Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jan Willem Janssens menyerah kepada Inggris di Tuntang, Jateng, 1811. Sejak itu, Jawa dikuasai Inggris.
Oleh
Didit Putra Erlangga Rahardjo
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Tuntang merupakan salah satu kecamatan di Semarang yang menjadi tempat menyerahnya Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jan Willem Janssens kepada Inggris setelah rangkaian kekalahan pertempuran di tahun 1811. Perpindahan kekuasaan dari Belanda-Perancis kepada Inggris menandai babak baru dari sejarah Tanah Air.
Demikian kesimpulan pada hari kedua tur sejarah ”Inggris di Jawa” yang digelar Penerbit Buku Kompas sejak Senin (28/8). Sebelumnya, para peserta mengunjungi beberapa titik bersejarah di Semarang, termasuk Jatingaleh yang menjadi lokasi pertempuran, tempat Janssens dipaksa kembali mundur ke arah Tuntang karena menderita kekalahan.
Pada Selasa, lokasi yang dikunjungi adalah Benteng Willem II yang disinggahi Janssens selama dua malam setelah mundur dari Jatingaleh untuk melanjutkan perjalanan ke Tuntang. Bagi Inggris, benteng tersebut memiliki peran penting dalam operasi mereka di Pulau Jawa.
Perjalanan selanjutnya adalah Stasiun Tuntang yang berada di seberang Sungai Tuntang. Menurut Carey, saat menyeberang sungai dengan rakit, Janssens menyadari bahwa peluang menang atas Inggris telah padam sama sekali dan kemudian berupaya untuk membuat gencatan senjata.
Setelah negosiasi singkat, Inggris tidak menerima pasal yang diajukan oleh Janssens. Maka, penaklukan berlangsung tanpa ada syarat yang dikabulkan.
Menurut Carey, sasaran operasi Inggris di Pulau Jawa berikutnya adalah Keraton Yogyakarta karena dianggap berani melawan Inggris. Pada tahun 1812, sekitar 5.000 tentara Inggris membobol pertahanan keraton dalam waktu 3 jam dan memaksa Hamengku Buwono II lengser serta mengangkat Hamengku Buwono III.
Yogyakarta menjadi lokasi kunjungan tur sejarah pada Selasa dan Rabu besok.