Grab Disuntik Dana 2,5 Miliar Dollar demi Persaingan di Asia Tenggara
Oleh
HARYO DAMARDONO/ REUTERS
·3 menit baca
SINGAPURA, SENIN — Perusahaan aplikasi pemesanan kendaraan, Grab, mendapatkan suntikan dana hingga 2,5 milliar dollar AS (setara Rp 33,25 triliun) untuk menghadapi persaingan di Asia Tenggara. Grab di regional ini akan berhadapan dengan perusahan rintisan raksasa lainnya, seperti Gojek dan Uber.
Asia Tenggara menjadi wilayah strategis dari pertarungan antarperusahaan rintisan. Wilayah ini berpopulasi hingga 600 juta orang dengan kelompok masyarakat kelas menengah yang terus tumbuh dan ramah dengan teknologi internet.
Dua investor Grab, yakni Didi Chuxing dari China dan SoftBank Group Corp dari Jepang, akan menyuntikkan dana 2 miliar dollar AS. Kemudian akan ada sebuah perusahaan lain yang menginjeksikan dana 500 juta dollar AS bagi Grab.
”Dengan dukungan mereka (Didi and SoftBank), Grab akan membangun GrabPay sebagai alternatif pembayaran untuk Asia Tenggara,” kata Anthony Tan, Grup Chief Executive Officer dan co-founder Grab, Senin (24/7), saat dikutip dari Reuters.
Diperkirakan, dengan tambahan modal tersebut, valuasi Grab akan mencapai lebih dari 6 miliar dollar AS atau setara Rp 79,8 triliun.
Awal tahun ini, Grab telah membeli KUDO. Grab mengeluarkan dana sekitar 100 juta dollar AS untuk mengakuisisi KUDO. Dana itu diambil dari total anggaran 700 juta dollar AS yang siap diinvestasikan ke Indonesia.
Dengan mengakuisisi KUDO, Grab dengan mudah dapat menjalankan strategi masuk ke inovasi platform penjualan daring dan pembayaran langsung. Apalagi, KUDO, yang didirikan pada 2014, sudah memiliki lebih dari 100 insinyur teknologi. Platform KUDO juga telah dipakai oleh 400.000 agen di 500 kabupaten dan kota di Indonesia. (Kompas, 19 Mei 2017)
Grab juga telah menjadikan Jakarta sebagai satu dari enam kawasan pusat penelitian dan pengembangan produk teknologi digital. Pendiriannya, untuk memudahkan Grab mengembangkan inovasi di bidang perangkat lunak pemesanan kendaraan hingga layanan penjualan daring.
Lima pusat penelitian dan pengembangan lainnya berlokasi di Singapura, Seattle (AS), Beijing (China), Ho Chi Minh (Vietnam), dan Bangalore (India). Untuk Indonesia, Grab memilih lokasi di Grandlucky Building, Jalan Radio Dalam, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dengan luas area 4.500 meter persegi.
Pekerjaan rumah
Di sisi lain, masih ada pekerjaan rumah yang harus dituntaskan oleh manajemen Grab. Hari Selasa (4/7), sekitar 200 pengemudi GrabCar berdemonstrasi di depan kantor manajemen Grab Indonesia di Maspion Plaza, Jakarta Utara. Aksi ini merupakan buntut dari penghentian sementara akun ratusan pengemudi pada saat pengemudi sedang mengejar target jumlah perjalanan di masa Lebaran karena dijanjikan bonus hingga lebih dari Rp 10 juta. Tuntutan dalam demo meluas ke permintaan peninjauan kembali keputusan penghentian sementara akun sebelumnya.
”Data sementara ini, terdapat lebih dari 3.500 pengemudi yang di-suspend,” ujar Ketua Umum Front Driver Online Aris Clowor.
Saat itu, Managing Director Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata mempersilakan pengemudi menyampaikan aspirasi. Grab Indonesia juga menyediakan jalur komunikasi daring bagi mitra pengemudi yang ingin mendapat penjelasan dan penyelesaian kasus ini.