Fibromyalgia, Nyeri Kronis Sang ”Ibu Para Monster”
Lady Gaga, penyanyi pop asal Amerika Serikat yang mendapat julukan ”Mother Monsters” itu, Selasa (12/9), mengumumkan penyakit fibromyalgia yang dideritanya. Dalam cuitan yang diunggah di akun Twitter-nya, Gaga mengungkapkan akan menampilkan penyakit nyeri kronis itu dalam film dokumenter terbarunya.
”Saya berharap ini dapat membantu meningkatkan kesadaran dan saling menghubungkan dengan para penderita lain”, tulisnya. Gaga sudah menyampaikan rasa sakit yang ia alami itu sejak 2013. Namun, baru kali ini ia menyebut pemicunya adalah fibromyalgia.
Cuitan itu langsung mengundang empati dari para penggemarnya di seluruh dunia. Pada saat yang sama, para penderita fibromyalgia pun berani menyuarakan beban yang mereka alami.
Fibromyalgia adalah penyakit kronis alias menahun yang membuat penderitanya merasa nyeri atau sakit di seluruh tubuh. Sensasi rasa nyeri yang dirasakan itu beragam, seperti nyeri akibat terkena benda tumpul, ditusuk-tusuk, bahkan rasa terbakar. Tidak jarang, penderita juga mengalami kejang.
Selain rasa nyeri, penderita umumnya juga merasakan gejala lain, seperti mudah lelah, susah tidur, bangun tidur dengan rasa lelah, sakit kepala, kesemutan atau mati rasa di tangan dan kaki, kepala tegang, hingga gangguan terhadap ingatan, suasana hati, dan kesulitan konsentrasi. Gejala yang muncul terkadang juga mirip penyakit rematik atau gangguan sendi.
Berbagai gejala itu biasanya muncul setelah penderita mengalami trauma fisik, menderita penyakit infeksi, atau mengalami tekanan psikologis yang berat. Bisa juga gejala muncul dan terakumulasi dari waktu ke waktu tanpa ada pemicu tunggal. Rasa nyeri yang muncul itu bisa bertahan setidaknya selama 12 minggu.
Penyakit ini terkadang juga muncul bersamaan dengan munculnya penyakit lain, seperti sindrom iritasi usus, migrain, sindrom sakit kandung kemih, dan gangguan sendi temporomandibular (sendi penyambung rahang bawah dengan tengkorak).
Institut Arthritis, Muskuloskeletal, dan Penyakit Kulit Nasional (NIAMS), Institut Kesehatan Nasional (NIH), Amerika Serikat, menyebutkan, meski gangguan ini terkait dengan artritis atau penyakit persendian, fibromyalgia bukan bagian dari artritis karena tidak menyebabkan peradangan atau kerusakan sendi, otot, atau jaringan lain.
Dominan perempuan
Asosiasi Fibromyalgia Nasional (NFA) menyebutkan, 3-6 persen masyarakat dunia menderita gangguan ini. Penyakit ini lebih banyak dialami perempuan dibandingkan laki-laki. Bahkan, di AS, 80-90 persen penderitanya adalah perempuan.
Meski jumlah penderitanya cukup besar, hingga kini belum diketahui pasti penyebabnya. Beberapa penyebab bisa tumpang tindih. Persoalan genetika, penyakit infeksi yang diderita, hingga trauma fisik atau emosional, seperti kecelakaan mobil dan stres, bisa memicu.
Sejumlah studi menemukan stimulasi saraf secara berulang menyebabkan kadar zat kimia di otak penderita fibromyalgia berubah hingga memunculkan sinyal rasa sakit. Selain itu, reseptor rasa sakit di otak mengembangkan ingatan pendek terhadap rasa sakit. Akibatnya, otak menjadi lebih sensitif terhadap rasa sakit sehingga memunculkan reaksi berlebih.
Mereka yang memiliki hubungan keluarga dengan penderita fibromyalgia memiliki peluang menderita nyeri kronis ini lebih besar. Selain itu, penderita osteoartritis, rematik, dan lupus juga berisiko lebih besar mengalaminya.
Rasa sakit berkepanjangan yang muncul akan mengganggu aktivitas sehari-hari penderita, baik di rumah maupun di tempat kerja. Frustrasi yang muncul juga menimbulkan depresi dan kecemasan terkait kesehatan diri.
Terapi
Diagnosis fibromyalgia bukanlah sesuatu yang mudah. Gejala utama yang muncul, berupa rasa nyeri dan kelelahan, bisa ditemukan dalam berbagai kondisi. Namun, rasa sakit menyeluruh yang terjadi lebih dari tiga bulan bisa dijadikan indikasi awal kemungkinan fibromyalgia. Untuk memastikan fibromyalgia, sejumlah tes perlu dilakukan, termasuk tes darah, guna menyingkirkan kemungkinan penyakit lain.
Hingga kini, belum ada obat khusus untuk fibromyalgia. Terapi yang dilakukan untuk penderita umumnya berupa pengobatan atau perawatan tanpa obat-obatan. Terapi itu bertujuan meminimalkan gejala dan meningkatkan kesehatan penderitanya, bukan untuk menyembuhkannya.
Obat-obatan yang diberikan umumnya berupa obat untuk mengurangi rasa sakit (asetaminofen, ibuprofen) dan pereda nyeri (tramadol). Obat antidepresan terkadang juga diberikan untuk meringankan rasa sakit, kelelahan, dan membantu tidur. Namun, tidak ada obat-obatan yang bisa mengatasi semua gejala terkait fibromyalgia.
Sementara itu, perawatan tanpa obat untuk mengurangi efek fibromyalgia yang disarankan antara lain berupa terapi fisik untuk meningkatkan kekuatan, keluwesan, dan stamina tubuh. Terapi okupasi untuk meminimalkan tekanan pada tubuh di tempat kerja juga bisa dilakukan.
Selain itu, pengobatan alternatif sebagai pelengkap juga disarankan, seperti akupunktur, pijat, hingga yoga dan tai chi. Pengobatan komplementer ini ditujukan agar penderita mampu mengelola rasa sakit dan stres yang dialaminya secara aman.
Lady Gaga memilih terapi sauna sinar inframerah dengan menggunakan selimut khusus. ”Ini membantuku tetap bisa menjalani minat, pekerjaan, dan hal-hal yang aku sukai meski pada hari itu aku sulit bangun dari tempat tidur,” tambahnya.
Sumber: National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases (NIAMS), mayoclinic.org, livescience.com, bbc.com