Per Bulan, 20 Kilogram Merkuri Cemari Sungai Waipamali
Oleh
Fransiskus Pati Herin
·2 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Pengolahan emas hasil tambang liar menggunakan merkuri dan sianida di Pulau Buru, Maluku, menjadi penyebab utama pencemaran Teluk Kayeli. Temuan tim peneliti dari Universitas Pattimura, Agustus lalu di Gunung Nona, dalam satu bulan diperkirakan sebanyak 20 kilogram merkuri mencemari Sungai Waipamali yang bermuara di Teluk Kayeli.
Padahal, penggunaan merkuri untuk penambangan di Gunung Nona diperkirakan lebih sedikit daripada di Gunung Botak dan Gogorea. Di Gunung Nona diperkirakan ada sekitar 4.000 petambang emas liar. Adapun petambang emas liar di Gunung Botak diperkirakan yang terbanyak. Sekitar 20.000 petambang pernah beraktivitas di areal seluas lebih kurang 500 hektar itu.
Penggunaan merkuri berlangsung seiring dengan dimulainya aktivitas penambangan. Hingga Senin (11/9), penambangan emas liar berikut hasil pengolahan masih berlangsung di tiga lokasi di Pulau Buru, yakni Gunung Botak, Gunung Nona, dan Gogorea. Lokasi pengolahan hasil tambang menggunakan merkuri berlangsung di Daerah Aliran Sungai (DAS) Waeapo dan beberapa sub-DAS sungai tersebut yang mengalir hingga Teluk Kayeli.
Penambangan emas di Gunung Botak dan Gogorea mulai 2011, sedangkan di Gunung Nona pada 2014. Tim yang dipimpin Abraham Mariwy, peneliti Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pattimura (Unpatti), Agustus lalu di Gunung Nona, itu menemukan bahwa dalam satu bulan diperkirakan sebanyak 20 kilogram merkuri mencemari Sungai Waipamali.
Yusthinus T Male, dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unpatti, pada 2015 lalu menemukan kadar merkuri di udang, ikan, kerang-kerangan, dan kepiting di Teluk Kayeli. Temuan sudah melewati standar minimal yang ditetapkan, yakni 0,05 miligram per 1 kilogram sampel. Dalam udang kadar merkuri melampaui tiga kali lipat dari standar, ikan tujuh kali lebih banyak, kerang enam kali, dan kepiting dua kali.
Sementara itu, secara kasatmata, kerusakan di darat sudah terlihat jelas. Ratusan hektar pohon sagu dan beberapa ekor sapi mati diduga akibat terpapar merkuri dan sianida yang dipakai dalam pengolahan emas itu.