JAKARTA, KOMPAS— Ranjau paku masih menjadi masalah yang ditemui pengguna jalan Ibu Kota, terutama bagi pengendara motor. Beberapa tempat yang menjadi daerah rawan di antaranya di Kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan dan Kawasan Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat.
Dalam penyusuran Kompas, Selasa (1/8), dari depan Kantor Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI), Bendungan Hilir, Jakarta Pusat hingga Wisma Pati Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (Wisma Lumba-lumba), Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, ditemukan setidaknya ada lima paku yang tersebar dibeberapa titik. Bahkan, dua diantaranya terlihat menancap dengan ujung tajam yang berada di bagian atas.
Saat meneruskan penelusuran, terdapat tiga penambal ban yang berada tidak jauh dari Jalan Layang Senayan, sekitar 300 meter dari Wisma Lumba-lumba.
Ketua Gerakan Bersih Ranjau Paku (GBRP) Denny Pamungkas area di Jalan Gatot Subroto arah Semanggi merupakan area dengan titik penyebaran ranjau paku yang paling tinggi. Selain ranjau paku, ditemukan pula ranjau yang terbuat dari mika atau fiber yang dipotong berukuran 2—4 cm dengan sisi ujung yang dibuat tajam.
Jenis ranjau lain yang juga ditemukan, yaitu potongan rangka payung sepanjang 3—4 cm. Jenis ranjau potongan rangka payung ini merupakan jenis ranjau yang paling berbahaya karena jika menancap pada ban, rongga di bagian tengah rangka payung tersebut dapat mengeluarkan angin dalam ban dalam hitungan detik saja. “Ranjau payung belum banyak, tetapi bisa sangat berbahaya,” ujar Denny.
Menurut Denny, semua jenis ranjau bisa menimbulkan kecelakaan bagi pengendara sepeda motor. Apabila pengendara terkena ranjau saat melaju dengan kecepatan tinggi maka ban motor yang kehabisan angin bisa oleng. “Sebaiknya saat melewati area rawan ranjau, gunakan batas aman kecepatan 40 km per jam,” ujarnya.
Tidak hanya kecelakaan, bahaya lain yang ditemukan, yaitu adanya modus perampokan dan perampasan. Modus ini paling sering terjadi di Jalan Galur menuju arah Pasar Senen dan Jalan Ahmad Yani, Jakarta Pusat.
Dikatakan Denny, oknum biasanya akan mulai menyebarkan ranjau pukul 17.00 saat jam pulang kerja. "Malam akan nyebar ranjau lagi," ujarnya.
Biasanya, tiap anggota GBRP melakukan pembersihan ranjau secara individu di beberapa titik yang dilewati. Dalam sehari, tiap anggota bisa mendapatkan tiga sampai lima kilogram ranjau. “Anggota kami tidak pernah lepas dari magnet. Kalau sedang tidak membawa penumpang akan mulai menyisir daerah rawan,” kata Denny.
Sebagian besar anggota GBRP merupakan gabungan dari sopir ojek daring yang beroperasi di daerah Jakarta dan sekitarnya.
Titik Rawan Ranjau
Berdasarkan pemetaan yang dilakukan oleh GBRP, beberapa titik yang rawan ditemukan ranjau di wilayah Jakarta Pusat, yaitu Jalan Majapahit, arah depan Istana Merdeka menuju Harmoni; Jalan Veteran dari arah Masjid Istiqlal menuju Tomang; serta Jalan Galur menuju Stasiun Pasar Senen atau Plaza Atrium Senen.
Sementara titik rawan di Jakarta Selatan, ditemukan di Bundaran Pondok Indah menuju arah Lebak Bulus; Jalan T.B. Simatupang menuju Cilandak Town Square; dan daerah arah Lebak Bulus menuju Pondok Pinang, di depan simpang empat FedEx.
Daerah Jakarta Barat, titik rawan berada di Jalan Jelambar Raya arah Jalan Layang Grogol setelah pelintasan kereta api; di bawah jalan layang Roxy, di depan halte Transjakarta Trisakti; di bawah Jalan Layang Pesing Daan Mogot menuju arah Cengkareng; serta setelah lampu lalu lintas Stasiun Palmerah menuju arah Simprug dan setelah Jalan Layang Simprug menuju Pasar Kebayoran Lama.
Kawasan Jakarta Utara, titik rawan berada di Kawasan Pantai Indah Kapuk, Jalan Elang Laut dan Jalan Lodan Raya menuju Ancol.
Iwan Gunawan (43), pengemudi ojek daring, sudah tiga kali dalam dua minggu terakhir mengalami ban bocor akibat paku. Saat sampai di tukang tambal ban, biasanya Iwan diminta untuk mengganti ban dalam karena ban motornya sudah tidak bisa ditambal. "Paling sering di Gatsu (Jalan Gatot Subroto) sama di depan Istana. Harus jalan pelan," ujarnya. (DD04)