harinya ke Asia, sangat kritis terhadap Iran.