Stasiun Tebet Dibenahi untuk Percontohan Koneksi Antarmoda
Oleh
Irene Sarwindaningrum
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kawasan Stasiun Tebet, Jakarta Selatan, terus dibenahi untuk menjadi percontohan konektivitas antarmoda transportasi umum massal. Saat ini, sebagian besar stasiun masih terkendala dalam konektivitas tersebut.
Pembenahan itu dilakukan sejak penutupan pelintasan sebidang Stasiun Tebet pada 7 April 2016. Penutupan itu diikuti dengan pengoperasian halte bus pengumpan transjakarta. Ruang untuk halte ini menggunakan area bekas putaran balik di bawah jalan layang Tebet. Di ruang itu, Mikrolet M44 juga diberi ruang untuk mengangkut penumpang. Dengan ini, penumpang yang turun dari kereta dapat langsung menyambung perjalanan dengan bus transjakarta ataupun mikrolet.
Setelah itu, pada 9 September lalu, PT KAI Commuter Jabodetabek (PT KCJ) menambah area keluar masuk penumpang untuk mengatur arus dan perpindahan penumpang.
Kepala Suku Dinas Transportasi Jakarta Selatan Christianto mengatakan, apabila pembenahan ini berhasil dilakukan di Stasiun Tebet, langkah yang sama bisa diterapkan untuk stasiun-stasiun lain. ”Nanti akan diikuti penataan pedagang kaki lima dan perbaikan jalan untuk pejalan kaki. Ada juga rencana penambahan putaran balik, tapi ini masih dalam pembahasan,” ujarnya, Jumat (15/9).
Camat Tebet Mahludin mengatakan, penataan pedagang kaki lima (PKL) dilakukan dengan menyediakan lokasi binaan. Keberadaan PKL yang saat ini masih tak teratur menurut rencana akan ditempatkan di area pelintasan sebidang yang ditutup. Penutupan itu membuat ada ruang kosong sehingga bisa dimanfaatkan untuk penataan lanjutan. ”Semua dinas dan PT KCJ ikut serta dalam penataan Stasiun Tebet ini,” ucapnya.
Saat ini, jumlah penumpang KRL di Stasiun Tebet mencapai 30.000 orang per hari. Tanpa penataan, padatnya lalu lintas manusia di kawasan sekitar stasiun kereta di Jakarta menjadi titik kemacetan baru. Hal ini terlihat antara lain di Stasiun Palmerah.
Masih terkendala
Konektivitas antarmoda transportasi umum massal di DKI Jakarta masih terkendala. Di beberapa stasiun, upaya koneksi ini justru menimbulkan kemacetan baru.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri Yansyah menyebutkan, dari 17 stasiun di DKI yang ditargetkan mempunyai konektivitas antarmoda dengan transportasi umum massal, baru empat yang sudah berhasil.
Untuk mendukung konektivitas antarmoda ini, PT KCJ juga menata dan menambah jalur keluar masuk penumpang. Aula seluas 200 meter persegi dan pintu di bagian timur Stasiun Tebet yang baru dioperasikan 9 September lalu dimaksudkan untuk menampung pertambahan jumlah penumpang.
VP Komunikasi PT KCJ Eva Chairunisa mengatakan, aula itu dilengkapi perangkat pelayanan berupa tujuh gerbang elektronik, dua loket, dan tiga mesin penjual tiket (CVIM).
Sebelumnya, Stasiun Tebet dilengkapi dengan satu aula keluar masuk penumpang pada sisi utara. Melalui program penataan ulang, sekarang terdapat tiga area keluar masuk penumpang, termasuk terowongan penumpang yang selesai dibangun pada 24 Juli lalu. Tiga area keluar masuk penumpang itu adalah sisi utara arah Casablanca, sisi timur arah Kampung Melayu, dan sisi barat arah Tebet Raya.
”Penataan ulang Stasiun Tebet tersebut merupakan bentuk dukungan integrasi antarmoda yang saat ini tengah digerakkan pemerintah pada transportasi publik,” kata Eva.
Namun, saat ini masih banyak ojek yang kerap mangkal menunggu penumpang di Jalan Tebet Dalam I yang sempit. Camat Tebet Mahludin mengatakan, ojek-ojek yang parkir ini sudah sering diperingatkan untuk tak menutup jalan. Namun, saat tidak ada pengawasan, mereka akan kembali. Mahludin melanjutkan, tak ada rencana untuk menyediakan kantong mangkal buat ojek sebab tidak seharusnya ojek daring mangkal. ”Mereka, kan, seharusnya tunggu pesanan saja di HP (telepon seluler),” ucapnya.