Libur Lebaran, Museum-museum di Kawasan Kota Tua Diserbu Pengunjung
Isi liburan Lebaran dengan mengunjungi museum di kawasan Kota Tua, Jakarta. Ada Museum Wayang, ada pula Museum Sejarah Jakarta.
Oleh
·3 menit baca
Museum-museum di bawah naungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang terletak di kawasan Kota Tua ramai didatangi pengunjung, Selasa (27/6) siang. Museum-museum ini ternyata dimanfaatkan warga untuk mengisi liburan masa Lebaran selain mengunjungi tempat rekerasi pantai dan kebun binatang. Di kawasan Kota Tua, terdapat Museum Sejarah Jakarta, Museum Wayang, serta Museum Seni Rupa dan Keramik.
Petugas pemandu wisata Museum Sejarah Jakarta, Iswan (35), mengatakan, kenaikan jumlah pengunjung bisa sampai tiga kali lipat dari hari biasanya. Menurut dia, hal ini terjadi mungkin karena museum-museum ini baru buka Selasa (27/6) atau dua hari setelah Idul Fitri.
Pada masa libur Lebaran, sebagian besar pengunjung datang bersama keluarga. ”Pada hari biasa, kebanyakan pengunjung adalah rombongan pelajar,” ujar Iswan.
Saat berada di dalam museum, pengunjung mengamati koleksi yang dipamerkan. Barang-barang itu meliputi meja, kursi, lemari, dan tempat tidur klasik peninggalan Belanda. Pengunjung sibuk memotret berbagai koleksi bersejarah tersebut.
Seorang pengunjung, Yayi (43), mengatakan tertarik datang ke Museum Sejarah Jakarta karena dirinya memiliki latar belakang disiplin ilmu arsitektur. ”Saya dosen arsitektur di Universitas Muhammadiyah, Solo. Jadi, saya penasaran dengan gaya bangunan zaman Belanda,” ujarnya.
”Rasanya sudah bagus untuk museum, cukup nyaman. Namun, masih banyak barang di sini yang tidak memiliki deskripsi,” ungkap Yayi.
Menurut dia, penjelasan mengenai barang bersejarah sangat kurang. Masih banyak koleksi meja dan kursi yang hanya diletakkan begitu saja, disertai secarik kertas bertuliskan ”Jangan Menaruh Barang Di Sini”.
Masih berlokasi di Kota Tua, Museum Wayang juga ramai diserbu pengunjung. Mereka berdesakan memasuki pintu selebar 3 meter. Menurut petugas keamanan Museum Wayang, Dede (37), umumnya pengunjung datang bersama keluarga. Di museum ini, berbagai jenis koleksi wayang dipamerkan. Koleksi diletakkan di balik kaca.
Amira (22), mahasiswi Universitas Pelita Harapan, Tangerang, mengatakan sudah dua kali mendatangi Museum Wayang. Ia merasa nyaman berada di museum itu karena museum didesain dengan baik sehingga pengunjung tidak berdesak-desakan. Kondisi ini membuat pengunjung dapat menikmati koleksi yang dimiliki museum dengan tenang.
Museum Seni Rupa dan Keramik tidak kalah ramai. Meski tidak ada antrean panjang di loket penjualan tiket, ruangan-ruangan dan taman museum itu tetap padat oleh pengunjung.
Sayangnya, banyak orang yang menginjak dan menduduki rumput. Padahal, setiap jarak 10 meter terpasang papan bertuliskan larangan menginjak rumput. Mereka juga membuang sampah sembarangan di halaman meskipun tempat sampah sudah disediakan di sejumlah lokasi.
”Mereka mau ngadem, jadi duduk-duduk di sana. Padahal, ada larangan, tapi enggak diladenin,” ujar Suheri (60), petugas kebersihan Museum Seni Rupa dan Keramik.
Ia kerap memberikan pengumuman kepada pengunjung menggunakan pengeras suara agar tidak menginjak rumput dan membuang sampah sembarangan.
Museum Seni Rupa dan Keramik sudah menyiapkan dua taman seukuran lapangan futsal yang dilengkapi dengan kursi-kursi. Denan demikian, pengunjung bisa beristirahat tanpa harus duduk di atas rumput.
Mendingan ngangon bebek daripada ngatur orang-orang bandel ini.
Petugas museum itu mengaku sudah angkat tangan dengan pengunjung yang ”bandel”. Mereka hanya bisa menegur secara halus lewat pengeras suara. ”Petugas lain ngomong ke saya, mendingan ngangon bebek daripada ngatur orang-orang bandel ini,” ujarnya.
Warga yang berminat mengisi liburan dengan mengunjungi museum dapat mengunjungi museum-museum di bawah naungan Pemprov DKI Jakarta. Museum buka setiap hari kecuali Senin, pukul 08.00-17.00. Pengunjung cukup membayar Rp 5.000 untuk mendapatkan tiket masuk. (D06)