Papan itu berisi tulisan warna-warni yang menggelitik hati. Cintaku terhalang pacarmu, cintaku seluas langit, kadong tresno, nyalat kualat. Gagal move on, jangan sakiti aku, jomblo area, dan jomblo terhormat adalah contoh kalimat-kalimat di papan yang dipaku di pohon-pohon Wanawisata Bukit Pinus Carangwulung, Wonosalam, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Selain papan warna-warni, kawasan hutan di tepi Jalan Raya Gondang itu menawarkan beberapa wahana. Ada sepeda tali, panggung swafoto, barisan payung warna-warni untuk pemotretan, kursi dan pondok untuk bersantai, serta pohon-pohon untuk memasang hammock (kantong tidur gantung).
Obyek wisata ini baru dibuka untuk umum pada Maret 2017. Sebelumnya, tempat itu hanya kawasan hutan pinus di bawah pengelolaan Perum Perhutani. Kecamatan Wonosalam terlebih dahulu dikenal sebagai sentra durian. Saat musim berbuah, Wonosalam akan ramai dikunjungi pelancong yang ingin menikmati durian, ketan durian, kolak durian, es krim durian, hingga tradisi kenduri durian.
Karena masih baru, penataan kawasan dan penyediaan wahana di Wanawisata Bukit Pinus Carangwulung pun masih amat sederhana. Belum ada loket penarikan retribusi. Pengunjung hanya dibebani biaya parkir Rp 10.000 untuk sepeda motor dan Rp 15.000 mobil. Parkir dikelola pemuda setempat.
Kelengkapan tempat wisata, seperti toilet, belum ada. Tempat parkir seadanya. Area parkir sepeda motor berada di dalam kawasan, sedangkan mobil diparkir di tepi jalan. Warung makan dan minum juga begitu, sangat sederhana dan jumlahnya terbatas. Saat kawasan ramai pengunjung, pengasong datang untuk ikut menjual makanan dan minuman.
Lokasi wisata itu bisa disebut pelengkap, tambahan, atau pilihan bagi masyarakat yang ingin berwisata ke kawasan Wonosalam. Di Wonosalam dan sekitarnya, yakni Kecamatan Mojoagung dan Kecamatan Bareng, juga terdapat beberapa obyek wisata, yakni lokasi pemotretan, kebun buah, petirtaan, dan goa.
Obyek-obyek itu tidak terlalu kondang dibandingkan dengan yang sejenis di Jatim. Namun, bagi warga Jombang yang enggan melancong jauh, Carangwulung, Wonosalam, dan obyek lainnya menjadi pilihan cukup baik untuk berwisata.
Pamer ke teman
Di Carangwulung, wahana sepeda tali bisa dinikmati dengan membayar Rp 15.000. Dengan memakai peralatan keselamatan, pengunjung dapat merasakan sensasi mengayuh sepeda di atas yang membentang di antara dua pohon. Posisi bersepeda di atas tali yang berketinggian 7-10 meter dari permukaan tanah menjadi obyek pemotretan yang ciamik.
”Lumayan buat pamer ke teman-teman atau eksis di media sosial, he-he-he,” kata Wahyuningsih (17), remaja asal Jombang yang datang ke Carangwulung bersama teman-teman dengan bersepeda motor, sambil tersenyum.
Selepas menjajal sepeda tali, Wahyuningsih dan teman-temannya bergiliran berpose di bawah deretan payung gantung warna warni. Selain itu, mereka bergiliran berpose di panggung bentuk hati dengan hiasan jerami di sekelilingnya. Panggung foto berlatar sayap kupu-kupu juga tak luput dicoba karena terlihat ciamik di foto.
Bagi anak-anak muda seperti Wahyuningsih dan teman-temannya, papan-papan bertulisan sederhana di lokasi bisa menjadi bahan senda gurau di antara mereka. Yang belum juga punya pacar diledek dan diminta berpose di bawah papan bertulisan Jomblo Terhormat. Yang pernah berpacaran, putus cinta, dan sulit melupakan mantan kekasih digoda untuk berfoto di bawah papan bertulisan Gagal Move On. Ya, agak terkesan kurang ajar tetapi itulah salah satu candaan anak muda masa kini terkait percintaan.
Bagi keluarga, Carangwulung menjadi pilihan karena lokasi yang dekat, suasana kawasan yang enak dilihat dan dinikmati, serta tentu tak banyak menghabiskan uang. Dari pusat kota, Carangwulung bisa dijangkau sekitar 30 menit berkendara dengan sepeda motor dan mobil dengan syarat tidak terkena macet atau halangan di jalan, seperti prasarana amblas atau tertutup tanah longsor.
”Ke sini murah karena belum ada retribusi, cuma kena parkir, lokasi dekat, dan buat kami pemandangannya cukup bagus,” kata Suhartoyo, warga Jombang yang datang bersama keluarga.
Puas atau setelah letih menghabiskan memori kamera dengan berfoto, duduklah di kursi, pondok, atau tanah hutan. Nikmati bekal yang dibawa dari rumah atau jajan makanan dan minuman ringan dari pengasong di sana. Sebaiknya, jangan tinggalkan sampah di sana karena tempat penampungan nyaris tidak ada. Bawalah kembali sampah dan buanglah di tempat penampungan sementara di kota atau di bak-bak sampah besar yang ditemukan di tepi jalan raya.
Untuk menjangkau Carangwulung bisa dimulai dari Simpang Tiga Koramil Mojoagung di Jalan Veteran. Ambil Jalan A Yani Mojolegi ke arah Wonosalam. Susuri jalan itu sampai bertemu dengan Jalan Raya Gondang ke Desa Carangwulung.
Carangwulung dapat juga dijangkau lewat Jalan Alas Gedangan melalui Wanawisata Goa Jepang di Desa Kedunglumpang lalu Desa Sumberejo dan PD Perkebunan Panglungan di Desa Panglungan. Jalan antardesa memang sempit, tetapi kondisinya mulus sehingga cocok untuk tamasya.