11 Sukhoi 35 Rusia "Dibarter" dengan Komoditi dan Hasil Industri Indonesia
Oleh
Edna C Pattisina
·3 menit baca
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG
Atraksi udara pesawat tempur Sukhoi dan F-16 TNI Angkatan Udara ikut memeriahkan perayaan HUT TNI AU di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, beberapa waktu lalu.
JAKAARTA, KOMPAS - Pemerintah Indonesia dan Rusia sepakat menggunakan skema imbal beli dalam pengadaan 11 pesawat Sukhoi Su-35. Transaksi senilai 1,14 milyar dollar AS itu 35 persen dalam bentuk off set, dan 50 persen dalam bentuk imbal beli.
"Untuk pertama kalinya kita melakukan pembelian dengan imbal dagang seperti yang berdasarkan undang-undang. Imbal dagang 50 persen, offset 35 persen,” kata Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dalam konferensi pers bersama Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di Kementerian Pertahanna, Selasa (22/8). Pasal 43 ayat 5 (e) UU Industri Pertahanan menyatakan, setiap pengadaan alat peralatan pertahanan keamanan (Alpalhankam) dari luar negeri wajib disertakan imbal dagang, kandungan lokal dan ofset minimal 85 persen, di mana Kandungan lokal dan/atau ofset paling rendah 35 persen.
Untuk pertama kalinya kita melakukan pembelian dengan imbal dagang seperti yang berdasarkan undang-undang
"Tadinya dengan nilai tersebut kita dapat delapan, sekarang dapat 11 dengan mekanisme pemerintah ke pemerintah," kata Ryamizard. Menurut Ryamizard, pihak Rusia hanya sanggup memberikan ofset dan konten lokal sebesar 35 persen. Oleh karena itu, Indonesia meminta agar pembelian Sukhoi ini disertai dengan imbal beli senilai 50 persen dari nilai kontrak.
KOMPAS/SONYA HELLEN SINOMBOR
Presiden Joko Widodo, Kamis (6/10/2016) menghadiri acara Manuver Lapangan Latihan Puncak TNI AU Angkasa Yudha 2016 di Pangkalan Udara Ranai, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Sebelum menyaksikan latihan, Presiden Jokowi naik ke kokpit pesawat SU-30 selama beberapa menit.
Selain itu, Indonesia bisa membangun tempat pemeliharan suku cadang pesawat di dalam negeri. Skema tersebut akan menguntungkan Indonesia sebab dua negara pengguna Sukhoi yakni Malaysia dan Vietnam akan melakukan pemeliharaan di Indonesia. Lewat fasilitas ini diharapkan Indonesia bisa melaksanakan transfer teknologi. Secara ekonomi, pemeliharaan pesawat Sukhoi Su-35 juga jadi lebih murah karena tidak perlu dibawa ke Rusia.
Dua negara pengguna Sukhoi yakni Malaysia dan Vietnam akan melakukan pemeliharaan di Indonesia
Ryamizard menjelaskan, dalam waktu dekat ia akan bertemu dengan pemerintah Rusia untuk menandatangani kontrak. Diperkirakan, dua tahun setelah kontrak ditandatangani, pesawat Sukhoi SU-35 akan tiba di Indonesia. Diharapkan, penandatangan kontrak bisa dilakukan tahun ini. Setelah itu, sebelas pesawat Sukhoi Su-35 tersebut akan dibangun di Rusia. “Dalam waktu dekat saya akan ke Rusia,” kata Ryamizard.
Kompas/Raditya Helabumi
Petani mengumpulkan kelapa sawit yang telah dipetik di salah satu perkebunan kelapa sawit Desa Namang, Kecamatan Namang, Kabupaten Bangka Tengah, Bangka Belitung, Selasa (14/3/2017). CPO atau crude palm oil (minyak sawit mentah) menjadi salah satu komoditas yang dijadikan imbal dagang antara Indonesia dengan Rusia untuk mendapatkan 11 pesawat tempur Sukhoi 35.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menjelaskan, Indonesia mendapatkan nilai ekspor sebesar 570 juta dolar AS. Dalam kesepakatan yang ditandantangi Kementerian Perdagangan dengan pihak Rusia pada 10 Agustus lalu, kedua negara sepakat menunjuk Rostec dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) sebagai pelaksana teknis imbal beli tersebut.
Dengan imbal beli ini, Indonesia dapat mengekspor komoditas yang sudah pernah diekspor maupun yang belum diekspor
Komoditas ekspor yang akan dibeli Rostec adalah diantara karet olahan dan turunannya, CPO dan turunannya, mesin, kopi dan turunannya, kakao dan turunannya, tekstil, teh, alas kaki, ikan olahan, furnitur, kopra, plastik dan turunannya, resin, kertas, rempah-rempah, produk industri pertahanan, dan produk lainnya. Rostec diberikan keleluasaan memilih calon eksportir. Mekanisme imbal beli ini selanjutnya menggunakan kelompok kerja yang anggotanya berasal dari Rostec dan PT PPI. "Dengan imbal beli ini, Indonesia dapat mengekspor komoditas yang sudah pernah diekspor maupun yang belum diekspor sebelumnya," kata Lukita.
Rusia adalah mitra dagang Indonesia ke-24 pada 2016. Nilai total perdagangan lndonesia-Rusia tahun 2016 tercatat 2,11 miliar dolar AS dan Indonesia mendapat surplus 410,9 juta dolar AS yang seluruhnya berasal dari surplus sektor nonmigas. Ekspor nonmigas Indonesia tercatat 1,26 miliar dolar AS, sedangkan impor nonmigas Indonesia dari Rusia tercatat 850,6 miliar dolar AS. Ada pun perkembangan ekspor nonmigas Indonesia ke Rusia pada 2012-2016 tercatat positif 8,5 persen.