JAKARTA, KOMPAS — Direktur Utama PT MRT Jakarta William P Sabandar, Selasa (26/9), di Balai Kota DKI Jakarta menjelaskan, PT MRT Jakarta berharap, dalam satu-dua hari ini surat keputusan gubernur tentang penetapan trase fase II bisa terbit. SK tersebut diperlukan supaya MRT Jakarta bisa mulai menyiapkan perencanaan, pembebasan lahan (kalau ada), dan pembangunan atau penataan awal.
Seperti diberitakan, fase II akan menjadi lanjutan dari koridor selatan-utara MRT. Fase II direncanakan berawal dari Bundaran Hotel Indonesia menuju Kampung Bandan sejauh 8,3 kilometer.
Dengan adanya SK gubernur tentang penetapan trase, hal itu akan membuat rute atau trase fase II menjadi definitif. SK gubernur itu membuat rute fase II semakin jelas, seperti titik-titik atau lahan mana saja yang akan dilewati, lokasi stasiun, titik pintu masuk (entrance), juga letak menara pendingin (cooling tower/CT) dan menara ventilasi (ventilation tower/VT).
Sambil menunggu penerbitan SK gubernur, lanjut William, PT MRT Jakarta sudah melakukan sosialisasi terhadap para pemilik lahan atau gedung di sekitar trase fase II. Sosialisasi dilakukan karena PT MRT membutuhkan lahan untuk keperluan menara pendingin, menara ventilasi, dan pintu masuk stasiun.
Silvia Halim, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, menjelaskan, proses sosialisasi terhadap pemilik lahan atau gedung di sepanjang trase fase II sudah dilakukan beberapa minggu lalu.
Konsultasi publik untuk pembangunan MRT Jakarta fase II sudah dilaksanakan pada 11 September di kota administrasi Jakarta Barat dan Jakarta Pusat. Yang diundang adalah pemilik lahan atau gedung yang terdampak oleh pintu masuk dan CT/VT MRT Jakarta.
Di Jakarta Barat, sosialisasi dilakukan di Kantor Kecamatan Tamansari dan dihadiri lurah dan suku dinas serta 14 warga/instansi yang terkena proyek. Di Jakarta Pusat, sosialisasi dilakukan di Kantor Wali Kota Jakarta Pusat dan dihadiri camat, lurah, suku dinas, serta 15 warga/instansi yang terkena proyek.
Fase II direncanakan seluruhnya dibangun di bawah tanah. Nantinya akan ada tujuh stasiun bawah tanah di sepanjang fase II, sepanjang 8,3 kilometer. Setiap stasiun akan memiliki 4-5 titik masuk dan 2-3 lokasi untuk CT/VT.
Rute menantang
Silvia melanjutkan, dengan segera terbitnya SK gubernur tentang penetapan trase, bulan depan konsultan PT MRT sudah bisa mulai bekerja menyusun rincian rancangan dasar atau basic engineering design (BED) dari fase II. ”Fase kedua ini akan sangat menantang karena seluruh konstruksi dibangun di bawah tanah, di bawah kali, dan Kota Tua. Karena melewati Kota Tua, kami juga akan terus bekerja sama dengan tim cagar budaya untuk mendapat masukan,” ujarnya.
Saat ini dana pinjaman untuk pembangunan MRT fase II tengah diproses. Fase II diperhitungkan menelan biaya Rp 22,5 triliun yang diperoleh dari pinjaman Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA).
William menambahkan, saat ini dana pinjaman untuk pembangunan fase II juga tengah diproses. Fase II diperhitungkan menelan biaya Rp 22,5 triliun yang diperoleh dari pinjaman Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA).
Adapun untuk fase I, per 25 September 2017, pembangunan stasiun layang mencapai 70,16 persen dan stasiun bawah tanah mencapai 90,22 persen. Rata-rata pembangunan mencapai 80,15 persen atau sesuai dengan jadwal pembangunan.
Pembangunan depo di Lebak Bulus saat ini juga sudah maju. Total rel yang terpasang sudah sepanjang 1.360 meter dari total seluruh rel yang harus dipasang 35.365 meter. ”Kami menargetkan Januari 2018 seluruh rel terpasang,” lanjut Silvia.