JAKARTA, KOMPAS — Pengembangan bahasa Indonesia agar berjaya di Tanah Air sekaligus mampu berkiprah di gelanggang Indonesia menjadi tema besar untuk Kongres Bahasa Indonesia XI tahun 2018. Adapun untuk subtema masih berkisar tentang penguatan pemakaian bahasa Indonesia di ruang-ruang publik.
”Tema besarnya adalah ’Berjaya dengan Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia’ dengan penekanan bahwa tidak hanya melestarikan bahasa Indonesia, tetapi juga mengembangkannya,” kata Ketua Panitia Prakongres Bahasa Indonesia XI Hurip Danu Ismadi ketika ditemui di sela-sela Prakongres Bahasa Indonesia XI, di Jakarta, Selasa (19/9).
Prakongres tersebut mengumpulkan pakar bahasa dari Badan Bahasa Indonesia, balai bahasa, akademisi, peneliti, dan perwakilan guru Bahasa Indonesia. Mereka berembuk untuk mentukan subtema dan topik. Hasilnya akan dipertimbangkan oleh panitia kongres, termasuk dalam pemilihan narasumber. Keputusan final akan diumumkan pada 28 Oktober sebagai bagian dari perayaan Bulan Bahasa.
Ia menuturkan, tujuannya bukan agar masyarakat anti terhadap bahasa asing karena bahasa asing adalah hal yang harus dikuasai di era globalisasi, melainkan agar memprioritaskan pemakaian bahasa Indonesia di ruang-ruang publik. Ruang publik seperti media sosial dan iklan kini sering memakai bahasa asing yang sebenarnya memiliki padanan bahasa Indonesia.
Jika penggunaan bahasa Indonesia berkesinambungan, kesempatan untuk menjadi bahasa internasional semakin besar, terutama di lingkup Asia Tenggara.
Dari segi penutur, lanjutnya, bahasa Indonesia memang terbanyak di kawasan ini. Ditambah pula tambahan potensi penutur dari Singapura, Malaysia, Brunei, Thailand selatan, dan Filipina selatan.
Menurut dia, agar pembahasan lebih komprehensif, salah satu subtema yang diusulkan adalah pendidikan bahasa Indonesia di tingkat sekolah dasar dan menengah yang bersifat kontekstual, bukan tekstual. Pembahasan bahasa dan sastra tidak hanya berdasarkan buku-buku teks pelajaran, tetapi juga contoh-contoh yang ada di sekitar.
Arsip bahasa daerah
Antropolinguistik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Obing Katubi, mengatakan, untuk memperkuat dan mengembangkan bahasa Indonesia sangat bergantung kepada pelestarian bahasa daerah. Bahasa-bahasa daerah hendaknya diarsipkan dengan menggunakan sistem dalam dan luar jaringan.
”Bahasa daerah menjadi rujukan pertama dalam mencari padanan kata dari bahasa asing. Banyak sekali kosakata dari bahasa daerah yang memiliki daya ungkap kompleks,” ujarnya.
Dengan demikian, lanjut Obing, jika ada istilah baru tidak perlu langsung diserap dari bahasa asing. Menggunakan kata dari bahasa daerah dengan daya ungkap serupa justru memperkaya lema bahasa Indonesia.
Sementara itu, Guru Besar Bahasa Indonesia Universitas Indonesia Felicia Nuradi mengingatkan pentingnya memperhatikan kapasitas pengajar Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah. Alasannya, sering kali kemampuan pemahaman pengajar belum setara dengan materi yang harus mereka ajarkan kepada siswa.