Kebebasan dan jazz merupakan frase yang sulit dipisahkan. Kalau sudah di atas pentas, sang lakon jazz seolah merdeka memainkan musiknya. Karena itu, momen di panggung cenderung tak terprediksi bagi penikmatnya.
Demikian juga Josiah Alexander Sila yang akrab dipanggil Joey Alexander. Dia tak dapat membocorkan lagu-lagu yang dimainkannya dalam konser malam ini dan besok. ”Jazz memberikanku kebebasan dalam menciptakan momen, khususnya di atas panggung. Ini menjadi keseruan tersendiri untukku. Kita lihat saja nanti,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Sabtu (11/11).
Spontanitas Joey dalam berpentas juga diakui produser konser Joey Alexander Asia Tour, Irsan Wallad. Ia mengatakan, ini cocok dengan pendekatan musik jazz yang berupa kebebasan.
Melalui kebebasannya, Irsan mengamati, Joey suka memberikan kejutan di atas panggung. ”Ini yang menjadi nilai lebih penampilannya,” ucapnya.
Joey suka memberikan kejutan di atas panggung. Ini yang menjadi nilai lebih penampilannya.
Sebagai seorang produser, Irsan memang memberikan kebebasan bagi Joey dan tidak membatasi improvisasinya. Dalam konser, lanjutnya, Joey akan bermain selama 2 x 75 menit pada malam ini serta 2 x 45 menit pada penampilan esok hari.
Asia Tour di Indonesia digelar dalam rangkaian Joey Alexander World Tour 2017. Setelah menyambangi Jepang, Singapura, dan Hong Kong, Indonesia menjadi penutupnya. Di Tanah Air, Joey bermain Sabtu (11/11) di Balairung Soesilo Soedarman Sapta Pesona Kementerian Pariwisata, Jakarta. Pada Minggu (12/11), dia akan pentas di Indonesia Convention Exhibition, Bumi Serpong Damai, Tangerang.
Asia Tour ini berjudul ”A Night with Million of Imagination”, semalam dengan jutaan imajinasi. ”Kita akan berimajinasi dalam musik,” ucap Irsan.
Judul ini dipilih berdasarkan diskusi Irsan ihwal pemikiran Joey dalam tiap kreasi musiknya. ”Kami penasaran apa isi kepalanya. Sekarang kami yakin, Joey dipenuhi oleh imajinasi,” ujarnya.
Asia Tour ini berjudul ”A Night with Million of Imagination”, semalam dengan jutaan imajinasi.
Membebaskan Joey
Kebebasan yang dinikmati Joey tak lepas dari peran orangtuanya. Farah Leonora Urbach, ibunda Joey, mengatakan, membebaskan anak mengikuti minat adalah hal terpenting. Apalagi jika sifatnya positif, pasti dia dan suaminya mendukung.
Farah menyebutkan, sebagai orangtua, dirinya perlu melihat minat anak. ”Suami saya melihat ada ketertarikan Joey untuk bermusik. Karena itu, dia memberikan keyboard elektrik kecil untuk Joey,” lanjutnya.
Ternyata benar. Joey semakin mendalami piano. Pada usia 7 tahun, Joey memilih jazz sebagai alirannya karena mendengarkan koleksi musik jazz ayahnya.
Melihat Joey bertumbuh sejauh ini, Farah merasa sungguh bersyukur. ”Sebagai orangtua, kami tidak menyangka. Ini benar-benar luar biasa. Kami tahu, Joey seperti ini berkat talenta yang diberikan Tuhan,” ungkapnya.
Perkembangan Joey yang begitu pesat dalam bermusik jazz pun dirasakan Barry Likumahuwa yang juga merupakan musisi jazz. Pada 2010, dia pertama kali bermusik jazz bersama Joey. ”Tidak hanya dari segi teknis, tapi penjiwaannya dan kreativitasnya membuat saya kagum,” ujarnya.
Pemahaman jazz
Menurut Barry, kehadiran Joey di Indonesia akan memberikan pemahaman jazz yang tepat bagi Indonesia. ”Sekarang, musik pop yang bernada sedikit RnB bisa dibilang jazz. Ini salah kaprah yang sering terjadi. Kalau mau lihat seperti apa jazz sesungguhnya, lihat Joey,” tuturnya.
Joey berharap, konsernya dapat mendekatkan musik jazz pada Indonesia. Dia ingin jazz mendapatkan tempat untuk berkiprah di Ibu Pertiwi.
Joey sengaja memilih Indonesia sebagai tempat terakhir konsernya. ”Meski tinggal di New York, Indonesia tetap rumahku. Yes, I’m home,” ucapnya.
Tentunya, konser di Indonesia untuk kedua kali ini menjadi momen spesial bagi Joey. Dia sungguh bahagia dapat menggelar pentas di Tanah Air.
Selain bahagia, Joey juga merindukan sejumlah makanan Indonesia. ”Kangen martabak dan ayam bumbu kuning,” ujarnya sambil tersenyum lebar.
Spiritualitas jazz
Jazz adalah bagian hidup Joey. ”Musik ini memberikan imajinasi dan kebahagiaan untukku,” ucapnya.
Lebih dari itu, Joey mengatakan, jazz adalah spiritualitas baginya. Dia menyadari, kemampuannya dalam musik jazz adalah anugerah dari Tuhan.
Jazz adalah bagian hidupku. Musik ini memberikan imajinasi dan kebahagiaan untukku.
”Tuhan menjadi inspirasi saya paling utama. Saya harap, saya dapat membalas cinta-Nya dengan membagikan musik saya kepada siapa pun,” katanya.
Ke depan, harapan Joey tidak muluk-muluk. Dia hanya ingin menjadi musisi jazz yang percaya diri serta tetap menjadi dirinya sendiri dengan versi lebih baik.
Kebebasan untuk berkarya bisa jadi memang pemberian tak ternilai dari Yang Mahakuasa untuk umat-Nya. Joey telah memilih jazz secara bertanggung jawab sebagai jalannya. Bagaimana dengan kita? (DD09)