Jalan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu atau Becakayu diresmikan Presiden Joko Widodo dan mulai beroperasi Jumat (3/11/2017). Gagasan membangun jalan tol Becakayu di atas Kalimalang (Saluran Tarum Barat) itu sebenarnya sudah dirancang sejak tahun 1996 silam.
Rencana itu digagas untuk mengatasi kemacetan lalu lintas yang terjadi di ruas tol Cikarang-Jakarta, terutama antara Cawang dan Bekasi yang saat itu merupakan ruas terpadat di Indonesia. Pada tahun itu, kapasitas jalan tol Bekasi-Cawang sedang dilebarkan dari 4 lajur menjadi 8 lajur, dan direncanakan selesai secara bertahap pada 1998. Kepadatan lalu lintas di ruas Cikarang-Jakarta saat itu sudah begitu padatnya sehingga pelebaran jalan itu pun belum memecahkan kemacetan lalu lintas.
Sekretaris Jenderal Departemen Pekerjaan Umum (saat itu) Ir Ruslan Diwiryo, seperti dimuat dalam berita Harian Kompas 29 November 1995 berjudul “Dibangun Tahun 1996, Jalan Tol di Atas Kalimalang” menyebutkan, studi kelayakan pembangunan jalan tol dilakukan oleh PT Investa Kusuma Arta dan PT Krisnatara, dan selesai pada kuartal pertama tahun 1996. Panjang jalan tol direncanakan dibangun sepanjang 30 kilometer.
Ruslan menyebutkan, bila studi kelayakan itu disetujui pemerintah, jalan tol layang itu sudah bisa dibangun pada pertengahan 1996, dan direncanakan rampung pertengahan tahun 1998. Investasi jalan layang tol dari Cikarang-Cawang pada tahun 1996 diperkirakan sekitar Rp 900 miliar. Biaya pembebasan tanah praktis tidak ada, karena semua fondasinya berada di atas sungai.
Akhir Agustus 1996
Dalam berita Harian Kompas, 26 Juli 1996 berjudul “Pembangunan Tol Kalimalang Agustus 1996” disebutkan, pembangunan jalan tol Kalimalang sepanjang 19,5 kilometer dimulai akhir Agustus 1996, ditandai dengan pemasangan tiang pancang. Pembangunan jalan tol layang yang diperkirakan menghabiskan biaya sekitar Rp 1,5 triliun itu, dibiayai bank pemerintah dan bank-bank swasta.
Presiden Direktur PT Investa Kusuma Artha Djoko Ramiadji MSc.CE setelah bertemu Gubernur DKI Jakarta Surjadi Soedirdja di Balaikota, Kamis 25 Juli 1996 menjelaskan, pembangunan jalan tol Kalimalang dikerjakan PT Investa Kusuma Artha, anak perusahaan Drassindo Group (kelompok perusahaan milik keluarga Ny Mooryati Soedibyo) bersama PT Kresna Tara milik Bambang Trihatmodjo.
Pembangunan jalan tol tersebut direncanakan dimulai dari Bekasi Timur-Bekasi Barat hingga ke Cawang Interchange menuju arah Casablanca (Kampung Melayu di Jaktim) dan dikerjakan dalam waktu 3,5 tahun. Lebar jalan tol layang ini antara 25 meter dan 32 meter terdiri atas enam lajur.
Djoko Ramiadji yang pernah menjadi direktur PT CMNP yang berpengalaman dalam pembangunan jalan tol layang Cawang-Tanjungpriok dan kemudian bergabung dengan kelompok usaha Ny Mooryati Soedibyo dan patungan dengan kelompok Bambang Trihatmodjo, menyebutkan pihaknya berusaha meminimalisasi pembebasan tanah agar masyarakat tidak banyak dipindahkan.
Pada saat itu Djoko mengatakan lima bank pemerintah dan 20 bank swasta yang menyatakan minat membiayai pembangunan tol tersebut. Sebelum tahun 2000, jalan tol itu dirancang sudah selesai dan bisa digunakan.
Djoko menyebutkan, bila jalan tol baru di atas Kalimalang itu rampung, lalu lintas dari Bekasi ke Jakarta dan sebaliknya pada tahun 2000 dilayani tidak kurang dari 18 lajur lalu lintas termasuk enam lajur di jalan tol yang baru, delapan lajur di jalan tol lama, serta empat lajur di jalan nontol.
Pemancangan tiang pertama
Pemancangan tiang pertama jalan tol Kalimalang dilakukan Jumat 23 Agustus 1996 oleh Menteri Pekerjaan Umum (saat itu) Ir Radinal Moochtar, seperti diwartakan Harian Kompas, 24 Agustus 1996 berjudul "Jalan Tol Kalimalang Mulai Dibangun".
Radinal menegaskan kembali, kemacetan lalu lintas yang terjadi antara Bekasi-Jakarta, baik di jalan tol, maupun di jalan-jalan nontolnya (saat itu) harus diatasi dan pemerintah memutuskan untuk mulai membangun jalan baru berupa jalan layang tol sejajar dengan Kalimalang (Saluran Induk Tarum Barat) sepanjang 21,5 km. Proyek infrastruktur itu menelan biaya Rp 1,5 triliun.
Proyek Jalan Tol Kalimalang atau Cawang-Bekasi ruas Bekasi Timur-Cawang-Kampung Melayu dibangun konsorsium investor PT Kresna Kusuma Dyandra Marga di Jatiwaringin, Jakarta Timur, dirancang sejajar dengan Saluran Induk Tarum Barat atau Kalimalang. Seluruh konstruksi jalan tol tersebut direncanakan selesai dibangun selama empat tahun (selesai pada 2000), melalui pola kerja sama dengan sistem BOT (Build, Operation, Transfer) dengan masa konsesi 32 tahun.
Djoko Ramiadji, Presiden Direktur PT Kresna Kusuma Dyandra Marga menjelaskan, anggota konsorsium terdiri dari PT (Persero) Jasa Marga, PT Investa Kusuma Artha, anak perusahaan Drassindo Group (kelompok usaha milik keluarga pengusaha jamu Mustika Ratu, Ny Moorjati Sudibjo). Serta PT Kresna Tara, anak perusahaan Kresna Group milik duet pengusaha Bambang Trihatmodjo dan Bambang Ryadi Soegomo, dan PT Dyandra Pancagraha serta PT Delta Romindo Internasional.
Namun rencana hanyalah tinggal rencana. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada 1997-1998, menyebabkan proyek infrastruktur itu terhenti dan terbengkalai bertahun-tahun kemudian. Barulah di era Presiden Joko Widodo, pembangunan jalan tol Kalimalang (yang kini dikenal dengan nama tol Becakayu) dilanjutkan dan diselesaikan. (DIOLAH DARI ARSIP HARIAN KOMPAS)