TARAKAN, KOMPAS — Indonesia, Malaysia, dan Filipina meresmikan patroli maritim bersama di Tarakan, Kalimatan Utara, Senin (19/6). Kerja sama keamanan itu difokuskan untuk mencegah berbagai ancaman kejahatan yang berada di wilayah Laut Sulu.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu bersama Menteri Pertahanan Malaysia Dato Seri Hishammudin Tun Hussein dan Menteri Pertahanan Filipina Delvin N Lorenzana melakukan peresmian patroli bersama dengan membunyikan sirene. Peluncuran patroli maritim bersama itu dilaksanakan di KRI dr Soeharso-990.
Selain ketiga pejabat itu, hadir pula Menteri Senior Singapura Maliki bin Osman serta Wakil Menhan Brunei Dato Seri Abdul Aziz bin Haji Moh Tamit. Kehadiran mereka sebagai peninjau yang diharapkan selanjutnya dapat bergabung dalam patroli gabungan itu.
Ryamizard mengatakan, peresmian patroli bersama merupakan bentuk komitmen tiga negara untuk mencegah berbagai ancaman kejahatan transnasional, terutama terorisme, di tiga wilayah yang terhubung melalui Laut Sulu. Patroli maritim trilateral merupakan bentuk komitmen bersama setelah Menhan dan Panglima Angkatan Bersenjata melakukan pertemuan intensif sejak 2016.
”Kerja sama ini tidak hanya memberi manfaat untuk ketiga negara, tetapi diharapkan memberikan stabilitas keamanan di kawasan Asia Tenggara,” ujar Ryamizard di sela-sela peresmian patroli maritim trilateral Indonesia-Malaysia-Filipina (Indomaphil), Senin.
Hishammudin menambahkan, peresmian patroli maritim trilateral menunjukkan adanya satu kesepahaman dari ketiga negara terkait ancaman bersama, terutama kelompok terorisme di Filipina selatan. Selain melakukan patroli bersama, katanya, di masa mendatang ketiga negara juga berencana melaksanakan latihan militer gabungan.
Lebih lanjut, Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Gatot Nurmantyo memaparkan, pihaknya mengalokasikan kapal hingga pesawat terbang untuk memperkuat operasi patroli di sekitar Laut Sulu. TNI dengan Angkatan Bersenjata Malaysia dan Filipina juga meresmikan pengoperasian pusat komando maritim di tiga wilayah, yaitu Tarakan (Indonesia), Tawan (Malaysia), dan Bongao (Filipina).
Pusat komando maritim, kata Gatot, berfungsi untuk memantau kegiatan di Laut Sulu serta menjadi media tukar informasi dan data intelijen untuk ketiga angkatan bersenjata.