SIDOARJO, KOMPAS — Suasana memilukan terjadi di rumah perkampungan urban sederhana di Desa Beringin Bendo, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, saat jenazah salah satu korban kecelakaan helikopter di Gunung Butak, Serka MPU (Mesin Pesawat Udara) Hari Marsono, tiba di rumah duka.
Rumah ini berada di jalan yang bersebelahan dengan jalan raya nasional Surabaya-Sidoarjo-Solo di kabupaten yang sama dengan Markas Pusat Penerbangan Angkatan Laut di kompleks Bandara Juanda, Sidoarjo.
Sehari-hari Suprihatin (50), tetangga dan sekaligus sepupu dengan almarhum Hari yang meninggal pada usia 32 tahun, bertemu dengan almarhum jika sedang berangkat bekerja ke kantornya di Markas Puspenerbal TNI AL di Juanda. Istri almarhum, Diana Lindawati, memberi almarhum dua anak, Mohammad Bagas Abdullah (siswa kelas I SD) dan Dimas (anak kedua, balita).
Bagas, yang dalam gendongan petugas Korps Wanita TNI AL (Kowal) teman almarhum, dalam nada marah berteriak, saat kendaraan jenazah tiba dan para prajurit TNI AL menurunkan peti jenazah. ”Mana Bapak?” Salah satu bibinya berbisik, ”Bapak meninggal.”
Ratusan warga dan prajurit TNI AL hanya bisa membisu saat Bagas berteriak dalam nada marah. Kenapa Bapak meninggal? Hanya terdengar isak tangis tetangga dan hadirin yang bertakziah.
Upacara pemberangkatan jenazah berlangsung khidmat. Serka Hari dikenal dekat dengan warga sebagai tetangga yang baik hati. Ia membantu ayah dan ibunya sejak kanak-kanak karena ayahnya bekerja di sawah setempat yang sudah bercampur dengan kawasan industri Sidoarjo.
Upacara dipimpin Direktur Logistik Puspenerbal TNI AL Letkol Sisiani Jafar dan dihadiri Kepala Polres Sidoarjo Komisaris Besar Bayu Himawan. Jenazah dimakamkan secara militer di pemakaman Desa Beringin Bendo yang berjarak sekitar seratus meter dari rumah almarhum.