GOTHENBURG, KOMPAS — Tim Liga Kompas Gramedia-SKF Indonesia sejenak menyimpan seragam, sepatu, dan semua atribut sepak bola, Senin (17/7) sore. Di hadapan lebih dari 50.000 orang yang memadati Stadion Ullevi, Gothenburg, Swedia, mereka punya misi lain yang tak kalah penting, yaitu menunjukkan kepada dunia bahwa keberagaman Indonesia sangat indah, unik, dan hangat.
Wartawan Kompas, Herpin Dewanto, dari Gothenburg, melaporkan, Stadion Ullevi pada sore itu kembali menjadi tempat berlangsungnya upacara pembukaan Piala Gothia, sebuah turnamen sepak bola dunia bagi pemain muda. Tahun ini, 1.763 tim dari 82 negara berpartisipasi dalam turnamen yang dimulai sejak 1975 itu. Tim LKG-SKF adalah salah satunya.
Oleh karena itu, ketika diminta panitia untuk mengikuti defile dalam upacara pembukaan pada awal Juli lalu, tim hasil seleksi Liga Kompas Gramedia Panasonic U-14 ini sangat antusias. Setelah berdiskusi, mereka pun sepakat berparade dengan menggunakan bermacam pakaian adat, antara lain dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Maluku, Bali, dan Sumatera Selatan.
"Saya pilih pakai baju Bali karena kebetulan ibu saya bekerja di Bali. Ibu langsung mengirimkannya untuk saya," kata bek M Azka Al Chawari. Selain itu, ia menduga orang dari negara lain akan mudah mengenali Indonesia dari kostum Bali.
Dengan memakai pakaian adat itu, mereka berjanji akan menarik perhatian peserta lainnya dan tidak lupa menyiapkan tarian atau nyanyian agar lebih menarik. Rupanya, janji itu mereka tepati di Swedia. Dua jam sebelum upacara pembukaan berlangsung, mereka sudah mencuri perhatian publik di Jalan Bohusgatan, jalan menuju ke stadion yang dibangun pada 1958 itu.
Saat berjalan dengan mengenakan pakaian adat, mereka bernyanyi sambil membawa bendera Indonesia. Mereka menyanyikan lagu apa saja asal meriah. Mulai dari lagu daerah, lagu dangdut, lagu dukungan klub sepak bola Tanah Air yang biasa dinyanyikan suporter di stadion, hingga lagu anak-anak, "Pelangi".
Mereka makin menikmati sore itu karena baru mengalahkan Floro SK dari Norwegia dengan skor 2-0 dalam laga perdana di Grup 4 kategori Boys 15.
Orang-orang yang berada di sepanjang Jalan Bohusgatan pun tersenyum dan tidak tahan untuk tidak memotret aksi tim LKG-SKF itu dengan telepon pintarnya. Apalagi, tim-tim dari negara lain yang juga berada di jalan itu hanya memakai kostum standar, berupa jaket dan celana latihan sehingga tampak seragam. Kehadiran tim LKG-SKF sangat mencolok. Panitia Piala Gothia pun sampai merekam aksi ini dan mengunggahnya dalam akun Instagram mereka.
"Saya senang melihat antusiasme seperti ini. Pakaian yang mereka pakai sangat menarik dan saya belum pernah melihatnya," kata warga Swedia, Eva Jarlsdotter, yang juga meminta tim untuk berpose supaya ia bisa memotretnya.
Dari rasa penasaran itu, Eva lalu menanyakan banyak hal tentang Indonesia. Misi tim LKG-SKF untuk mengenalkan budaya Indonesia pun berhasil.
Di dalam stadion, tim LKG-SKF mendapat urutan keempat saat berparade. Mereka berjalan mengitari stadion sambil melambaikan tangan ke arah penonton di tribune. Sorakan penonton bercampur dengan riuhnya musik yang membahana.
Kemeriahan di dalam stadion yang dibangun untuk Piala Dunia 1958 dan pernah digunakan untuk menggelar laga final Piala UEFA tahun 2004 itu mampu membuat mereka melupakan udara malam yang semakin dingin. Selain defile, upacara pembukaan itu juga diisi dengan penampilan sejumlah artis Swedia dan pesta kembang api.
Menembus batas
Di tengah acara pembukaan itu, Sekretaris Jenderal Piala Gothia Dennis Andersson mengatakan, sepak bola dapat menembus batas-batas yang selama ini mengotak-ngotakkan manusia. Semua orang dapat dipersatukan di dalam lapangan hijau. "Itulah semangat Piala Gothia yang kami pertahankan. Melihat kegembiraan para peserta ini membuat saya bahagia," katanya.
Kehadiran para peserta dari puluhan negara itulah yang menjadi inti dari Piala Gothia. Sepak bola menjadi sarana bagi seluruh anak di dunia untuk saling berkenalan. Setiap tim pasti berusaha menang, tetapi kemenangan itu sendiri merupakan bonus. Persahabatan, pengalaman, dan pelajaran mengenai sportivitas yang diperoleh selama turnamen jauh lebih berharga.
Bahkan, sebelum turnamen dimulai, sejumlah tim dari beberapa negara yang disponsori SKF lebih dulu berpesta di Sekolah Internasional Wilayah Gothenburg (ISGR), Minggu (16/7) sore. Mereka menari bersama, berswafoto, atau sekadar mengobrol. Tim LKG-SKF Indonesia tidak mau ketinggalan. Mereka memutar lagu "Poco-Poco" yang dipopulerkan Yopie Latul dan mengajak peserta lainnya menari.